Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":24508,"date":"2019-12-10T07:15:00","date_gmt":"2019-12-10T00:15:00","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=24508"},"modified":"2019-12-09T22:00:17","modified_gmt":"2019-12-09T15:00:17","slug":"disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/","title":{"rendered":"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Sufisme merupakan bagian penting, jika tidak dapat disebut sebagai inti dari keseluruhan ajaran Islam. Spiritualitas yang terkandung dalam ajaran sufisme merupakan ekspresi paling tinggi dari kehidupan religius. <\/p>\n\n\n\n

Hal ini karena manusia, melalui ritual sufistik, dapat menghadirkan diri dalam relung jiwanya bersama Realitas Absolut, sumber dan tujuan hakiki kehidupan. Pengalaman mistik ini, perlahan-lahan dapat menyingkap rahasia identitas kemanusiaannya, bahwa dirinya hanyalah entitas lemah dan kecil di hadapan-Nya.<\/p>\n\n\n\n

Sufi artinya suci, yakni manusia-manusia yang selalu menyucikan diri dengan latihan-latihan kejiwaan atau batin. Sufi berasal dari kata Shafa<\/em> atau Shafwun<\/em> yang berarti bening. Hati seorang sufi selalu bening, karena ada kejernihan batin. <\/p>\n\n\n\n

Para ahli sufi sebenarnya sejajar dengan istilah nimpuna<\/em> dalam mistik kejawen. Yakni manusia-manusia yang memiliki hikmah dalam hidupnya. Manusia-manusia yang melakukan ajaran sufi tersebut berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan (Suwardi Endraswara, 2014).<\/p>\n\n\n\n

Secara\nhistoris, kemunculan sufisme dipastikan terjadi pada abad ke-2 H \/ ke-8 M, dan\nsecara beransur-ansur telah berkembang menjadi kelompok sufi yang beragam di\nsepanjang daerah-daerah Islam. Tidak seperti golongan lain, golongan sufi\ncenderung lebih bersikap akomonatif dan inklusif. <\/p>\n\n\n\n

Hal\nini sebagaimana diungkapkan oleh R K. Khuri (1996) dalam Freedom, Modernity and Islam: Towards Creative Synthesis<\/em> sebagai\nberikut: \u201cSebab kaum sufi hanya memperhatikan pada watak yang ada dalam hati\nmanusia yang terdalam, dan mereka tidak peduli akan tuntutan orang-orang bahwa\nmuslim yang sejati, di manapun, harus memperlihatkan bentuk (identitas) luaran\nyang sama. Mereka amat toleran terhadap perbedaan-perbedaan lokal, bahkan\ntermasuk perbedaan antara Kristen dan Islam sekalipun\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Umat\nIslam yang lain ingin membedakan identitas mereka dari umat non muslim untuk\nmenunjukkan superioritas mereka dalam hal otentisitas dan kebenaran dari apa\nyang mereka anut. Sementara kaum sufi cenderung lebih mengakomodasi perbedaan\ndan mengambil unsur-unsur dari tradisi agama lain. <\/p>\n\n\n\n

Sikap\nini, dengan pengaruh populer dan pandangan esoterik mereka dalam\nmasalah-masalah agama, menjadikan mereka terus-menerus menjadi target bagi para\nsarjana non sufi. Hasilnya seringkali berujung pada penyiksaan dan bahkan\neksekusi terhadap beberapa tokoh sufi.<\/p>\n\n\n\n

Dalam ketidakstabilan teologi seperti ini unsur-unsur intoleransi antara sesama umat Islam berkembang dan tumbuh. Sunni dan Syiah<\/strong><\/a> saling melempar tuduhan sebagai ekstremis dan bahkan sebagai bid\u2019ah, sementara penganut sufi dicap oleh lawan-lawan mereka sebagai ajaran yang menyimpang. <\/p>\n\n\n\n

Tuduh-menuduh bid\u2019ah, murtad, dan bahkan kafir terus berlanjut hingga zaman modern sekarang dengan kedok yang beragam dan dengan intensitas yang bervariasi.<\/p>\n\n\n\n

