Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":2000,"date":"2018-06-28T04:06:22","date_gmt":"2018-06-28T04:06:22","guid":{"rendered":"http:\/\/pecihitam.org\/?p=2000"},"modified":"2019-04-03T15:57:03","modified_gmt":"2019-04-03T15:57:03","slug":"umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/","title":{"rendered":"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid’ah"},"content":{"rendered":"

Pecihitam.org<\/strong> – Selain mudah memvonis kalangan lain sebagai syirik, kaum Wahabi-Salafi juga sedemikian mudah menuduh bid\u2018ah<\/strong>. Sejumlah perkara yang diyakini sebagai sunnah oleh kaum non-Wahabi, sering disebut bid\u2018ah oleh kaum Wahabi.<\/p>\n

Sunnah dan bid\u2018ah<\/strong> memang dua perkara yang saling berhadapan. Sejauh ini, sunnah dan bid\u2018ah masih sulit ditentukan batas pengertiannya. Kontradiksi nya bisa terus memanjang. Tidak sedikit orang yang menetapkan batas pengertian bid\u2018ah tanpa menetapkan lebih dulu batas pengertian sunnah.<\/p>\n

Rasulallah Saw. sendiri dalam hadis berikut menekankan soal sunnah lebih dulu, baru kemudian memperingatkan soal bid\u2018ah.<\/p>\n

\u201cSesungguhnya tutur kata terbaik, Kitabullah dan petunjuk terbaik, petunjuk Muhamad Saw. Sedangkan persoalan yang terburuk, hal-hal yang diada-adakan (yang berlawanan dengan sunnah Rasulallah Saw), dan setiap hal yang diada-adakan ialah bid\u2018ah dan setiap bid\u2018ah adalah sesat\u201d. (HR Bukhari dan Muslim)<\/p>\n

Makna hadis di atas diperjelas oleh hadis berikut,<\/p>\n

\u201cBarangsiapa merintis jalan kebajikan ia memperoleh pahalanya. Pahala orang yang mengerjakannya sesudah dia, tidak di kurangi sedikitpun. Barangsiapa merintis jalan kejahatan, ia memikul dosanya. Dosa orang yang mengerjakannya sesudah dia tidak dikurangi sedikit pun juga\u201d (Sahih Muslim V11 hal.61..Sahih Muslim hadis no.1017, Sahih Ibnu Khuzaimah, Sunan Baihaqi Al-kubra, Sunan Ad-Darimi, Sahih Ibnu Hibban dan lainnya). Hadis ini, menjelaskan makna Bid\u2019ah hasanah dan Bid\u2019ah dhalalah.<\/p>\n

Baca juga<\/strong>: Kajian Singkat Bagaimana Memahami Hadits Kullu Bid\u2019atin Dholalah<\/a><\/p>\n

Mengenai pendapat yang mengatakan bahwa hadis diatas ini adalah khusus untuk sedekah saja adalah pendapat yang salah dalam pemahaman syariah. Dalam hadis ini jelas sekali tidak menyebutkan pembatasan hanya untuk sedekah saja, ini terbukti dengan perbuatan bid\u2019ah hasanah yang diamalkan oleh para Sahabat dan Tabi\u2019in (baca uraian selanjutnya).<\/p>\n

Begitu juga kaidah pokok yang telah disepakati bulat oleh para ulama, \u201cPengertian berdasarkan keumuman lafadh bukan berdasarkan kekhususan sebab.\u201d<\/p>\n

Nabi Saw. mengetahui bahwa umatnya bukan hidup untuk 10 atau 100 tahun. Akan tetapi, untuk berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, agak sulit untuk memaksakan metode literal dalam memahami Sunnah. Karenanya, Rasulallah Saw. memberikan peluang kepada mereka yang merintis jalan kebaikan sesuai dengan ruang dan konteks perkembangan zaman. Di sinilah muncul bid\u2018ah hasanah (sesuatu kebaikan baru). Seperti akan dijelaskan di bawah, para tabi\u2018in juga banyak yang merintis bid\u2018ah hasanah.<\/p>\n

