Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":24628,"date":"2019-12-11T07:15:00","date_gmt":"2019-12-11T00:15:00","guid":{"rendered":"https:\/\/www.pecihitam.org\/?p=24628"},"modified":"2019-12-10T20:47:17","modified_gmt":"2019-12-10T13:47:17","slug":"bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/","title":{"rendered":"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Bahasa Arab menurut al-Jabiri berperan besar dalam membentuk nalar keislaman kita, nalar keislaman yang terlalu bergantung pada nalar bayani dan tekstual<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Sudah menjadi keyakinan kaum muslimin bahwa bahasa Arab adalah bahasa agama Islam. Hal itu karena memang \u201ctakdir sejarah\u201d mengguratkan wahyu Allah turun pertama kali di tengah masyarakat Arab dan disampaikan oleh seorang Nabi yang berwicara Arab. Sejak itu, kehidupan religius umat Islam tidak pernah lepas dari bahasa Arab dan secara umum kebudayaan Arab. Bagaimana jika al-Qur’an<\/a> turun di Indonesia?<\/p>\n\n\n\n

Tapi kita tidak berbicara mengenai kemungkinan historis lain\njika agama Islam lahir bukan di bumi Arab. Tidak pula membicarakan bagaimana\nsuatu produk budaya berupa bahasa mendapat kedudukan relijius yang sebegitu\nrupa.<\/p>\n\n\n\n

Bagaimanapun, kata para ahli linguistik, bahasa adalah\nsimbol yang menjadi penanda terhadap makna-makna. Sementara makna merupakan\nhasil pemahaman kultural suatu masyarakat terhadap dunia dan kehidupannya.\nKarena pengalaman manusia berbeda-beda, waktu dan tempatnya, maka wajarlah jika\nbahasa berbeda-beda pula bentuknya.<\/p>\n\n\n\n

Tapi bagaimana jika bahasa merupakan suatu bentukan \u201cresmi\u201d,\ndibangun dan disahkan oleh otoritas tertentu? Inilah yang menjadi kritik\nMuhammad Abid al-Jabiri (1931-2010), seorang pemikir muslim kontemporer,\nterhadap bahasa Arab.<\/p>\n\n\n\n

Kita, karena itu, harus memperhatikan bahwa bahasa Arab yang\nmenjadi sasaran kritik al-Jabiri bukanlah bahasa Arab dengan keseluruhan\nragamnya, melainkan bahasa Arab baku (fushah<\/em>) yang dibentuk oleh suatu\nproses kodifikasi dan klasifikasi yang dilakukan oleh para ahli bahasa pada\nabad ke-2 hingga pertengahan abad ke-3 Hijriyah. Rentang masa ini disebut era\nkodifikasi.<\/p>\n\n\n\n

Dalam Takwin al-\u2018Aql al-\u2018Arab<\/em> (terjemahan Ilham Khoiri, 2014) al-Jabiri menjelaskan bahwa era kodifikasi adalah periode ketika para ilmuwan dan cendekiawan merekonstruksi pengetahuan dalam rangka mewujudkan kerangka keilmuan sebagai referensi pemikiran Arab-Islam. Pada masa inilah hadis-hadis berhasil ditransmisikan, dikumpulkan, diklasifikasi dan dibukukan yang dengannya kemudian lahir ilmu-ilmu agama Islam<\/strong><\/a> semisal tafsir, fiqih dan lain-lain.<\/p>\n\n\n\n

Al-Jabiri menegaskan bahwa kodifikasi bukan berarti\nmemproduksi ilmu dan pengetahuan yang orisinil, melainkan menemukan,\nmengumpulkan dan mengklasifikasi ilmu-ilmu yang telah ada. Dalam proses\ntersebut ilmu mengalami pengurangan, penambahan, seleksi, koreksi dan pemilahan\nsesuai dengan bangunan pemikiran yang melingkupi peradaban Arab-Islam pada era\ntersebut.<\/p>\n\n\n\n

Proses kodifikasi, lanjut al-Jabiri, \u201ctidak terbatas pada\nupaya membentengi warisan kultural Arab-Islam dari kesirnaan dan tidak sekedar\nmengklasifikannya agar mudah dipelajari, tetapi sesungguhnya merupakan proses\nrekonstruksi terhadap warisan kultural tersebut dan menjadikannya \u2018tradisi\u2019,\nyaitu sebagai kerangka rujukan bagi cara pandang masyarakat Arab terhadap\nsegala hal.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Dengan kata lain, ilmu-ilmu Islam di era kodifikasi menjadi (di)paten(kan)\ndan (di)resmi(kan) lalu ditetapkan sebagai tradisi (turats<\/em>) yang menjadi\nrujukan kebudayaan Arab-Islam di masa-masa berikutnya. Karena itu, Wajarlah\njika Fazlur Rahman menyatakan dalam Islam <\/em>(terjemahan oleh Irsyad\nRafsadie, 2017) bahwa era kodifikasi adalah era kelahiran ortodoksi Islam.<\/p>\n\n\n\n

