Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":23338,"date":"2019-12-04T06:00:00","date_gmt":"2019-12-03T23:00:00","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=23338"},"modified":"2019-12-03T21:44:08","modified_gmt":"2019-12-03T14:44:08","slug":"hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/","title":{"rendered":"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org – <\/strong>Istilah Zakat Profesi belum dikenal di zaman Rasulullah SAW bahkan hingga masa berikutnya selama ratusan tahun. Bahkan kitab-kitab Fiqih yang menjadi rujukan umat ini pun tidak mencantumkan pembahasan bab hukum zakat profesi dalamnya.<\/p>\n\n\n\n

Harus diingat bahwa meski di zaman Rasulullah SAW telah ada beragam profesi, namun kondisinya berbeda dengan zaman sekarang dari segi penghasilan. Dizaman itu pemghasilan yang cukup besar dan dapat membuat seseorang menjadi kaya, berbeda dengan zaman sekarang. <\/p>\n\n\n\n

Sebaliknya, di zaman sekarang ini berdagang tidak otomatis membuat pelakunya menjadi kaya, sebagaimana juga bertani dan berternak. Bahkan umumnya petani dan peternak di negeri kita ini termasuk kelompok orang miskin yang hidupnya masih kekurangan.<\/p>\n\n\n\n

Di sisi\nlain, profesi-profesi tertentu yang dahulu sudah ada, tapi dari sisi pendapatan\nsaat itu tidaklah merupakan kerja yang mendatangkan materi besar. Di zaman\nsekarang ini justru profesi-profesi inilah yang mendatangkan sejumlah besar\nharta dalam waktu yang singkat. Seperti Dokter Spesialis, Arsitek, Komputer\nProgramer, Pengacara, dan sebagainya. Nilainya bisa ratusan kali lipat dari\npetani dan peternak miskin di desa-desa.<\/p>\n\n\n\n

Perubahan Sosial inilah yang mendasari ijtihad para ulama hari ini untuk melihat kembali cara pandang kita dalam menentukan, siapakah orang kaya dan siapakah orang miskin? Intinya zakat itu adalah mengumpulkan harta orang kaya untuk diberikan pada orang miskin. <\/p>\n\n\n\n

Dizaman\ndahulu, orang kaya identik dengan Pedagang, Petani, dan Peternak. Tapi di zaman\nsekarang ini, orang kaya adalah para profesional yang bergaji besar. Zaman\nberubah namun prinsip zakat tidak berubah. Yang berubah adalah realitas di\nmasyarakat. Tapi intinya orang kaya menyisihkan uangnya untuk orang miskin. Dan\nitu adalah intisari Zakat.<\/p>\n\n\n\n

Dengan\ndemikian, zakat profesi merupakan ijtihad pada ulama di masa kini yang\nnampaknya berangkat dari ijtihad yang cukup memiliki alasan dan dasar yang juga\ncukup kuat. Akan tetapi tidak semua ulama sepakat dengan hal tersebut. <\/p>\n\n\n\n

Bagaimana sesungguhnya hukum zakat profesi? Wajibkah penghasilan setiap profesi dikeluarkan zakatnya? Adakah dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi dasar hukum zakat profesi? Berapakah Nisab dan Prosentasinya? Bagaimana cara pembayarannya? Menanggapi persoalan hukum zakat profesi ini, pendapat ulama terbagi menjadi dua:<\/p>\n\n\n\n

Pendapat yang menentang<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Mereka\nmendasarkan pandangan bahwa masalah zakat sepenuhnya masalah ‘ubudiyah.\nSehingga segala macam bentuk aturan dan ketentuannya hanya boleh dilakukan\nkalau ada petunjuk yang jelas dan tegas atau contoh langsung dari Rasulullah\nSAW. Bila tidak ada, maka tidak perlu membuat-buat aturan baru.<\/p>\n\n\n\n

Di zaman\nRasulullah SAW dan Salafus Saleh sudah ada profesi-profesi tertentu yang\nmendapatkan nafkah dalam bentuk gaji atau honor. Namun tidak ada keterangan\nsama sekali tentang adanya ketentuan zakat gaji atau profesi. Bagaimana mungkin\nsekarang ini ada dibuat-buat zakat profesi.<\/p>\n\n\n\n