Dari hadis Jabir r.a. yang pertama di atas, kita mengetahui dengan jelas bahwa yang disebut bid\u2018ah adalah sesuatu yang diada-adakan dan menyalahi Kitabullah dan petunjuk Rasulallah Saw. Dari hadis berikutnya, kita melihat bahwa Rasulallah memberikan peluang adanya kebajikan baru yang dijamin mendapatkan pahala. Kebajikan baru ini, lebih dekat dengan penilaian sebagai Sunnah.<\/p>\n

Ar-Raghib Al-Ashfahani dalam kitab Mufradatul-Qur\u2019an mengatakan, \u201cSunnah sesuatu berarti jalan. Sunnah Rasulallah Saw. berarti jalan Rasulallah Saw.,yaitu jalan yang ditempuh dan ditunjukkan oleh beliau. Sunnatullah, dapat diartikan jalan hikmah- Nya dan jalan mentaatiNya. Firman Allah Swt. dalam surat Al-Fatah:23, \u2018Sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu. Kalian tidak akan menemukan perubahan pada Sunnatullah itu\u2019.<\/p>\n

Penjelasannya ialah, sunnah merupakan cabang-cabang hukum syariat sekalipun berlainan bentuknya, tetapi tujuan dan maksud- nya tidak berbeda dan tidak berubah, yaitu membersihkan jiwa manusia dan mengantarkan kepada keridhaan Allah Swt.\u201d<\/p>\n

Ibnu Taimiyah dalam Iqtidhaus Shiratul Mustaqim mengatakan, \u201cSunnah Jahiliyah adalah adat kebiasaan yang berlaku dikalangan masyarakat jahiliyah.Jadi, kata sunnah dalam hal itu berarti adat kebiasaan, yaitu jalan atau cara yang berulang-ulang dilakukan oleh orang banyak, baik mengenai soal-soal yang dianggap sebagai peribadatan maupun yang tidak dianggap sebagai peribadatan.\u201d<\/p>\n

Demikian pula, dikatakan oleh Imam Al-Hafidh didalam Al-Fath mengenai makna kata Fithrah. Ia mengatakan, \u201cBeberapa riwayat hadis menggunakan kata sunnah sebagai pengganti kata fithrah, dan bermakna thariqah atau jalan\u2019. Imam Abu Hamid dan Al-Mawardi juga mengartikan kata sunnah dengan thariqah (jalan)\u201d.<\/p>\n

Sebagaimana diprediksi Nabi, sepeninggal beliau Saw. ada kemungkinan perintis jalan kebajikan baru. Demikian pula dengan kejahatan. Untuk menentukan apakah sebuah perilaku merupakan sunnah atau bid\u2018ah, tentu membutuhkan sebuah ketelitian yang saksama. Apalagi berkenaan dengan persoalan yang tidak dilaku- kan, tidak diucapkan dan tidak diperintahkan oleh beliau Saw.
\nDalam perkara ini, terdapat banyak hadis shahih dan hasan yang menunjukkan bahwa Rasulallah Saw. sering membenarkan prakarsa baik. Para sahabat sering mendapatkan pembenaran atas sejumlah amal perbuatan seperti berzikir dan berdoa yang tidak pernah diperintahkan sebelumnya oleh beliau Saw. Prakarsa para sahabat ini tentu didasarkan pada pemahaman dirinya akan Al-Quran dan Sunnah. Mereka melakukan ijtihad berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasulallah Saw.<\/p>\n

Begitu pula suatu kejadian atau perbuatan yang didiamkan atau dibiarkan oleh beliau Saw merupakan petunjuk bagi kita bahwa beliau Saw tidak menolak sesuatu yang baik, jika yang baik itu tidak bertentangan dengan tuntunan dan petunjuk beliau Saw. serta tidak mendatangkan akibat buruk! Itulah yang dimaksud kesimpulan para ulama bahwa sesuatu yang diminta oleh syara\u2019 baik yang bersifat khusus maupun umum bukanlah bid\u2019ah, kendati pun sesuatu itu tidak dilakukan dan tidak diperintahkan secara khusus oleh Rasulallah Saw.!<\/p>\n

Pada dasarnya, semua amal kebajikan yang sejalan dengan tuntutan syariat, tidaklah bertentangan dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulallah Saw. Kebajikan ini jelas tidak mendatangkan mudharat. Karenanya, tidak setiap kebajikan baru dapat disebut sebagai bid\u2018ah. Bahkan, para ulama menamainya dengan sunnah hasanah. Ini semua, baru kita ketahui kalau kita dapat membedakan lebih dahulu mana yang sunnah dan mana yang bid\u2019ah.<\/p>\n