Proses kodifikasi ilmu menghajatkan proses kodifikasi pula\nterhadap bahasa Arab yang menjadi bahasa sumber keilmuan Islam. Di samping\nkarena proyek kodifikasi ilmu-ilmu yang sedang marak, ada kekhawatiran\nterjadinya kerusakan bahasa Arab karena menyebarnya dialek-dialek yang dianggap\nmenyimpang dari apa yang dianggap sebagai \u201cbahasa Arab murni\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Upaya menemukan bahasa Arab murni tidak mungkin dilakukan di\nkalangan masyarakat perkotaan sebab di wilayah-wilayah itulah terjadi\npenyimpangan-penyimpangan bahasa. Karena itulah para ahli bahasa harus\nmenemukan dan mengumpulkan perbendaharaan bahasa dari masyarakat yang masih\nmemelihara bahasanya berdasarkan insting (fitrah<\/em>) dan kemurnian\npelafalan. Para ahli bahasa menemukan bahasa semacam itu di kalangan\norang-orang Arab Badui.<\/p>\n\n\n\n

Persoalannya bahasa orang-orang Arab Badui adalah bahasa\nmasyarakat nomaden yang terisolir dari kehidupan peradaban yang lebih maju,\nsehingga bahasa mereka tidak mengandung kekuatan yang bersifat ilmiah dan dapat\ndipelajari secara ilmiah pula. Padahal, masyarakat Arab-Islam pada abad ke-2 hijriyah\nmembutuhkan perangkat kebahasaan yang dapat mendukung proyek rekonstruksi\nilmu-ilmu Islam.<\/p>\n\n\n\n

Oleh karena itu, pengumpulan kosakata dan ungkapan-ungkapan\nbahasa Arab Badui memerlukan proses klasifikasi, koreksi dan kreasi untuk\nmengubahnya menjadi bahasa Arab yang ilmiah. Dari sinilah kodifikasi bahasa\nArab dilakukan dan kemudian melahirkan apa yang kita kenal dengan bahasa Arab fushah<\/em>,\nbahasa yang (di)benar(kan), bahasa yang (di)resmi(kan). Namun pada proses \u201cpematenan\u201d,\n\u201cperesmian\u201d dan \u201cpemba(e)kuan\u201d bahasa Arab itulah terletak persoalan yang\ndikritik oleh al-Jabiri.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu penanda kelahiran bahasa Arab fushah<\/em>\nadalah kehadiran kamus bahasa Arab terkaya dan terbesar, yakni \u201cLisan\nal-\u2018Arab<\/em>\u201d. Awalnya al-Jabiri memuji proses kodifikasi bahasa Arab sebagai\n\u201cmukjizatnya orang Arab\u201d melalui analisa terhadap kamus yang disusun oleh\nal-Khalil ibn Ahmad al-Farahidi (100-170 H) tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Menurutnya, al-Khalil memiliki kepekaan sense of music<\/em>\ndalam meneliti syair-syair Arab, lalu dengan nalar matematisnya menetapkan\nkategori-kategori teoritis terhadap kosakata-kosakata Arab. Al-Khalil misalnya\nmenemukan bahwa kata-kata bahasa Arab adakalanya terdiri dari dua huruf (tsuna`i<\/em>),\ntiga huruf (tsulatsi<\/em>), empat huruf (ruba\u2019i<\/em>), atau lima huruf (khumasi<\/em>).<\/p>\n\n\n\n

Dalam kata-kata tersebut terdapat huruf-huruf yang bisa\ndibuang, sehingga kata-kata berimbuhan (mazid<\/em>) dapat dikembalikan kepada\nbentuknya yang asli tanpa tambahan (mujarrad<\/em>). Berdasarkan itu al-Khalil\nkemudian menyusun huruf-huruf hijaiyah satu dengan yang lain menjadi kata-kata\nyang terdiri dari dua huruf, tiga, empat, atau lima dengan memanfaatkan seluruh\nkemungkinan yang ada, seperti bada<\/em>, daba<\/em>, abada<\/em>, adaba<\/em>,\nbada`a<\/em>, da`aba<\/em>, dan seterusnya.<\/p>\n\n\n\n

Langkah al-Khalil ini diikuti oleh para penyusun kamus-kamus\nbahasa Arab lainnya serta mendorong lahirnya ilmu-ilmu bahasa Arab. Ilmu-ilmu\nini juga menampilkan kenyataan bahwa bahasa Arab fushah<\/em> adalah bahasa logis-matematis.\nDalam ilmu shorf, misalnya, kita dapat mengubah kata-kata Arab kepada\nbermacam-macam bentuk (shighah<\/em>) yang tentu saja mengubah pula makna dan\nfungsinya, hanya dengan mengutak-atik kata dasarnya.<\/p>\n\n\n\n

Karena yang digunakan adalah nalar matematis maka realitas kebahasaan Arab fushah<\/em> bertolak dari \u201ckemungkinan kognitif\u201d (imkan al-dzihn<\/em>), tanpa memperhatikan kemungkinan riil (imkan al-waqi\u2019<\/em>). Dengan kata lain, orang bertutur bahasa Arab berdasarkan olah nalar kognitifnya sendiri, bukan dari pemahaman karsanya (fitrah<\/em>-nya) terhadap realitas. Bahasa Arab fushah<\/em>, karena itu, adalah bahasa yang bersifat logis dan struktural, bukan bahasa kultural.<\/p>\n\n\n\n