Rasulullah\nSAW bersabda \u201cBarang siapa mengerjakan suatu perbuatan yang belum pernah\nkami perintahkan, maka ia tertolak\u201d<\/em> (HR. Muslim).<\/p>\n\n\n\n

Rasulullah\nSAW juga bersabda \u201cJauhilah bid\u2019ah, karena bid\u2019ah sesat dan kesesatan ada di\nneraka\u201d<\/em> (HR. Turmudzi).<\/p>\n\n\n\n

Diantara\nmereka yang berada dalam pandangan seperti ini adalah ahli fiqih kalangan\nZahiri seperti Ibnu Hazm dan lainnya dan juga Jumhur Ulama, kecuali Mazhab\nHanafiyah yang memberikan keluasaan dalam kriteria harta yang wajib dizakati.<\/p>\n\n\n\n

Umumnnya\nUlama Hijaz seperti Syaikh Abdullah bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih\nUtsaimin, dan lainnya tidak menyetujui zakat profesi. Bahkan Syaikh Dr. Wahbah\nAz-Zuhaily pun menolak keberadaan zakat profesi sebab zakat itu tidak pernah\ndibahas oleh para ulama salaf sebelum ini. Umumnya Kitab Fiqih Klasik memang\ntidak mencantumkan adanya zakat profesi.<\/p>\n\n\n\n

Pendapat yang mendukung<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Pendapat ini dikemukakan oleh Syaikh Abdur Rahman Hasan, Syaikh Muhammad Abu Zahrah, Syaikh Abdul Wahab Khalaf dan Syaikh Yusuf Qaradhawi<\/a><\/strong>. Mereka berpendapat bahwa semua penghasilan melalui kegiatan profesi dokter, konsultan, seniman, akunting, notaries, dan sebagainya, apabila telah mencapai nishab, maka wajib dikenakan zakatnya. <\/p>\n\n\n\n

Para\nPeserta Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait pada 29 Rajab\n1404 H \/ 30 April 1984 M juga sepakat tentang wajibnya zakat profesi bila\nmencapai nishab, meskipun mereka berbeda pendapat dalam cara mengeluarkannya. <\/p>\n\n\n\n

Pendapat\nini dibangun berdasarkan empat landasan:<\/p>\n\n\n\n

Pertama<\/em><\/strong>: <\/em>Ayat-ayat Al-Qur\u2019an yang bersifat umum yang mewajibkan semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya, seperti dalam QS. Al-Baqarah (2): 267 \u201cHai orang-orang yang beriman, keluarkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu\u201d.<\/em> Juga seperti dalam QS. At-Taubah (9) :103, , dan QS. Adz-Zaariyat (51) : 19.<\/p>\n\n\n\n

Dalam\nayat tersebut, Allah menegaskan bahwa segala hasil usaha yang baik-baik wajib\ndikeluarkan zakatnya. Dalam hal ini termasuk juga penghasilan (gaji) dari\nprofesi sebagai dokter, konsultan, seniman, akunting, notaries, dan sebagainya.\n<\/p>\n\n\n\n

Imam\nAr-Razi berpendapat bahwa apa yang dimaksud dengan \u201chasil usaha\u201d tersebut\nmeliputi semua harta dalam konsep menyeluruh, yang dihasilkan oleh kegiatan\natau aktivitas manusia. Karena itu nash ini mencakup semua harta, baik yang\nterdapat di zaman Rasulullah SAW, baik yang sudah diketahui secara langsung,\nmaupun yang dikiaskan kepadanya.<\/p>\n\n\n\n

Muhammad\nbin Sirin dan Qathadaah sebagaimana dikutip dalam Tafsir Al-Jaami\u2019 Li Ahkaam\nAl-Qur\u2019an<\/em> Juz I : hal. 310-311 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan\nkata-kata \u201cAmwaal<\/em>\u201d (harta) pada QS. Adz-Zaariyaat (51) : 19, adalah\nzakat yang diwajibkan. Artinya semua harta yang dimiliki dan semua penghasilan\nyang didapatkan, jika telah memenuhi persyaratan kewajiban zakat, maka harus\ndikeluarkan zakatnya.<\/p>\n\n\n\n