Terlepas dari pro-kontra tersebut, di sini akan sedikit diuraikan karakteristik sufi sebagai salah satu khazanah pemikiran Islam yang cukup populer dalam kesejarahan Islam. <\/p>\n\n\n\n

Sufisme dicirikan sebagai pengalaman dalam merasakan kehadiran Tuhan di dalam seorang salik, dan juga keinginan untuk pengetahuan langsung dari-Nya. <\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan\ntransenden tersebut dapat dicapai melalui pengalaman subjektif-intuitif melalui\npenyerahan diri dan pemurnian jiwa terus-menerus di hadapan-Nya. Dalam masa\nperjalanan tersebut, seorang salik menyibukkan dirinya dengan keterikatan\nkhusus untuk mengingat Allah dan hidup asketik. <\/p>\n\n\n\n

Pada\nakhir perjalanan spiritual, seorang salik akan mendapatkan pengetahuan\nlangsung, kebenaran-kebenaran rohani dan pada tahap tertinggi merasakan\nkehadiran Tuhan dalam kesadaran manusiawi.<\/p>\n\n\n\n

Sufisme sebagai pandangan hidup memiliki semangat revolusi spiritual yang besar dalam Islam. Hal ini karena sufisme mampu tampil sebagai pengisi ruang batin masyarakat muslim di tengah formalitas Islam ortodoks<\/a> yang kaku. <\/p>\n\n\n\n

Berbeda dari syariah yang melihat manusia dari sisi eksoterik, sufisme lebih menitikberatkan perhatiannya pada pembentukan jiwa manusia melalui serangkaian latihan-latihan spiritual. Dengan mendidik dan memperdalam kesadaran spiritual umat Islam, sufisme telah memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat muslim.<\/p>\n\n\n\n

Meskipun terma sufisme baru dikenal pada abad ke-2 H, akan tetapi hal ini tidak menafikkan bahwa praktik sufisme telah diketahui oleh masyarakat muslim generasi pertama. <\/p>\n\n\n\n

Masyarakat muslim periode awal mendapatkan ajuran hidup zuhud di dunia dan mengutamakan kehidupan akhirat dari ayat-ayat al-Qur\u2019an dan contoh kehidupan Nabi Muhammad. Dari perilaku, etika, moral, dan pandangan hidup sebagian besar umat Islam generasi awal dapat dikatakan bahwa meskipun penyematan nama \u201csufi\u201d datang belakangan, namun secara de facto<\/em> laku sufi sudah dipraktikkan oleh umat Islam sejak awal mula kemunculannya (Ali Sami\u2019 an-Nashar, 1977).<\/p>\n\n\n\n

Sufisme\nmerupakan kemampuan intuitif, emosional, dan spiritual, yang menurut kaum sufi\nkemampuan-kemampuan tersebut akan mengendap jika tidak diaktualisasikan melalui\nlatihan yang benar secara teratur. Dengan demikian, satu definisi sufisme\nadalah suatu tren dalam agama Islam yang tujuannya membentuk kemunikasi\nlangsung antara Allah dan manusia.<\/p>\n\n\n\n

Latihan dalam dunia sufi dikenal dengan \u2018menapaki jalan\u2019 atau tarekat yang tujuannya adalah untuk menyingkapkan tabir yang menutupi hakikat diri dari yang Sejati, dan sehingga akan menjelma atau masuk ke dalam Kesatuan yang tak terpisahkan. <\/p>\n\n\n\n

Latihan sufistik ini, sebagai bentuk reaksi atas rasionalisasi Islam dalam bidang hukum dan teologi, lebih berorientasi pada kebebasan spiritual, yakni memberikan kebebasan pada kemampuan spiritual dan intuisi kita yang hakiki untuk mengaktualisasikan diri secara leluasa.<\/p>\n\n\n\n

Dasar\ndari ajaran sufisme dalam Islam adalah rasa takut terhadap penghakiman Tuhan,\nsehingga menghasilkan kesadaran yang mendalam atas dosa dan kelemahan manusia,\ndan maka dari itu, yang bisa dilakukan hanyalah kepasrahan penuh kepada\nKehendak Allah. Abad pertama Islam merupakan abad yang baik bagi penyebaran\nsufisme sebagai akibat dari ketidakpuasan atas materialisme dan praktik politik\ndan agama. <\/p>\n\n\n\n

