PeciHitam.org – <\/strong>Banyak masyarakat yang bertanya-tanya tentang bagaimana sebenarnya para keturunan Nabi Muhammad SAW yang ada sekarang ini. Apakah mereka terjaga dari segala dosa sehingga bebas melaksanakan apa saja? Ataukah mereka punya kewajiban yang sama dengan umat Islam lain dalam hal menjaga keilmuan dan sikapnya untuk berusaha patuh dan mengikuti jejak sikap kakeknya, Rasulullah Muhammad SAW?<\/p>\n\n\n\n

Syekh Ibrahim Al-Baijuri mengatakan bahwa ulama berbeda\npendapat perihal siapa yang dimaksud keluarga Nabi Muhammad SAW. Mayoritas\nulama berpendapat bahwa keluarga Nabi Muhammad SAW adalah Sayyidina Ali RA,\nSayyidatina Fathimah RA, Hasan RA, dan Husein RA.<\/p>\n\n\n\n

Menurut jumhur ulama, ahlul bait Rasulullah SAW adalah Sayyidina Ali<\/a>, Sayyidatina Fathimah RA, Hasan RA, dan Husein RA. Tetapi ada ulama berpendapat bahwa ahlul bait Rasulullah SAW adalah siapa saja yang pernah bertemu pada satu rahim dengan Nabi Muhammad SAW. Ulama lain berpendapat berbeda dari dua pendapat sebelumnya, (Lihat Imam Al-Baijuri, Tahqiqul Maqam ala Kifayatil Awam, [Surabaya, Maktabah M bin Ahmad Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 70).<\/p>\n\n\n\n

Alasan kaum nahdliyin cukup beralasan. Pandangan mereka\nsejalan dengan keterangan Syek Ibrahim Al-Baijuri perihal Surat As-Syura ayat\n23 di mana Allah memerintahkan umat Islam untuk mencintai kerabat Rasulullah\nSAW.<\/p>\n\n\n\n

Sikap kaum nahdliyin terhadap para habib hingga kini tidak bergeser. Mereka membanjiri majelis-majelis yang dibuka oleh para habib. Mereka bershalawat bersama para habib. Hal ini kiranya yang menjadi alasan masyarakat Islam di Indonesia secara umum mencintai keturunan Nabi Muhammad SAW.<\/p>\n\n\n\n

Sebutan Habib atau para Habaib mempunyai makna orang yang\nsangat dicintai sekaligus mencintai. Seseorang dengan sebutan Habib tidak hanya\ningin dincintai, tetapi juga harus mencintai, hal tersebut merupakan pendapat\ndari seorang penulis Kitab Tafsir al-Misbah. Prof Quraish memberikan penekanan\nbahwa ada persoalan mendasar terkait sebutan Habib, yaitu akhlak. Akhlak\nmenjadi alasan fundamental bahwa tidak semua keturunan Rasulullah bisa disebut\nhabib.<\/p>\n\n\n\n

Keturunan Nabi dari Sayyidina Husein disebut sayyid,\nsedangkan dari Sayyidina Hasan disebut assyarif, ini dari beberapa literature\nyang ada. Dari hasil pernikahan Sayyidah Fatimah binti Muhammad dengan\nSayyidina Ali bin Abi Thalib, mereka dikaruniai dua orang putra yang bernama\nHasan dan Husein.<\/p>\n\n\n\n

Sebutan habib selama ini harus melalui komunitas dengan\nberbagai persyaratan yang sudah disepakati. Hal tersebut telah ditekankan oleh\norganisasi pencatat keturunan Nabi, Rabithah Alawiyah. Di antaranya cukup\nmatang dalam hal umur, memiliki ilmu yang luas, mengamalkan ilmu yang dimiliki,\nikhlas terhadap apapun, wara atau berhati-hati, serta bertakwa kepada Allah.\nRabithah Alawiyah merupakan organisasi yang dipimpin oleh Habib Zen bin Smith\n(salah satu Mustasyar PBNU) menekankan bahwa akhlak yang baik menjadi salah\nsatu alasan utama keturunan Nabi disebut Habib.<\/p>\n\n\n\n

Para ulama Ahlussunnah wal Jama\u2019ah berpendapat, mereka yang\nmerupakan keturuan Sayyidah Fathimah dari jalur Hasan maupun Husain adalah\nketurunan Rasulullah \ufdfa\nmelalui jalur nasab. Adapula orang lain yang bisa menyambung kepada Baginda\nNabi bukan melalui jalur nasab, tapi karena jalur sebab. Mereka adalah para\nulama yang benar-benar ulama, yaitu mereka yang selain alim juga mengamalkan\nilmunya. Dalam sebuah hadits yang panjang, diriwayatkan oleh Katsir bin Qais\nRasulullah SAW disebutkan: \u201cSesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi<\/em>.\u201d\n(Sunan Abi Dawud, juz 1, halaman 81)  Jadi kesimpulanya adalah, nasab Nabi\nmerupakan nasab yang mulia apabila dibarengi dengan mengikuti aturan-aturan\nNabi. dzurriyah Nabi secara garis nasab bisa tidak dianggap sebagai dzurriyyah\napabila tidak mengikuti jejak perilaku Rasulullah SAW. dzurriyah yang sekaligus\npengikut ajaran Rasulullah SAW tentu kedudukannya sangat tinggi dan terhormat. <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

PeciHitam.org – Banyak masyarakat yang bertanya-tanya tentang bagaimana sebenarnya para keturunan Nabi Muhammad SAW yang ada sekarang ini. Apakah mereka terjaga dari segala dosa sehingga bebas melaksanakan apa saja? Ataukah mereka punya kewajiban yang sama dengan umat Islam lain dalam hal menjaga keilmuan dan sikapnya untuk berusaha patuh dan mengikuti jejak sikap kakeknya, Rasulullah Muhammad […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":23041,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6],"tags":[7228],"yoast_head":"\n