Pecihitam.org<\/strong> – Tepatnya pada Sabtu 16 November 2019, masyarakat dunia memperingati Hari Toleransi Internasional. Peringatan hari toleransi ini penting lantaran praktik-praktik intoleransi sudah sedemikian memprihatinkan, khususnya berbagai aksi intoleransi agama yang akhir-akhir ini begitu marak terjadi di Indonesia.<\/p>\n\n\n\n Secara\nhistoris, Hari Toleransi Internasional pertama kali ditetapkan oleh Perserikatan\nBangsa-Bangsa (PBB) pada 1996 silam. Dengan tujuan, agar memperkuat rasa\ntoleransi dengan meningkatkan rasa saling kesepahaman dan saling pengertian\nantar agama, budaya, dan kebangsaan.<\/p>\n\n\n\n Mengapa\nkita perlu memperingati Hari Toleransi Internasional? Jawabannya jelas,\nperingatan hari toleransi berupaya memberi kesempatan kepada kita semua untuk\nsaling introspeksi diri dan mengeduksi publik tentang pentingnya saling\nmenghormati perbedaan dan memperkuat pencapaian kemanusiaan di bidang\nperdamaian. <\/p>\n\n\n\n Di\nIndonesia sendiri, berbagai kasus intoleransi, baik atas nama agama, ras,\npolitik, dan lain sebagainya, sudah berada pada batas yang memprihatinkan. Sistem\ndemokrasi yang selama ini dibangun, justru memperlebar kesempatan bagi maraknya\nkasus intoleransi atas nama kebebasan berekspresi. <\/p>\n\n\n\n Harus\ndiakui bahwa upaya memberantas praktik intoleransi memang bukan sesuatu yang\nmudah. Pemerintah sendiri menyadari bahwa berbagai praktik intoleransi agama,\nseperti ekstremisme, radikalisme, dan bakan sampai praktik terorisme sangat\nsulit diberantas. Biasanya, penanggulangan itu baru dilakukan ketika praktik\nekstremisme dan terorisme sudah terjadi di masyarakat.<\/p>\n\n\n\n Artinya,\npemerintah menghimbau kepada seluruh masyarakat agar secara bersama-sama dan\nbahu-membahu dalam menangkal aksi intoleransi tersebut. Tugas pemberantasannya\npun tidak hanya terbatas pada pemerintah, polisi, BIN, dan Badan Nasional\nPenanggulangan Terorisme. Selain mereka, masyarakat juga perlu berupaya untuk\nmenumpasnya secara bersama-sama.<\/p>\n\n\n\n Salah\nsatu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah praktik intoleransi adalah\ndengan secara terus-menerus mengedukasi masyarakat melalui berbagai pembinaan. Ini\nbisa dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah, pesantren, dan lembaga lain\nyang memiliki fokus pada penciptaan kedamaian dan keharmonisan dalam masyarakat.<\/p>\n\n\n\n Indonesia\nsendiri sebenarnya sudah memiliki modal yang kuat untuk menciptakan\nkeharmonisan antar umat beragama. Sebab negeri ini sejak dahulu sudah terkenal\nrukun dan damai. <\/p>\n\n\n\n Berbagai\npraktik intoleransi, khususnya atas nama agama, seringkali adalah berasal dari\norganisasi-organisasi internasional yang diimpor ke tanah air. Paham-paham itu,\nseperti HTI, ISIS, Wahabisme, dan masih banyak lagi, dianggap yang paling besar\ndalam menyumbang catatan hitam intoleransi agama di Indonesia.<\/p>\n\n\n\n Sebab,\nsejarah Islam di Indonesia hampir tidak punya riwayat buruk soal intoleransi. Dunia\ninternasional juga mengenal Indonesia adalah negara satu-satunya di dunia yang\ndimasuki Islam secara damai, artinya Islam masuk ke negeri ini tanpa\nmenggunakan pedang. <\/p>\n\n\n\n Di\nbanyak wilayah lain, misi Islamisasi seringkali menggunakan pedang atau dengan\ncara penaklukan secara politik. Hal-hal seperti itu tidak pernah terjadi di\nIndonesia lantaran kita punya Walisongo, yakni para da\u2019i yang mampu membumikan\nIslam secara damai menggunakan jalur kultural dalam berdakwah.<\/p>\n\n\n\n