Pada\nparuh kedua abad 1 H, pergerakan sufisme masih \u2018ortodoks\u2019 dan pemimpinnya\nadalah orang-orang yang \u201cdianggap paling saleh\u201d. Gerakan asketik pada awal abad\nkedua Islam, dengan semangat penolakan terhadap materialisme dan hasrat\nkeduniawian lainnya, secara beransur-ansur menyatu dengan kecenderungan ke arah\nsufisme secara matang, sehingga berkembanglah apa yang biasa dikenal dengan\ntasawuf dalam bentuknya yang paling klasik (Margaret Smith, 1973).<\/p>\n\n\n\n

Asketisme\nsufi berkembang melalui semacam \u201ckeutamaan\u201d, yakni upaya untuk mengukur ibadah\ndan ritual melampaui apa yang disyaratkan dalam hukum agama, dan penolakan atas\nanggapan batal atau sahnya suatu hal.<\/p>\n\n\n\n

Contoh\ndari ritual dan kepercayaan asketik sufi misalnya; memakai jubbah tambalan,\nmakan hanya yang halal, puasa sunnah dengan berpendangan bahwa puasa sebenarnya\nadalah mengosongkan diri dari nafsu, dan menghabiskan banyak waktunya untuk\nshalat dan membaca al-Qur\u2019an sebagai bentuk ekspresi kedekatan dengan Allah,\nserta ibadah yang lain seperti dzikir, atau mengingat Allah.<\/p>\n\n\n\n

Di\nantara gagasan sufi yang paling penting adalah penolakannya terhadap dunia,\nyang berarti peninggalkan kenikmatan-kenikmatan hidup yang serba sementara, dan\nbahkan meninggalkan hasrat untuk hidup bahagia selama-lamanya. Rabi\u2019ah\nal-Adawiyah (w. 185 H) merupakan sufi pertama yang memberikan penekanan pada\ngagasan tentang cinta yang tidak egois kepada Allah. <\/p>\n\n\n\n

Menurut\nImam al-Qusyairi (w. 465 H), sufi yang sesungguhnya adalah yang tidak tertarik\npada dunia dan sejenisnya. Sufi yang sesungguhnya harus mau mengorbankan semua\nbarang material yang dimilikinya untuk berlatih hidup sabar dan berserah diri\nkepada kehendak Allah, serta lapang dada dalam mengadapi segala kesusahan di\ndunia ini agar lebih dekat dengan Allah di akhirat kelak.<\/p>\n\n\n\n

Sufisme\nmerupakan spiritualitas yang sangat kompleks. Dalam hal ini ada sisi moral,\nemosi, kognisi, da nada spekulasi. Awal mula gerakan sufi merupakan gerakan\nmoral sebagai sebuah metode untuk menyempurnakan diri. Gerakan tersebut untuk\nmerealisasikan nilai-nilai keagamaan Islam secara penuh. <\/p>\n\n\n\n

Namun\nperkembangan selanjutnya gerakan sufi banyak ragam tambahan-tambahan menjadi\ngerakan eskatik. Perkembangan yang demikian pada masa imam Ghazali dibatasi\ndengan pemahaman sufi yang berlebihan. Namun setelah beliau meninggal, gerakan\ntersebut mulai mengendor sehingga sufisme berkembang menjadi hipnotisme secara\nmasal dalam bentuk kelompok sufi yang populer dikenal dengan tarekat-tarekat\n(Fazlur Rahman, 1997).<\/p>\n\n\n\n

