Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":19687,"date":"2019-11-11T13:19:57","date_gmt":"2019-11-11T06:19:57","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=19687"},"modified":"2019-11-11T13:19:59","modified_gmt":"2019-11-11T06:19:59","slug":"hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/","title":{"rendered":"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Dalam kitab Ihya\u2019 Ulumuddin<\/a><\/em> di bab yang menerangkan tentang keajaiban hati, al-Ghazali memandang bahwa hakikat manusia adalah kalbu (hati). Diterangkan bahwa keistimewaan dan kelebihan manusia di antara makhluk-makhluk lainnya adalah bahwa manusia memiliki potensi untuk makrifat kepada Allah.<\/p>\n\n\n\n

Makrifat<\/a><\/strong> pada Allah Yang Mahatinggi di dunia adalah keagungan dan kesempurnaan-Nya, sementara bagi kehidupan akhirat, makrifat Allah merupakan perbendaharaan dan kemuliaannya. Adapun tangga untuk mencapai makrifat Allah adalah dengan kalbunya. Dan bukan dengan pancaindra serta anggota badannya.<\/p>\n\n\n\n

Kalbu\natau hati dalam arti ruhani sering disebut akal, nafsu dan ruh. Kalbu atau hati\nini merupakan hakikat manusia yang berwujud zat halus dan bersifat Ilahi.\nDengan hati inilah manusia mampu menangkap baik alam kebendaan ataupun alam\nkeruhanian dan bahkan alat untuk makrifat kepada Allah itu sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai bentuk jasmani, hati dibedakan dengan akal, nafsu dan ruh. Hati dalam kejasmanian adalah segumpal daging yang berada dalam dada sebelah kiri. <\/p>\n\n\n\n

Demikian ruh dalam arti kejasmanian berupa zat halus yang bersumber dari dalam hati jasmani, mengalir ke seluruh anggota badan melalui aliran darah dan urat-urat yang menghidupi seluruh tubuh manusia.<\/p>\n\n\n\n

Sedangkan\nnafsu dalam pengertian jasmani adalah nama bagi kekuatan syahwat yang menjadi\nsumber bagi timbulnya watak-watak tercela. Sedangkan akal dalam jasmani adalah\nkekuatan yang merupakan sifat ilmu yang tempatnya terdapat dalam hati.<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya,\nal-Ghazali mengibaratkan kehidupan manusia pada hakikatnya laksana orang yang\nsedang naik kereta kuda. Kusir yang merupakan hakikat manusia dalam kalbu\n(akal, nafsu, ruh) sedang kuda penghela keretanya, jenis nafsu yang mendorong ke\narah keduniawian, yakni nafsu lauwamah<\/em>\ndan nafsu amarah<\/em> yang bersumber dari\nkekuatan ghodlob.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Maka\nbila sang kusir tidak sanggup mengendalikan kedua kuda tunggangnnya, ia akan\ndisesatkan oleh kuda-kudanya, yakni ke arah keduniawian dan tiada memedulikan\nyang haq dan benar. Karena sifat hawa nafsu cenderung ke arah hal-hal yang\ntercela, maka seseorang yang hidupnya dikuasai nafsu lauwamah<\/em> dan amarah <\/em>akan\nmenjadi budak hawa nafsu. <\/p>\n\n\n\n

Sebaliknya,\njika sang aku (kalbu, ruh, akal, nafsu) dapat menguasai dan mengendalikan nafsu\nlauwamah dan amarahnya, maka bersinarlah sifat-sifat ketuhanan dalam dirinya.\nYang muaranya membangkitkan watak cinta, kasih sayang, kebaikan, kesucian,\nkemuliaan, keadilan, kejujuran, dan keluhuran. Bahkan watak asli dari ruh\nmanusia adalah selalu rindu untuk makrifat dengan Allah yang merupakan sangkan paraning dumadi<\/em> hidupnya. <\/p>\n\n\n\n

Perjuangan\nyang paling pokok dalam hidup manusia, menurut al-Ghazali, adalah untuk\nmenampakkan sifat-sifat ketuhanan yang terpendam dalam lubuk hatinya. Yakni\ndengan jalan mengenal, menguasai dan membasmi watak-watak hewani yang\nmemperbudak jiwanya. <\/p>\n\n\n\n