Sabda Rasulullah\nSAW \u201cMenjadi suatu kewajiban bagi setiap orang muslim berzakat (bersedekah)\u201d<\/em>.\nMereka bertanya, \u201cHai Nabi Allah, bagaimana yang tidak mempunyai harta?\u201d<\/em>.\nRasulullah menjawab \u201cBekerjalah untuk mendapatkan sesuatu untuk dirinya,\nlalu bersedekah\u201d<\/em>. Mereka bertanya \u201ckalau tidak mempunyai pekerjaan?\u201d<\/em>\nRasul bersabda \u201cTolonglah orang yang meminta pertolongan\u201d.<\/em> Mereka\nbertanya lagi \u201cBagaimana bila tak kuasa?\u201d<\/em> Rasulullah menjawab \u201dkerjakanlah\nkebaikan dan tinggalkanlah kejahatan, hal itu merupakan sedekah\u201d<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Kedua<\/em><\/strong>:\nBerbagai pendapat para Ulama terdahulu maupun sekarang, meskipun dengan\nmenggunakan istilah yang berbeda. Sebagian dengan menggunakan istilah yang\nbersifat umum yaitu \u201cal-Amwaal<\/em>\u201d, sementara sebagian lagi secara khusus\nmemberikan istilah dengan istilah \u201cal-maal al-mustafad<\/em>\u201d seperti terdapat\ndalam Fiqh Zakat<\/em> dan al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Sekelompok\nsahabat berpendapat bahwa kewajiban zakat kekayaan tersebut langsung, tanpa\nmenunggu batas waktu setahun. Diantara mereka adalah Ibnu Abbas, Ibnu Mas\u2019ud,\nMu\u2019awiyah, Shadiq, Baqir, Nashir, Daud, dan diriwayatkan juga Umar bin Abdul\nAziz, Hasan, Zuhri, serta Auza\u2019i.<\/p>\n\n\n\n

Pendapat-pendapat\ndan sanggahan-sanggahan terhadap pendapat-pendapat itu telah ditulis dalam\nkitab-kitab, misalnya al-Muhalla<\/em> oleh Ibnu Hazm, jilid 4: 83 dan\nseterusnya al-Mughni<\/em> oleh Ibnu Qudamah jilid 2 : 6, Nail-Authar<\/em>\njilid 4 : 148, Rudz an-Nadzir<\/em> jilid 2 : 41, dan Subul as-Salam<\/em>\njilid 2 : 129.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga<\/em><\/strong>: Dari sudut\nkeadilan yang merupakan ciri utama ajaran Islam penetapan kewajiban zakat pada\nsetiap harta yang dimiliki akan terasa sangat jelas, dibandingkan dengan hanya\nmenetapkan kewajiban zakat pada komoditi-komoditi tertentu saja yang\nkonvensional. Petani yang saat ini kondisinya secara umum kurang beruntung,\ntetap harus berzakat, apabila hasil pertaniannya telah mencapai nishab. <\/p>\n\n\n\n

Karena\nitu sangat adil pula, apabila zakat ini pun bersifat wajib pada penghasilan\nyang didapatkan para dokter, konsultan, seniman, akunting, notaries, dan\nprofesi lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Keempat<\/em><\/strong>:\nSejalan dengan perkembangan kehidupan atau manusia, khususnya dalam bidang\nekonomi, kegiatan penghasilan melalui keahlian dan profesi ini akan semakin\nberkembang dari waktu ke waktu. Bahkan akan menjadi kegiatan ekonomi yang\nutama, seperti terjadi di Negara-negara industry sekarang ini. Penetapan\nkewajiban zakat kepadanya, menunjukkan betapa hukum Islam sangat aspiratif dan\nresponsive terhadap perkembangan zaman. <\/p>\n\n\n\n

Dalam Ruuh\nal-Din al-Islami<\/em>, hal. 300 Afif Abdul Fatah Thabari menyatakan bahwa aturan\ndalam Islam itu bukan saja sekedar berdasarkan pada keadilan bagi seluruh umat\nmanusia, akan tetapi sejalan dengan kemaslahatan dan kebutuhan hidup manusia,\nsepanjang zaman dan keadaan, walaupun zaman itu berbeda dan berkembang dari\nwaktu ke waktu.<\/p>\n\n\n\n

Nisab dan cara mengeluarkan zakat profesi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Terdapat beberapa perbedaan pendapat para Ulama dalam menentukan nisab dan cara menghitung zakat profesi.<\/strong><\/a><\/p>\n\n\n\n

