Pecihitam.org<\/strong> – Barangkali ada di antara kita yang beranggapan, bahwa jika dalam keluarga sudah ditanamkan nilai-nilai dan pendidikan Nahdliyin, maka tak mungkin dapat teracuni oleh paham-paham radikal seperti wahabi. Sederhananya, sekali NU tetaplah NU. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi, cerita berikut ini bisa mematahkan anggapan tersebut. Dikisahkan oleh Wakil Katib NU Jawa Tengah, KH. Nasrulloh Afandi, yang dimuat di NU Online.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Kiai yang akrab disapa Gus Nasrul itu, ada sebuah keluarga NU, berpendidikan non pesantren. Mulai leluhurnya, semua NU tulen. Mereka juga aktif mengikuti pengajian-pengajian bersama kiai-kia NU. Tetapi kini sekeluarga mendadak jadi Wahabi.<\/p>\n\n\n\n

“Prosesnya sangat singkat, karena anak pertamanya kuliah di sebuah perguruan tinggi, di kota besar dan bergaul dengan aktivis dakwah atau \u2018misioner\u2019 dakwah Wahabi di kampusnya. Ia tertarik dengan dakwah aktivis Wahabi tersebut,” kata Gus Nasrul saat mengisi pengajian di Pondok Pesantren Miftahussa\u2019adah, Tambakselo Wirosari, Kabupaten Grobogan, Jateng, Jumat, 22 Maret 2019.<\/p>\n\n\n\n

Anak pertama itu kemudian memengaruhi adik-adiknya, dan sang ibu yang kurang pengetahuan ilmu agama. Sehingga jadilah satu keluarga itu penganut paham Wahabi. Sementara sang ayah telah meninggal dunia.<\/p>\n\n\n\n

Gus Nasrul, pada kesempatan itu juga mewanti-wanti pada Nahdliyin terutama para orangtua, agar menjaga anak-anak supaya tidak salah pergaulan dan waspada dari aktivitas gerakan Wahabi yang kian gencar. Umumnya mereka mengincar generasi milenial.<\/p>\n\n\n\n

“Di kampus-kampus, sekolah-sekolah, kantor-kantor, di pabrik-pabrik, generasi NU milenial kian gencar jadi incaran target utama Wahabisasi,” katanya. (ar\/ob)<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Barangkali ada di antara kita yang beranggapan, bahwa jika dalam keluarga sudah ditanamkan nilai-nilai dan pendidikan Nahdliyin, maka tak mungkin dapat teracuni oleh paham-paham radikal seperti wahabi. Sederhananya, sekali NU tetaplah NU. Akan tetapi, cerita berikut ini bisa mematahkan anggapan tersebut. Dikisahkan oleh Wakil Katib NU Jawa Tengah, KH. Nasrulloh Afandi, yang dimuat […]<\/p>\n","protected":false},"author":8,"featured_media":2317,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[379,9],"tags":[1567,1566,25],"yoast_head":"\n