Perjuangan\nuntuk menguasai dan memerangi hawa nafsu kebinatangan, dalam Islam disebut\nsebagai jihad akbar, yakni perang melawan musuh dalam selimut diri manusia. <\/p>\n\n\n\n

Dalam\nkitab Ihya\u2019 Ulumuddin<\/em>, al-Ghazali secara\nberhadap-hadapan membagi manusia menjadi Abdul\nHawa<\/em> dan Abdullah<\/em> (hamba Allah).\nBagi golongan yang hidupnya diabdikan untuk melampiaskan hawa nafsu, akan\ntampak tiga pola watak yang menguasai hidupnya. <\/p>\n\n\n\n

Jika\nmanusia dikuasai oleh nafsu lauwamah<\/em>\nakan tampak watak bahimiyah<\/em>-nya, jika\nnafsu amarah<\/em> watak yang muncul adalah\nsabu\u2019iyah.<\/em> Bila hidup manusia\ndikuasai oleh kedua nafsu itu secara bersama-sama, maka akan menjelma menjadi\nwatak syaitoniyah<\/em>, yakni takabur,\nhasut (dengki), jahil, dan lain-lain.<\/p>\n\n\n\n

Sebaliknya,\njika hidup manusia dipersembahkan kepada Allah (Abdullah<\/em>) maka tampak sifat-sifat ketuhanannya berupa cinta,\nkeindahan, keadilan, kejujuran, kerinduan, kemuliaan da nada dambaan untuk\nmakrifat kepada Allah. <\/p>\n\n\n\n

Selain\nitu, al-Ghazali pun menjelaskan bahwa manusia juga memiliki bakat untuk menjadi\npenjahat dan bijaksana. Dengan kata lain, manusia sangat potensial untuk\nmenjadi insan kamil <\/em>(manusia\nsempurna) atau menjadi penjahat yang paling buas dibanding kebuasan binantang. <\/p>\n\n\n\n

Konsep\ninsan kamil<\/em> ini, diungkapkan\nal-Ghazali dalam kitab Al-Munqidz Min\nal-Dlalal<\/em> dengan ungkapan \u201ckekeramatan para wali itu, pada hakikatnya\nadalah taraf permulaan dari tingkat kenabian\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Wali, atau umumnya disebut waliyullah<\/em> adalah orang yang telah dianugerahi penghayatan makrifat kepada Allah, dan menjadi orang suci yang dikasihi Allah. <\/p>\n\n\n\n

Menurut al-Ghazali, wali Allah adalah orang suci yang selalu takut kepada Allah. Wali dianugerahi berbagai ilmu gaib sehingga bisa mengetahui hal-hal yang terjadi di dunia.<\/p>\n\n\n\n