Kebanyakan para penuduh dengan tuduhan bid\u2018ah hanya bersandar pada makna literal kata. Mereka ini, dengan mudah membawa keumuman hadis kullu bid\u2019atin dhalalah (setiap bid\u2019ah adalah sesat) terhadap semua perkara baru baik yang bertentangan dengan nash dan dasar-dasar syari\u2019at maupun yang tidak.<\/p>\n

Berarti mereka telah mencampur-aduk penggunaannya kata bid\u2019ah yang syar\u2019i dan lughawi (secara bahasa). Mereka telah terjebak dengan ketidak fahaman bahwa keumuman yang terdapat pada hadis hanyalah terhadap bid\u2019ah yang syar\u2019i, yaitu setiap perkara baru yang bertentangan dengan nash dan dasar syari’at. Jadi, bukan terhadap bid\u2019ah yang lughawi yaitu setiap perkara baru yang diadakan dengan tanpa adanya contoh.<\/p>\n

Bid\u2019ah lughawi ini, terbagi dua yang pertama adalah mardud (tertolak), yaitu perkara baru yang bertentangan dengan nash dan dasar-dasar syari\u2019at dan inilah yang disebut bid\u2019ah dhalalah. Adapun yang kedua, yang makbul (diterima) yaitu perkara baru yang tidak bertentangan dengan nash dan dasar-dasar syari\u2019at. Inilah, yang dapat di terima, walaupun terjadinya itu pada masa-masa dahulu atau sesudahnya.<\/p>\n

Bagi kelompok yang amat gemar menuduh bid\u2018ah kelompok lain, tidak mengakui adanya konsep bid\u2018ah hasanah. Setiap amal yang dikategorikan golongan ini sebagai bid\u2019ah, mereka hukumi haram untuk diamalkan.<\/p>\n

Barangsiapa yang memasukkan semua perkara baru sebagai bid\u2019ah dhalalah, haruslah mendatangkan terlebih dahulu nash-nash yang khos (khusus) maupun yang \u2018am (umum) untuk masalah yang baru tersebut. Agar yang demikian itu, tidak bercampur-aduk dengan bid\u2019ah yang makbul berdasarkan penggunaannya yang lughawi.<\/p>\n

Apakah kita hanya berpegang pada suatu hadis yang kalimat nya, semua bid’ah dhalalah dan kita buang ayat ilahi dan hadis-hadis yang lain, yang menganjurkan manusia selalu berbuat kepada kebaikan?<\/p>\n

Yang benar, kita harus berpegang pada semua hadis yang telah diterima kebenarannya oleh jumhur ulama. Dan, tidak hanya melihat tekstual kalimatnya saja tapi memahami makna dan motif setiap ayat Ilahi dan sunnah Rasulallah Saw. Dengan demikian, ayat ilahi dan sunnah tersebut, satu sama lain tidak akan berlawanan maknanya.<\/p>\n

Menurut Imam Syafi\u2019i, ada dua riwayat yang menjelaskan pemahaman mengenai bid\u2018ah: Pertama, riwayat Abu Nu\u2018aim:<\/p>\n

\u0627\u064e\u0644\u0628\u0650\u062f\u0652\u0639\u064e\u0629 \u064f\u0628\u0650\u062f\u0652\u0639\u064e\u062a\u064e\u0627\u0646\u0650 , \u0628\u0650\u062f\u0652\u0639\u064e\u0629 \u064c\u0645\u064e\u062d\u0652\u0645\u064f\u0648\u062f\u064e\u0629\u064c \u0648\u064e\u0628\u0650\u062f\u0652\u0639\u064e\u0629\u0650 \u0645\u064e\u0630\u0652\u0645\u064f\u0648\u0652\u0645\u064e\u0629\u064c \u0641\u0650\u0645\u064e\u0627 \u0648\u064e\u0627\u0641\u064e\u0642\u064e \u0627\u0644\u0633\u0651\u064f\u0646\u064e\u0651\u0629\u064e \u0641\u064e\u0647\u064f\u0648\u064e \u0645\u064e\u062d\u0652\u0645\u064f\u0648\u0652\u062f\u064e\u0629\u064c \u0648\u064e\u0645\u064e\u0627 \u062e\u064e\u0627\u0644\u064e\u0641\u064e\u0647\u064e\u0627 \u0641\u064e\u0647\u064f\u0648\u064e \u0645\u064e\u0630\u0652\u0645\u064f\u0648\u0645\u0652<\/p>\n