Tujuan\nutama dari seluruh latihan sufistik adalah pengalaman spiritual yang bersifat\nlangsung, kesadaran mistik berupa penyatuan dengan Tuhan. Bagi sufi, tujuan ini\nhanya bisa dicapai dengan cara setia mengikuti ajaran sufi, dengan\ntahapan-tahapan yang beragam, yang akan membuat jiwanya menjadi semakin bersih\nsehingga mampu mencapai kualitas-kualitas tertentu dan naik dari satu tahap ke\ntahap yang lebih tinggi hingga akhirnya, dengan seizing dan pertolongan Tuhan,\nmenemukan tempat kembalinya di dalam Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Mungkin\npenjelasan sistematis pertama tentang sufisme sebagai sebuah jalan hidup dan\npemikiran ada dalam Kitab al-Luma\u2019 karya Abu Nasr al-Sarraj (w. 378 H), seorang\nahli sufi dari kota Tus di daerah Khurasan, Iran. Sarraj membicarakan tujuh\ntahapan pencapain spiritual dari tarekat sufi, yakni taubat, wara\u2019, zuhud,\nsederhana, sabar, iman, dan tawakal. <\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya, Sarraj menyebutkan ada sepuluh kondisi jiwa sebagai anugerah dari Allah; ketenangan, dekat dengan Allah, rasa cinta, takut, harapan, rindu, kerukunan, kedamaian, kontemplasi, dan kepastian. <\/p>\n\n\n\n

Sarraj menyatakan bahwa siapapun bisa ikut dalam tarekat sufi dan perpartisipasi dalam tradisi mistis ini, akan tetapi ia juga mencatat bahwa ada seperangkat standar yang tegas yang berlaku bagi siapa saja yang ingin terjun dalam bidang latihan disiplin diri, kesadaran diri, pemahaman intuitif dan mistik, dan kepekaan emosional serta rasa ini. <\/p>\n\n\n\n

Menurut\nal-Junaid (w. 298 H), tahap taubat yang pertama bukan hanya sebatas pengakuan\ndosa-dosa yang masih diingat, tetapi juga dosa-dosa yang terlupakan. Tahap awal\ndari jalan sufi mencakup sikap sabar dan syukur, rasa takut dan harapan. Rasa\ntakut dan harapan tersebut seperti kedua sayap burung ketika sedang terbang,\njika salah satunya patah, maka ia akan jatuh, jika keduanya patah maka ia akan\nmati.<\/p>\n\n\n\n

Jadi para sufi adalah para salik pencari Tuhan. Menurut mereka jalan menuju Tuhan itu banyak sekali, sebanyak bilangan bintang-bintang di langit, atau sebanyak napas manusia. <\/p>\n\n\n\n

Namun yang menjadi soal, akan terbang ke mana para sufi itu dalam menemukan Tuhan? Apakah ke langit atau ke bulan? Tidak, akan tetapi Tuhan bisa dicari dan diketemukan dalam diri manusia masing-masing, yaitu dengan jalan bercermin atau mengaca diri mereka sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Meski\nbegitu, harus diingat pula bahwa pengalaman kasyaf dan fana\u2019 dalam sufisme\ntidak bisa berdiri sendiri. Sebagai cita ideal hanya bisa dicapai melalui\ntarekat, yang terdiri dari penyucian diri dengan meniti maqam-maqam, meditasi\ndengan perantara zikir dan berbagai macam aurad lain, serta melewati berbagai\nihwal. <\/p>\n\n\n\n