Wali Allah, dengan demikian, merupakan gambaran insan kamil<\/em> yang dapat dicapai dengan jalan tasawuf<\/a>. Wali itu adalah orang yang dapat mencapai keruhanian yang selapis di bawah pangkat kenabian dan memancar sifat-sifat ketuhanan. Dengan begitu, hakikat manusia yang sebenar-benarnya, dapat dilihat melalui tingkat kewalian tersebut. <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Dalam kitab Ihya\u2019 Ulumuddin di bab yang menerangkan tentang keajaiban hati, al-Ghazali memandang bahwa hakikat manusia adalah kalbu (hati). Diterangkan bahwa keistimewaan dan kelebihan manusia di antara makhluk-makhluk lainnya adalah bahwa manusia memiliki potensi untuk makrifat kepada Allah. Makrifat pada Allah Yang Mahatinggi di dunia adalah keagungan dan kesempurnaan-Nya, sementara bagi kehidupan akhirat, […]<\/p>\n","protected":false},"author":13,"featured_media":19693,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[17],"tags":[6318,4549],"yoast_head":"\nHakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Dalam kitab Ihya\u2019 Ulumuddin di bab yang menerangkan tentang keajaiban hati, al-Ghazali memandang bahwa hakikat manusia adalah kalbu (hati). Kalbu dalam arti\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Dalam kitab Ihya\u2019 Ulumuddin di bab yang menerangkan tentang keajaiban hati, al-Ghazali memandang bahwa hakikat manusia adalah kalbu (hati). Kalbu dalam arti\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-11-11T06:19:57+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-11-11T06:19:59+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Hakikat-Manusia-Menurut-Ajaran-Tasawuf-Imam-Al-Ghazali.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Rohmatul Izad\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Rohmatul Izad\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"3 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/\"},\"author\":{\"name\":\"Rohmatul Izad\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a\"},\"headline\":\"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali\",\"datePublished\":\"2019-11-11T06:19:57+00:00\",\"dateModified\":\"2019-11-11T06:19:59+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/\"},\"wordCount\":671,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Hakikat-Manusia-Menurut-Ajaran-Tasawuf-Imam-Al-Ghazali.jpg\",\"keywords\":[\"hakikat manusia\",\"tasawuf imam al ghazali\"],\"articleSection\":[\"Tasawuf\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/\",\"name\":\"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Hakikat-Manusia-Menurut-Ajaran-Tasawuf-Imam-Al-Ghazali.jpg\",\"datePublished\":\"2019-11-11T06:19:57+00:00\",\"dateModified\":\"2019-11-11T06:19:59+00:00\",\"description\":\"Dalam kitab Ihya\u2019 Ulumuddin di bab yang menerangkan tentang keajaiban hati, al-Ghazali memandang bahwa hakikat manusia adalah kalbu (hati). Kalbu dalam arti\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Hakikat-Manusia-Menurut-Ajaran-Tasawuf-Imam-Al-Ghazali.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Hakikat-Manusia-Menurut-Ajaran-Tasawuf-Imam-Al-Ghazali.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a\",\"name\":\"Rohmatul Izad\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g\",\"caption\":\"Rohmatul Izad\"},\"description\":\"Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada | Alumni Pesantren Baitul Hikmah Krapyak Yogyakarta\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/rohmizad\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org","description":"Dalam kitab Ihya\u2019 Ulumuddin di bab yang menerangkan tentang keajaiban hati, al-Ghazali memandang bahwa hakikat manusia adalah kalbu (hati). Kalbu dalam arti","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org","og_description":"Dalam kitab Ihya\u2019 Ulumuddin di bab yang menerangkan tentang keajaiban hati, al-Ghazali memandang bahwa hakikat manusia adalah kalbu (hati). Kalbu dalam arti","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-11-11T06:19:57+00:00","article_modified_time":"2019-11-11T06:19:59+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Hakikat-Manusia-Menurut-Ajaran-Tasawuf-Imam-Al-Ghazali.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Rohmatul Izad","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Rohmatul Izad","Est. reading time":"3 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/"},"author":{"name":"Rohmatul Izad","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a"},"headline":"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali","datePublished":"2019-11-11T06:19:57+00:00","dateModified":"2019-11-11T06:19:59+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/"},"wordCount":671,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Hakikat-Manusia-Menurut-Ajaran-Tasawuf-Imam-Al-Ghazali.jpg","keywords":["hakikat manusia","tasawuf imam al ghazali"],"articleSection":["Tasawuf"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/","name":"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Hakikat-Manusia-Menurut-Ajaran-Tasawuf-Imam-Al-Ghazali.jpg","datePublished":"2019-11-11T06:19:57+00:00","dateModified":"2019-11-11T06:19:59+00:00","description":"Dalam kitab Ihya\u2019 Ulumuddin di bab yang menerangkan tentang keajaiban hati, al-Ghazali memandang bahwa hakikat manusia adalah kalbu (hati). Kalbu dalam arti","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#primaryimage","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Hakikat-Manusia-Menurut-Ajaran-Tasawuf-Imam-Al-Ghazali.jpg","contentUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Hakikat-Manusia-Menurut-Ajaran-Tasawuf-Imam-Al-Ghazali.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hakikat-manusia-menurut-ajaran-tasawuf-imam-al-ghazali\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Hakikat Manusia Menurut Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a","name":"Rohmatul Izad","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g","caption":"Rohmatul Izad"},"description":"Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada | Alumni Pesantren Baitul Hikmah Krapyak Yogyakarta","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/rohmizad\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/19687"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/13"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=19687"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/19687\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/19693"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=19687"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=19687"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=19687"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}