\u201cBid\u2018ah itu ada dua macam. Bid\u2018ah terpuji dan bid\u2018ah tercela. Bid\u2018ah yang sesuai dengan sunnah, maka itulah bid\u2018ah yang terpuji. Sedangkan yang menyalahi sunnah, dialah bid\u2018ah yang tercela.\u201d<\/p>\n

Kedua, riwayat Al-Baihaqi dalam Manakib Imam Syafi\u2019i:<\/p>\n

\u0627\u0644\u0645\u064f\u062d\u0652\u062f\u064e\u062b\u064e\u0627\u062a\u064f \u0636\u064e\u0631\u0652\u0628\u064e\u0627\u0646\u0650, \u0645\u064e\u0627 \u0627\u064f\u062d\u0652\u062f\u0650\u062b\u064e \u064a\u064f\u062e\u064e\u0627\u0644\u0650\u0641\u064f \u0643\u0650\u062a\u064e\u0627\u0628\u064b\u0627 \u0627\u064e\u0648\u0652 \u0633\u064f\u0646\u0651\u064e\u0629\u064b \u0627\u064e\u0648\u0652 \u0623\u062b\u064e\u0631\u064b\u0627 \u0627\u064e\u0648\u0652 \u0627\u0650\u062c\u0652\u0645\u064e\u0627\u0639\u064b\u0627<\/p>\n

\u0641\u064e\u0647\u064e\u0630\u0650\u0647\u0650 \u0628\u0650\u062f\u0652\u0639\u064e\u0629\u064f \u0627\u0644\u0636\u0651\u0644\u0627\u0644\u064e\u0629\u064f \u0648\u064e\u0645\u064e\u0627 \u0627\u064f\u062d\u0652\u062f\u0650\u062b\u064e \u0645\u0650\u0646\u064e \u0627\u0644\u0652\u062e\u064e\u064a\u0652\u0631\u0650 \u0644\u0627\u064e \u064a\u064f\u062e\u064e\u0627\u0644\u0650\u0641\u064f \u0634\u064e\u064a\u0652\u0626\u064b\u0627 \u0650\u0645\u0652\u0646 \u0630\u064e\u0627\u0644\u0650\u0643\u064e<\/p>\n

\u0641\u064e\u0647\u064e\u0630\u0650\u0647\u0650 \u0628\u0650\u062f\u0652\u0639\u064e\u0629\u064c \u063a\u064e\u064a\u0652\u0631\u064e \u0645\u064e\u0630\u0652\u0645\u064f\u0648\u0652\u0645\u064e\u0629\u064c .<\/p>\n

\u201cPerkara-perkara baru itu ada dua macam. Pertama, perkara-perkara baru yang menyalahi Al-Quran, Hadis, Atsar atau Ijmak. Inilah bid\u2018ah dhalalah\/sesat. Kedua, adalah perkara-perkara baru yang mengandung kebaikan dan tidak bertentangan dengan salah satu dari yang disebutkan tadi, maka bid\u2018ah yang seperti ini tidaklah tercela.\u201d<\/p>\n

Imam Qurtubi dalam tafsirnya mengutip pernyataan Imam Syafi\u2019i:
\n\u201cBid\u2018ah terbagi dua: bid\u2018ah mahmudah (terpuji) dan bid\u2018ah madzmumah (tercela). Sesuatu yang sejalan dengan Sunnah maka ia terpuji. Sesuatu yang tidak selaras dengan sunnah adalah tercela. Imam Syafi\u2019i berdalil dengan ucapan Umar bin Khatab r.a. mengenai shalat tarawih: \u2018Inilah sebaik-baik bid\u2018ah\u2019\u201d.<\/p>\n

Selanjutnya, Al-Hafidh Muhamad bin Ahmad Al-Qurtubi rahimahullah memberikan pernyataan mengenai batas-batas dasar antara sunnah dan bid\u2018ah:<\/p>\n

