Pecihitam.org- <\/strong>Selain 20 sifat wajib dan mustahil\u00a0 bagi Allah SWT, \u00a0<\/strong>Allah juga memiliki sifat jaiz (boleh atau wewenang). Sifat Jaiz Allah SWT adalah sesuatu yang akan diciptakan tergantung pada Allah, apakah akan diciptakan atau tidak. <\/p>\n\n\n\n Pengarang Nadhom (Al-Marzuky) berkata : Dengan karunia dan keadilanNya, Allah memiliki sifat boleh (wenang) yaitu boleh mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya<\/em>. Keterangan ini berdasarkan firman Allah: “Dan Tuhanmu menetapkan apa yang Dia kehendakidan memilihnya, tidak ada pilihan bagi mereka<\/em>” (QS Al-Qashash:68 dan Al-Baqarah:284).<\/p>\n\n\n\n Sebelum kita membahas sifat jaiz\nbagi Allah SWT, alangkah baiknya jika kita mengetahui 20 sifat-sifat wajib dan\nmustahil bagi Allah terlebih dahulu. Umat Islam pada umumnya mengenal\nsifat-sifat Allah SWT. Sebagaimana banyak ditulis dalam kitab-kitab klasik\nataupun yang ditulis tokoh Muslim kontemporer, sifat-sifat Allah itu ada 20\nmacam. Dan, ke-20 sifat itu biasanya dinamakan dengan sifat 20 atau 20\nsifat yang dimiliki Allah.<\/p>\n\n\n\n Ke-20 sifat wajib bagi Allah adalah\nwujud (ada; QS Thaha: 14, Alrum: 8, Alhadid: 3), qadim (terdahulu), baqa\n(kekal; QS Arrahman: 26-27 dan Alqashas: 4), Mukhalafatuhu li al-Hawaditsi\n(berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya; QS Assyura: 11 dan Al-Ikhlas: 4), Qiyamuhu\nbi Nafsihi (berdiri sendiri; QS Thaha: 111, Alfaathir: 15, dan Al-Ankabut: 6),\nWahdaniyah (Maha Esa; QS Al-Ikhlash: 1-4 dan Azzumar: 4), Qudrat (Maha\nBerkuasa; QS Annur:45 dan Alfaathir: 44), Iradah (Maha Berkehendak; QS Annahl:\n40 dan Alqashash: 68), ‘Ilmu (Maha Mengetahui; QS Ali Imran: 26,\nAsysyuura:94-50, dan Almujadalah: 7), Hayyu (Maha Hidup; QS Alfurqon: 58,\nAlmu’min:65, dan Thaha: 111), Sama’ (Maha Mendengar; QS Almujadalah: 1 dan\nThaha: 43-46), Bashar (Maha Melihat; QS Almujadalah: 1 dan Thaha: 43-46), dan\nKalam (Maha Berbicara; QS Annisa:164 dan Al-A’raaf: 143). Kemudian, Qadirun\n(Berkuasa), Muridun (Berkendak), ‘Aliman (Mengetahui, Berilmu), Hayyan (Hidup),\nSami’an (Mendengar), Bashiran (Melihat), dan Mutakalliman (Berbicara).<\/p>\n\n\n\n