Intinya, sufisme adalah satu kesatuan yang utuh dengan inti ajarannya pada pengalaman kasyaf. Bagi para sufi, pengalaman kasyaf ini merupakan dalil yang paling meyakinkan, lantern apa yang mereka namakan dengan hakikat dan makrifat merupakan puncak pengalaman kasyaf. Tanpa ini, niscaya sufisme hanyalah semacam bongkahan kosong tanpa makna. <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Sufisme merupakan bagian penting, jika tidak dapat disebut sebagai inti dari keseluruhan ajaran Islam. Spiritualitas yang terkandung dalam ajaran sufisme merupakan ekspresi paling tinggi dari kehidupan religius. Hal ini karena manusia, melalui ritual sufistik, dapat menghadirkan diri dalam relung jiwanya bersama Realitas Absolut, sumber dan tujuan hakiki kehidupan. Pengalaman mistik ini, perlahan-lahan dapat […]<\/p>\n","protected":false},"author":13,"featured_media":24578,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[17],"tags":[7587,4382],"yoast_head":"\nDisiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Sufisme merupakan bagian penting, jika tidak dapat disebut sebagai inti dari keseluruhan ajaran Islam. Spiritualitas yang terkandung dalam ajaran sufisme...\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Sufisme merupakan bagian penting, jika tidak dapat disebut sebagai inti dari keseluruhan ajaran Islam. Spiritualitas yang terkandung dalam ajaran sufisme...\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-12-10T00:15:00+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-12-09T15:00:17+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Disiplin-Sufisme-dalam-Sejarah-Pemikiran-Islam-scaled.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Rohmatul Izad\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Rohmatul Izad\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"8 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/\"},\"author\":{\"name\":\"Rohmatul Izad\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a\"},\"headline\":\"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam\",\"datePublished\":\"2019-12-10T00:15:00+00:00\",\"dateModified\":\"2019-12-09T15:00:17+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/\"},\"wordCount\":1548,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Disiplin-Sufisme-dalam-Sejarah-Pemikiran-Islam-scaled.jpg\",\"keywords\":[\"sejarah pemikiran islam\",\"sufisme\"],\"articleSection\":[\"Tasawuf\"],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/\",\"name\":\"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Disiplin-Sufisme-dalam-Sejarah-Pemikiran-Islam-scaled.jpg\",\"datePublished\":\"2019-12-10T00:15:00+00:00\",\"dateModified\":\"2019-12-09T15:00:17+00:00\",\"description\":\"Sufisme merupakan bagian penting, jika tidak dapat disebut sebagai inti dari keseluruhan ajaran Islam. Spiritualitas yang terkandung dalam ajaran sufisme...\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Disiplin-Sufisme-dalam-Sejarah-Pemikiran-Islam-scaled.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Disiplin-Sufisme-dalam-Sejarah-Pemikiran-Islam-scaled.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a\",\"name\":\"Rohmatul Izad\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g\",\"caption\":\"Rohmatul Izad\"},\"description\":\"Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada | Alumni Pesantren Baitul Hikmah Krapyak Yogyakarta\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/rohmizad\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam - Pecihitam.org","description":"Sufisme merupakan bagian penting, jika tidak dapat disebut sebagai inti dari keseluruhan ajaran Islam. Spiritualitas yang terkandung dalam ajaran sufisme...","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam - Pecihitam.org","og_description":"Sufisme merupakan bagian penting, jika tidak dapat disebut sebagai inti dari keseluruhan ajaran Islam. Spiritualitas yang terkandung dalam ajaran sufisme...","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-12-10T00:15:00+00:00","article_modified_time":"2019-12-09T15:00:17+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Disiplin-Sufisme-dalam-Sejarah-Pemikiran-Islam-scaled.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Rohmatul Izad","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Rohmatul Izad","Est. reading time":"8 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/"},"author":{"name":"Rohmatul Izad","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a"},"headline":"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam","datePublished":"2019-12-10T00:15:00+00:00","dateModified":"2019-12-09T15:00:17+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/"},"wordCount":1548,"publisher":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Disiplin-Sufisme-dalam-Sejarah-Pemikiran-Islam-scaled.jpg","keywords":["sejarah pemikiran islam","sufisme"],"articleSection":["Tasawuf"],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/","name":"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Disiplin-Sufisme-dalam-Sejarah-Pemikiran-Islam-scaled.jpg","datePublished":"2019-12-10T00:15:00+00:00","dateModified":"2019-12-09T15:00:17+00:00","description":"Sufisme merupakan bagian penting, jika tidak dapat disebut sebagai inti dari keseluruhan ajaran Islam. Spiritualitas yang terkandung dalam ajaran sufisme...","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#primaryimage","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Disiplin-Sufisme-dalam-Sejarah-Pemikiran-Islam-scaled.jpg","contentUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Disiplin-Sufisme-dalam-Sejarah-Pemikiran-Islam-scaled.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/disiplin-sufisme-dalam-sejarah-pemikiran-islam\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/www.pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a","name":"Rohmatul Izad","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g","caption":"Rohmatul Izad"},"description":"Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada | Alumni Pesantren Baitul Hikmah Krapyak Yogyakarta","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/rohmizad\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/24508"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/13"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=24508"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/24508\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/24578"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=24508"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=24508"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=24508"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}