\u201c…Makna hadis Nabi Saw., \u2018Seburuk buruk permasalahan adalah hal yang baru (bid\u2018ah) dan semua bid\u2018ah adalah dhalalah\u2019, adalah hal-hal (bid\u2019ah) yang tidak sejalan dengan Al-Quran dan Sunnah Rasul Saw., atau tidak sejalan dengan perbuatan para Sahabat r.a. Sungguh telah diperjelas mengenai perkara ini oleh hadis lainnya, \u2018Barangsiapa membuat-buat hal baru yang baik dalam islam maka baginya pahala. Dan pahala orang yang mengikutinya, tidak berkurang sedikitpun dari pahalanya. Barang siapa membuat-buat hal baru yang buruk dalam Islam maka baginya dosa. Dan berdosa orang yang mengikutinya\u2019.(HR Muslim nr.1017) dan hadis ini merupakan inti penjelasan mengenai bid\u2019ah yang baik (hasanah) dan bid\u2019ah yang sesat (dhalalah)\u201d.(Tafsir Imam Qurtubi juz 2 hal. 87)<\/p>\n

Al-Muhaddis Al-Imam An Nawawi rhm. dalam kitabnya Syarh An-Nawawi ala Sahih Muslim jilid 7, hlmn.104-105, \u201cPenjelasan mengenai hadis, \u2018Barangsiapa membuat-buat hal baru yang baik dalam Islam, maka pahala baginya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikit pun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat-buat hal baru yang dosanya\u2026,\u2019 hadis ini, merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yang buruk, dan pada hadis ini terdapat pengecualian dari sabda beliau Saw, \u2018Semua yang baru adalah bid\u2019ah, dan semua yang bid\u2019ah adalah sesat.\u2019 Sungguh yang dimaksud adalah, hal baru yang buruk dan bid\u2019ah yang tercela.\u2019\u201d<\/p>\n

Dalam kitab yang sama jilid 6 hal.154-155, disebutkan, \u201cUlama membagi bid\u2019ah menjadi lima bagian, bid\u2019ah wajib, bid\u2019ah mandub, bid\u2019ah mubah, bid\u2019ah makruh dan bid\u2019ah haram. Bid\u2019ah wajib contohnya adalah, mencantumkan dalil-dalil pada ucapan-ucapan yang menentang kemungkaran. Bid\u2019ah mandub (mendapat pahala bila dilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) contohnya adalah membuat kitab-kitab ilmu syariah, membangun majelis taklim dan pesantren. Bid\u2019ah mubah contohnya adalah bermacam-macam dari jenis makanan. Bid\u2019ah makruh dan haram sudah jelas di ketahui. Demikianlah, makna pengecualian dan kekhususan dari makna yang umum, sebagaimana ucapan Umar r.a. atas jama\u2019ah tarawih bahwa \u2018inilah sebaik-baik bid\u2019ah\u2019.\u201d<\/p>\n

Imam Suyuthi berkata, \u201cMaksud dari perkataan bid\u2019ah ialah, sesuatu yang baru diadakan tanpa contoh terlebih dahulu. Dalam istilah syariat, bid\u2019ah adalah lawan dari sunnah, yaitu sesuatu yang belum ada pada zaman Nabi Muhamad Saw. Kemudian hukum bid\u2019ah terbagi kepada hukum yang lima.\u201d (Tanwirul Halik jilid 1, hal.137)<\/p>\n

Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan, \u201cDan membagi sebagian ulama tentang bid\u2019ah ini kepada hukum yang lima. Ini jelas.\u201d (Fathul Bari jilid 17, hal.10).<\/p>\n

Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari 4\/318 sebagai berikut, \u201cPada asalnya, bid\u2019ah itu berarti sesuatu yang diadakan tanpa ada contoh yang mendahului. Menurut syara\u2019 bid\u2019ah itu dipergunakan untuk sesuatu yang bertentangan dengan sunnah, jadilah dia tercela. Yang tepat bahwa bid\u2019ah itu apabila dia termasuk diantara sesuatu yang dianggap baik menurut syara\u2019 maka dia menjadi baik dan bila dia termasuk di antara sesuatu yang dianggap jelek oleh syara\u2019 maka dia menjadi jelek. Jika tidak begitu, dia termasuk bagian yang mubah. Dan terkadang bid\u2019ah itu terbagi kepada hukum-hukum yang lima.\u201d<\/p>\n

