Dari keterangan diatas, bahwa praktek di masyarakat seperti membuat tasbih, melafadzkan niat, tahlil ketika sedekah hari kematian ketika tidak ada yang melarang, ziarah kubur, dan lain-lain tidak termasuk bid\u2019ah. <\/p>\n\n\n\n

Sedangkan praktek mengambil harta pada waktu pasar malam, bermain di distrik, dan lain-lain adalah bid\u2019ah yang jelek. (Mohammad Hasyim Asy\u2019ari, Risalah Ahlissunnah Wal Jama\u2019ah, \u2026, h. 8)<\/em><\/p>\n\n\n\n

Keterangan di atas memberikan gambaran pemahaman konfrehensif bahwa bid\u2019ah tidak semuanya sesat, bahkan di zaman modern ini menjadi tantangan sendiri bagi umat Islam untuk melakukan revitalisasi konsep bid\u2019ah, khususnya yang wajib dan sunnah sebagaimana dijelaskan Imam Izzuddin Ibn Abdissalam demi pengembangan peradaban Islam di era global.<\/p>\n\n\n\n

Bid\u2019ah wajib dan sunnah mengharuskan umat Islam menjadi aktor kreatif, kompetitif, dan produktif dengan melahirkan karya-karya intelektual dan sosial yang berkualitas tinggi yang membawa manfaat besar bagi peradaban umat manusia sepanjang masa.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Ahlussunnah berarti lawan kata dari ahl al-bid\u2019ah. Menurut Imam Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi, bid\u2019ah adalah mengerjakan sesuatu yang baru yang belum ada pada masa Rasulullah. Menurut KH. M. Hasyim Asy\u2019ari, bid\u2019ah adalah membuat hal baru dalam agama, sehingga kelihatan termasuk dalam agama, sedangkan hakikatnya bukan, baik dalam bentuk simbol ataupun […]<\/p>\n","protected":false},"author":14,"featured_media":19286,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6],"tags":[250,45,6227,6228,6229],"yoast_head":"\n