PeciHitam.org<\/strong> – Mutawatir dalam segi bahasa memiliki arti yang sama dengan kata \u201cmutataabi\u201d artinya beruntun atau beriring-iringan, maksudnya beriring-iringan antara satu dengan yang lain tanpa ada jaraknya. Sedangkan menurut istilah ialah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi yang menurut adat, mustahil mereka bersepakat lebih dahulu untuk berdusta.<\/p>\n Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi, yang menurut adat, pada umumnya dapat memberikan keyakinan yang mantap, terhadap apa yang telah mereka beritakan, dan mustahil sebelumnya mereka bersepakat untuk berdusta, mulai dari awal sanad sampai pada akhir sanad.<\/p>\n Dalam hadits mutawatir, para ahli berbeda-beda dalam memberikan tanggapan, sesuai dengan latar belakang disiplin ilmu yang dimiliki mereka masing-masing, di antaranya ialah:<\/p>\n 1. Ahli hadits mutaqaddimin, tidak terlalu mendalam dalam memberikan bahasan, sebab hadits mutawatir itu pada hakikatnya tidak dimasukkan ke dalam pembahasan masalah-masalah:<\/p>\n 2. Ahli hadits mutaakhirin dan ahli Ushul berkomentar bahwa hadits dapat disebut dengan mutawatir jika memiliki kriteria-kriterianya, sebagai berikut:<\/p>\n Meskipun demikian, sebagian ulama berpendapat bahwa keseimbangan jumlah pada tiap-tiap generasi tidak menjadi persoalan penting yang sangat serius untuk diperhatikan, sebab tujuan utama adanya keseimbangan itu supaya dapat tehindar dari kemungkinan terjadinya kebohongan dalam menyampaikan hadits.<\/p>\n 3. Berdasarkan Tanggapan Panca Indra. Maksudnya hadits yang sudah mereka sampaikan itu harus benar hasil dari pendengaran atau penglihatan mereka sendiri. Bukan dari mimpi atau mereka buat sendiri, kemudian menjadikan haditsnya.<\/p>\n Adapun contoh hadits mutawatir yaitu:<\/p>\n \u0645\u0646 \u0643\u0630\u0628 \u0639\u0644\u064a \u0645\u062a\u0639\u0645\u062f\u0627 \u0641\u0627\u0644\u064a\u062a\u0628\u0648\u0623 \u0645\u0642\u0639\u062f\u0647 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0646\u0627\u0631<\/strong><\/p>\n \u201cBarang siapa yang berbuat dusta pada diriku, hendaklah ia menempati neraka\u201d<\/p>\n Menurut Abu Bakar al-Sairi, bahwa hadits ini diriwayatkan secara marfu’ oleh 60 Sahabat. Menurut Ibnu al-Shalah hadits ini diriwayatkan oleh 62 Sahabat, termasuk 10 Sahabat yang masuk surga11. Hadits ini terdapat pada shahih Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Musnad Ahmad<\/a> dan lain-lain.<\/p>\n Jumhur ulama muhaddisin berpendapat, bahwa hadits Mutawatir memberi faidah ilmu dharuri, yakni suatu keharusan untuk menerimanya secara bulat sesuatu yang yang diberitakan oleh hadits Mutawatir tersebut, hingga membawa kepada keyakinan yang qath\u2019i (pasti).<\/p>\n Hadits Mutawatir tidak diteliti lagi tentang keadilan dan kekuatan hafalan (dhabit) rawi karena jumlah rawi sudah menjadi jaminan untuk adanya persepakatan berdusta. Hadits Mutawatir tidak menjadi objek pembicaraan ilmu hadits dari segi maqbul-mardud suatu hadits.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" PeciHitam.org – Mutawatir dalam segi bahasa memiliki arti yang sama dengan kata \u201cmutataabi\u201d artinya beruntun atau beriring-iringan, maksudnya beriring-iringan antara satu dengan yang lain tanpa ada jaraknya. Sedangkan menurut istilah ialah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi yang menurut adat, mustahil mereka bersepakat lebih dahulu untuk berdusta. Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa […]<\/p>\n","protected":false},"author":16,"featured_media":22068,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[3665],"tags":[7026],"yoast_head":"\n\n
\n