Pendapat senada juga yang diungkapkan oleh Jalaluddin as-Suyuthi dalam risalahnya Husnul Maqashid f\u00ee \u2018Amalil Maulid dan juga dalam risalahnya Al-Mashabih f\u00ee Shalatit Tarawih; Az-Zarqani dalam Syarah al Muwattha\u2019; Izzuddin bin Abdus Salam dalam Al-Qawa\u2019id; As-Syaukani dalam Nailul Authar; Ali al-Qari\u2019 dalam Syarhul Misykat; Al-Qasthalani dalam Irsyadus Sari; Syarah Sahih Bukhari dan masih banyak lagi yang tidak kami kutip.<\/p>\n

Baca juga<\/strong>: Beginilah Sejarah \u201cBid\u2019ah\u201d Tanda Baca Al Qur\u2019an Yang Harus Anda Tahu<\/a><\/p>\n

Bila semua hal baru dinilai sebagai bid\u2018ah dhalalah (bid\u2019ah yang sesat atau haram) maka sejumlah amalan baru dari para sahabat serta para ulama yang belum pernah dilakukan atau diperintahkan Rasulallah Saw. semuanya itu akan menjadi sesat atau haram. Sejumlah amalan baru itu, antara lain:<\/p>\n

Pengodifikasian ayat-ayat Al-Quran menjadi mushaf yang di lakukan oleh sahabat Abu Bakar, Umar bin Khatab dan Zaid bin Tsabit, radhiyallahu \u2019anhum.<\/p>\n

Perbuatan khalifah Umar yang mengumpulkan kaum Muslim untuk melakukan shalat tarawih bermakmum pada seorang imam dan shalat ini dilaksanakan pada awal malam dengan bilangan 20 raka\u2019at. Padahal, pada zaman Rasulallah Saw. dilaksanakan pada akhir malam dan tanpa ada bilangan tertentu. Bahkan, ketika itu Umar r.a sendiri berkata, \u2018Bid\u2019ah ini sungguh nikmat\u2019. (HR. Bukhari no.1906)<\/p>\n

Menata ayat-ayat Al-Quran dengan memberi titik pada huruf-huruf tertentu, memberi nomor pada ayat-ayatnya, mengatur juz dan rubu\u2019nya, mengatur dimana dilakukan sujud tilawah, menjelaskan ayat Makiyah, Madaniyah dan sebagainya.<\/p>\n

Pemberian gelar atau titel kesarjanaan seperti; doktor, lc dan sebagainya pada universitas Islam adalah haram, karena pada zaman Rasulallah Saw. cukup banyak para sahabat yang pandai dalam belajar ilmu agama, tapi tidak satupun dari mereka memakai titel dibelakang namanya.<\/p>\n

Mengumandangkan azan dengan pengeras suara, membangun rumah sakit, panti asuhan untuk anak yatim piatu dan masih banyak lagi amal perbuatan yang tidak dilakukan pada zaman Nabi Saw., sahabat tetapi dilakukan pada zaman berikutnya. Jika tidak mengenal istilah bid\u2018ah hasanah, tentu amal perbuatan di atas akan dihukumi sebagai haram.<\/p>\n

Begitu juga, Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Iqtidha’us Shirathil-Mustaqim banyak menyebutkan kebajikan yang belum pernah dikenal pada masa hidupnya Nabi Muhamad Saw. Ibnu Taimiyah tidak mencelanya.<\/p>\n

Di antara kebajikan baru ialah, anjuran untuk berhenti sejenak di sebuah tempat dekat gunung Arafah sebelum wukuf dipadang Arafah\u2013bukannya didalam masjid tertentu sebelum Makkah\u2013, mengusap-usap mimbar Nabi Saw. di Madinah. Ibnu Taimiyah tidak melontarkan celaan terhadap para ulama terdahulu yang mensunnahkan kebajikan tersebut seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Ibnu Abbas, Umar bin Khatab dan lain-lainnya.<\/p>\n