Pertama<\/em><\/strong>:\nMadzhab Empat berpendapat bahwa tidak ada zakat pada harta kecuali sudah\nmencapai nishab dan sudah memiliki tenggang waktu satu tahun. Adapun nishabnya\nadalah senilai 85 gram emas dengan kadar zakat sebesar 2,5%. (Al-Fiqh Islamy\nWa Adillatuhu<\/em>, juz II : 866, 1989)<\/p>\n\n\n\n

Kedua<\/em><\/strong>:\nPendapat yang dinukil dari Syeikh Muhammad Ghazali yang menganalogikan zakat\nprofesi dengan zakat hasil pertanian, baik dalam nishab maupun persentase zakat\nyang wajib dikeluarkan, yaitu 10%.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga<\/em><\/strong>: Pendapat yang menganalogikan zakat profesi ini pada dua hal, yaitu dalam hal nishab pada zakat pertanian, sehingga dikeluarkan pada saat diterimanya, dan pada zakat uang dalam hal kadar zakatnya yaitu sebesar 2,5% (Al-Fiqh Islami Wa Adillatuhu,<\/em> juz II : hal. 866). <\/p>\n\n\n\n

Pendapat yang menganalogikan zakat profesi dengan zakat pertanian, antara lain diambil dari pendapat sebagian sahabat seperti Ibnu Abbas, Ibn Mas\u2019ud, dan Mu\u2019awwiyah. Dan juga dari sebagian seperti Imam Zuhri, Hasan Bashri, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Baqir, Shadiq, Nashir, dan Daud Dzahiri (Al-Fiqh Islami Wa Adillatuhu<\/em>, juz II : hal. 866).<\/p>\n\n\n\n

Keempat<\/em><\/strong>:\nPendapat Madzhab Imamiyyah yang menetapkan zakat profesi sebesar 20% dari hasil\npendapatan bersih. Hal ini berdasarkan pemahaman mereka terhadap firman Allah\nSWT dalam QS. Al-Anfaal (8): 41. Menurut mereka kata-kata ghanintum<\/em>\ndalam ayat tersebut bermakna seluruh penghasilan, termasuk gaji, honorarium,\ndan pendapatan lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Bagi\nyang mempersamakannya menetapkan prosentasi zakatnya sama dengan zakat\nperdagangan yakni 2,5% dari hasil yang diterima setelah dikeluarkannya segala\nbiaya kebutuhan hidup yang wajar dan selama sisa tersebut dalam masa setahun,\ntelah mencapai batas minimal yakni senilai 85 gram emas murni. <\/p>\n\n\n\n

Sedangkan\nyang menganalogikan hasil-hasil dari profesi tersebut dengan zakat pertanian.\nDalam arti begitu ia menerima penghasilan senilai 653 kg hasil pertanian yang\nharganya paling murah, maka seketika itu juga ia harus menyisihkan lima atau\nsepuluh persen (tergantung kadar keletihan yang bersangkutan) dan tidak perlu\nmenunggu batas waktu setahun. <\/p>\n\n\n\n