Ibnu Taimiyah juga membenarkan pendapat kaum Muslimin Syam yang mensunnahkan shalat di sebuah tempat dalam masjid Al-Aqsha. Sebuah tempat di mana khalifah Umar dahulu pernah menunaikan Shalat. Padahal sama sekali tidak ada nash mengenai sunnahnya hal itu. Semuanya, hanyalah pemikiran atau ijtihad mereka sendiri dalam rangka usaha memperbanyak kebajikan.<\/p>\n

Meskipun begitu, dikalangan muslimin pada masa itu tidak ada yang mengatakan: “Kalau hal-hal itu baik, tentu sudah di amalkan kaum Muhajirin dan Anshar pada zaman sebelumnya.\u201d (perkataan semacam ini sering diungkapkan oleh golongan pengingkar, terutama golongan Wahabisme-Salafisme).<\/p>\n

Masalah-masalah serupa itu banyak disebut oleh Ibnu Taimiyah dikitab Iqtidha ini, antara lain soal tawasul (doa perantaran) yang dilakukan oleh isteri Rasulallah Saw. Aisyah r.a, dengan membuka penutup makam Nabi Saw. lalu, shalat istisqa (shalat mohon hujan) ditempat itu, tidak beberapa lama turunlah hujan di Madinah. Padahal tidak ada nash sama sekali mengenai cara-cara seperti itu. Walaupun itu adalah hal yang baru (bid’ah), tapi dipandang baik oleh kaum muslimin, dan tidak ada para sahabat yang mencela dan mengatakan bid\u2019ah dhalalah\/sesat.<\/p>\n

Sesungguhnya amalan bid’ah (amalan baru) tersebut walau pun tidak pernah dilakukan pada masa Nabi Saw. serta para pendahulu kita, selama tidak menyalahi syari\u2019at Islam dan tidak berlawanan ijmak para ulama ahulussunnah, bukan berarti otomatis haram untuk diamalkan.<\/p>\n

Kalau semua masalah baru tersebut dianggap bid\u2019ah dholalah (sesat) maka akan tertutup pintu ijtihad para ulama. Terutama pada zaman sekarang tehnologi yang sangat maju dan agama islam telah tersebar hampir diseluruh dunia sehingga akan berhadapan dengan bermacam-macam adat-istiadat umat setempat. Akan tetapi, alhamdulillah pikiran dan akidah sebagian besar umat muslim tidak sedangkal itu.<\/p>\n

Wallahua’lam<\/p>\n

Sanad: Tabarruk<\/a><\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Selain mudah memvonis kalangan lain sebagai syirik, kaum Wahabi-Salafi juga sedemikian mudah menuduh bid\u2018ah. Sejumlah perkara yang diyakini sebagai sunnah oleh kaum non-Wahabi, sering disebut bid\u2018ah oleh kaum Wahabi. Sunnah dan bid\u2018ah memang dua perkara yang saling berhadapan. Sejauh ini, sunnah dan bid\u2018ah masih sulit ditentukan batas pengertiannya. Kontradiksi nya bisa terus memanjang. […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":2001,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[7,6],"tags":[255,1408,216,461,1409,1410,1406,1407],"yoast_head":"\nUmat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid'ah - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Sejumlah perkara yang diyakini sebagai sunnah oleh Ahlussunnah wal Jamaah, sering disebut bid\u2018ah oleh kaum Wahabi. Lalu bagaimana membedakan keduanya?\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid'ah - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Sejumlah perkara yang diyakini sebagai sunnah oleh Ahlussunnah wal Jamaah, sering disebut bid\u2018ah oleh kaum Wahabi. Lalu bagaimana membedakan keduanya?\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:author\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2018-06-28T04:06:22+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-04-03T15:57:03+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2018\/06\/antara-sunnah.png\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"700\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"400\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/png\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Redaksi\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Redaksi\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"12 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/\"},\"author\":{\"name\":\"Redaksi\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/ff3b58d5b39ab10ea20e402be7d60fac\"},\"headline\":\"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid’ah\",\"datePublished\":\"2018-06-28T04:06:22+00:00\",\"dateModified\":\"2019-04-03T15:57:03+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/\"},\"wordCount\":2485,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2018\/06\/antara-sunnah.png\",\"keywords\":[\"apa itu bid'ah\",\"apa itu sunnah\",\"bid'ah hasanah\",\"memahami bid'ah\",\"memahami hadits tentang bid'ah\",\"pendapat ulama tentang bid'ah\",\"sunnah\",\"sunnah dan bid'ah\"],\"articleSection\":[\"Kajian Islam\",\"Khazanah\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/\",\"name\":\"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid'ah - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2018\/06\/antara-sunnah.png\",\"datePublished\":\"2018-06-28T04:06:22+00:00\",\"dateModified\":\"2019-04-03T15:57:03+00:00\",\"description\":\"Sejumlah perkara yang diyakini sebagai sunnah oleh Ahlussunnah wal Jamaah, sering disebut bid\u2018ah oleh kaum Wahabi. Lalu bagaimana membedakan keduanya?\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2018\/06\/antara-sunnah.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2018\/06\/antara-sunnah.png\",\"width\":700,\"height\":400,\"caption\":\"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid'ah\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid’ah\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/ff3b58d5b39ab10ea20e402be7d60fac\",\"name\":\"Redaksi\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/6425f4fe249f16a664104ad8a6a65e4f?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/6425f4fe249f16a664104ad8a6a65e4f?s=96&r=g\",\"caption\":\"Redaksi\"},\"description\":\"Suka Menulis? Silahkan kirimkan tulisan dengan topik seputar Keislaman ke email redaksi di portalpecihitam@gmail.com\",\"sameAs\":[\"https:\/\/toko.pecihitam.org\",\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\"],\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/newpecihitam\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid'ah - Pecihitam.org","description":"Sejumlah perkara yang diyakini sebagai sunnah oleh Ahlussunnah wal Jamaah, sering disebut bid\u2018ah oleh kaum Wahabi. Lalu bagaimana membedakan keduanya?","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid'ah - Pecihitam.org","og_description":"Sejumlah perkara yang diyakini sebagai sunnah oleh Ahlussunnah wal Jamaah, sering disebut bid\u2018ah oleh kaum Wahabi. Lalu bagaimana membedakan keduanya?","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_author":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2018-06-28T04:06:22+00:00","article_modified_time":"2019-04-03T15:57:03+00:00","og_image":[{"width":700,"height":400,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2018\/06\/antara-sunnah.png","type":"image\/png"}],"author":"Redaksi","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Redaksi","Est. reading time":"12 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/"},"author":{"name":"Redaksi","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/ff3b58d5b39ab10ea20e402be7d60fac"},"headline":"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid’ah","datePublished":"2018-06-28T04:06:22+00:00","dateModified":"2019-04-03T15:57:03+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/"},"wordCount":2485,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2018\/06\/antara-sunnah.png","keywords":["apa itu bid'ah","apa itu sunnah","bid'ah hasanah","memahami bid'ah","memahami hadits tentang bid'ah","pendapat ulama tentang bid'ah","sunnah","sunnah dan bid'ah"],"articleSection":["Kajian Islam","Khazanah"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/","name":"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid'ah - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2018\/06\/antara-sunnah.png","datePublished":"2018-06-28T04:06:22+00:00","dateModified":"2019-04-03T15:57:03+00:00","description":"Sejumlah perkara yang diyakini sebagai sunnah oleh Ahlussunnah wal Jamaah, sering disebut bid\u2018ah oleh kaum Wahabi. Lalu bagaimana membedakan keduanya?","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#primaryimage","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2018\/06\/antara-sunnah.png","contentUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2018\/06\/antara-sunnah.png","width":700,"height":400,"caption":"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid'ah"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/umat-islam-harus-paham-bagaimana-batas-antara-sunnah-dan-bidah\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Umat Islam Harus Paham, Bagaimana Batas Antara Sunnah dan Bid’ah"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/ff3b58d5b39ab10ea20e402be7d60fac","name":"Redaksi","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/6425f4fe249f16a664104ad8a6a65e4f?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/6425f4fe249f16a664104ad8a6a65e4f?s=96&r=g","caption":"Redaksi"},"description":"Suka Menulis? Silahkan kirimkan tulisan dengan topik seputar Keislaman ke email redaksi di portalpecihitam@gmail.com","sameAs":["https:\/\/toko.pecihitam.org","https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/"],"url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/newpecihitam\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2000"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=2000"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2000\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/2001"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=2000"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=2000"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=2000"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}