Hemat saya pendapat pertama yang mempersamakan hukum zakat profesi dengan zakat perdagangan lebih bijaksana, karena hasil yang diterima biasanya berupa uang sehingga lebih mirip dengan perdagangan dan atau nilai emas dan perak. Wallahu a\u2019lam wa muwafiq ila aqwami al-thariq<\/em>.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Istilah Zakat Profesi belum dikenal di zaman Rasulullah SAW bahkan hingga masa berikutnya selama ratusan tahun. Bahkan kitab-kitab Fiqih yang menjadi rujukan umat ini pun tidak mencantumkan pembahasan bab hukum zakat profesi dalamnya. Harus diingat bahwa meski di zaman Rasulullah SAW telah ada beragam profesi, namun kondisinya berbeda dengan zaman sekarang dari segi […]<\/p>\n","protected":false},"author":33,"featured_media":23528,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1691,2338],"tags":[7292],"yoast_head":"\nHukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Bahkan kitab-kitab Fiqih yang menjadi rujukan umat ini pun tidak mencantumkan pembahasan bab hukum zakat profesi dalamnya.\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Bahkan kitab-kitab Fiqih yang menjadi rujukan umat ini pun tidak mencantumkan pembahasan bab hukum zakat profesi dalamnya.\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-12-03T23:00:00+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-12-03T14:44:08+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Hukum-Zakat-Profesi-Menurut-Ulama-Kontemporer-scaled.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Tgk. Muhazzir Budiman, S.S, M.Ag\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Tgk. Muhazzir Budiman, S.S, M.Ag\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"7 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/\"},\"author\":{\"name\":\"Tgk. Muhazzir Budiman, S.S, M.Ag\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/98ab3c48b2454b4b5a9d0df68074ae76\"},\"headline\":\"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer\",\"datePublished\":\"2019-12-03T23:00:00+00:00\",\"dateModified\":\"2019-12-03T14:44:08+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/\"},\"wordCount\":1502,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Hukum-Zakat-Profesi-Menurut-Ulama-Kontemporer-scaled.jpg\",\"keywords\":[\"hukum zakat profesi\"],\"articleSection\":[\"Fiqih\",\"Zakat\"],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/\",\"name\":\"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Hukum-Zakat-Profesi-Menurut-Ulama-Kontemporer-scaled.jpg\",\"datePublished\":\"2019-12-03T23:00:00+00:00\",\"dateModified\":\"2019-12-03T14:44:08+00:00\",\"description\":\"Bahkan kitab-kitab Fiqih yang menjadi rujukan umat ini pun tidak mencantumkan pembahasan bab hukum zakat profesi dalamnya.\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Hukum-Zakat-Profesi-Menurut-Ulama-Kontemporer-scaled.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Hukum-Zakat-Profesi-Menurut-Ulama-Kontemporer-scaled.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/98ab3c48b2454b4b5a9d0df68074ae76\",\"name\":\"Tgk. Muhazzir Budiman, S.S, M.Ag\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/bbcb4f4546cbf5bc54e4db4c261b8d53?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/bbcb4f4546cbf5bc54e4db4c261b8d53?s=96&r=g\",\"caption\":\"Tgk. Muhazzir Budiman, S.S, M.Ag\"},\"description\":\"Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Aceh\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/muhazzirbud\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer - Pecihitam.org","description":"Bahkan kitab-kitab Fiqih yang menjadi rujukan umat ini pun tidak mencantumkan pembahasan bab hukum zakat profesi dalamnya.","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer - Pecihitam.org","og_description":"Bahkan kitab-kitab Fiqih yang menjadi rujukan umat ini pun tidak mencantumkan pembahasan bab hukum zakat profesi dalamnya.","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-12-03T23:00:00+00:00","article_modified_time":"2019-12-03T14:44:08+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Hukum-Zakat-Profesi-Menurut-Ulama-Kontemporer-scaled.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Tgk. Muhazzir Budiman, S.S, M.Ag","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Tgk. Muhazzir Budiman, S.S, M.Ag","Est. reading time":"7 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/"},"author":{"name":"Tgk. Muhazzir Budiman, S.S, M.Ag","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/98ab3c48b2454b4b5a9d0df68074ae76"},"headline":"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer","datePublished":"2019-12-03T23:00:00+00:00","dateModified":"2019-12-03T14:44:08+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/"},"wordCount":1502,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Hukum-Zakat-Profesi-Menurut-Ulama-Kontemporer-scaled.jpg","keywords":["hukum zakat profesi"],"articleSection":["Fiqih","Zakat"],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/","name":"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Hukum-Zakat-Profesi-Menurut-Ulama-Kontemporer-scaled.jpg","datePublished":"2019-12-03T23:00:00+00:00","dateModified":"2019-12-03T14:44:08+00:00","description":"Bahkan kitab-kitab Fiqih yang menjadi rujukan umat ini pun tidak mencantumkan pembahasan bab hukum zakat profesi dalamnya.","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#primaryimage","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Hukum-Zakat-Profesi-Menurut-Ulama-Kontemporer-scaled.jpg","contentUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Hukum-Zakat-Profesi-Menurut-Ulama-Kontemporer-scaled.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/hukum-zakat-profesi-menurut-ulama-kontemporer\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Hukum Zakat Profesi Menurut Ulama Kontemporer"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/98ab3c48b2454b4b5a9d0df68074ae76","name":"Tgk. Muhazzir Budiman, S.S, M.Ag","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/bbcb4f4546cbf5bc54e4db4c261b8d53?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/bbcb4f4546cbf5bc54e4db4c261b8d53?s=96&r=g","caption":"Tgk. Muhazzir Budiman, S.S, M.Ag"},"description":"Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Aceh","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/muhazzirbud\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/23338"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/33"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=23338"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/23338\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/23528"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=23338"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=23338"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=23338"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}