Dengan demikian, bagi al-Jabiri, proses kodifikasi bahasa Arab merupakan peralihan dari bahasa Arab pasaran (\u2018amiyah<\/em>) yang tidak ilmiah, yaitu bahasa yang tidak bisa dipelajari secara ilmiah karena berasal dari pengalaman langsung terhadap realitas, kepada bahasa baku yang ilmiah, yaitu bahasa yang tunduk kepada sistem kebahasaan yang terhimpun dalam ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti nahwu dan shorf dan lain-lain. kebakuan bahasa Arab juga menjadi kebekuannya.<\/p>\n\n\n\n

Akhirnya, bahasa Arab menurut al-Jabiri adalah bersifat\nahistoris. Ia melampaui sejarah dan terlepas dari tuntutan-tuntutan\nperkembangan.  Sebagaimana dipaparkan\nsebelumnya, Bahasa Arab fushah<\/em> telah ditetapkan sebagai turats<\/em>\ndan dapat dipelajari secara ilmiah karena ia memiliki kategori-kategori yang\nbeku dan final, terbatas kata-katanya, sehingga tidak mampu memperbarui diri\nseiring dengan perbuahan situasi dan kondisi.<\/p>\n\n\n\n

Dengan peran bahasa Arab fushah<\/em> sebagai pengantar\nilmu-ilmu keislaman, maka apa yang kita fahami dari ilmu-ilmu tersebut adalah\npemahaman orang-orang Arab di era kodifikasi, bukan dalam konteks dan ruang\nlingkup pemikiran masa kita sekarang, sebagaimana orang-orang Arab pada era\nkodifikasi memahami realitas dalam nalar orang-orang Arab Badui.<\/p>\n\n\n\n

Al-Jabiri sejak awal telah menegaskan bahwa bahasa merepresentasikan nalar. Artinya, bahasa yang digunakan seseorang menggambarkan alam nalarnya. Ia mengatakan: \u201cinna nufakkir kama natakallam<\/em>\u201d (kita berpikir sebagaimana kita berkata). Artinya, bahasa yang membatasi kemampuan kita dalam berbicara pada saat yang sama juga membatasi kemampuan kita dalam berpikir.<\/p>\n\n\n\n

Dengan ungkapan yang lebih sederhana, pikiran kita dipengaruhi dan dibatasi oleh bahasa. Sementara Bahasa Arab menurut al-Jabiri berperan besar dalam membentuk nalar keislaman kita, nalar keislaman yang terlalu bergantung pada nalar bayani<\/em> dan tekstual dan kesulitan memahami realitas dengan nalar irfani<\/em> (intuitif) dan burhani<\/em> (demonstratif-filosofis). <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Bahasa Arab menurut al-Jabiri berperan besar dalam membentuk nalar keislaman kita, nalar keislaman yang terlalu bergantung pada nalar bayani dan tekstual. Sudah menjadi keyakinan kaum muslimin bahwa bahasa Arab adalah bahasa agama Islam. Hal itu karena memang \u201ctakdir sejarah\u201d mengguratkan wahyu Allah turun pertama kali di tengah masyarakat Arab dan disampaikan oleh seorang […]<\/p>\n","protected":false},"author":37,"featured_media":24782,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6],"tags":[7601,7124],"yoast_head":"\nBahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Bahasa Arab menurut al-Jabiri berperan besar dalam membentuk nalar keislaman kita, nalar keislaman yang terlalu bergantung pada nalar bayani dan tekstual.\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Bahasa Arab menurut al-Jabiri berperan besar dalam membentuk nalar keislaman kita, nalar keislaman yang terlalu bergantung pada nalar bayani dan tekstual.\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-12-11T00:15:00+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-12-10T13:47:17+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Bahasa-Arab-Menurut-al-Jabiri-dan-Perannya-Terhadap-Nalar-Keislaman-scaled.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Yunizar Ramadhani\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Yunizar Ramadhani\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"6 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/\"},\"author\":{\"name\":\"Yunizar Ramadhani\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77\"},\"headline\":\"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman\",\"datePublished\":\"2019-12-11T00:15:00+00:00\",\"dateModified\":\"2019-12-10T13:47:17+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/\"},\"wordCount\":1167,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Bahasa-Arab-Menurut-al-Jabiri-dan-Perannya-Terhadap-Nalar-Keislaman-scaled.jpg\",\"keywords\":[\"bahasa arab\",\"Muhammad Abid Al-Jabiri\"],\"articleSection\":[\"Khazanah\"],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/\",\"name\":\"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Bahasa-Arab-Menurut-al-Jabiri-dan-Perannya-Terhadap-Nalar-Keislaman-scaled.jpg\",\"datePublished\":\"2019-12-11T00:15:00+00:00\",\"dateModified\":\"2019-12-10T13:47:17+00:00\",\"description\":\"Bahasa Arab menurut al-Jabiri berperan besar dalam membentuk nalar keislaman kita, nalar keislaman yang terlalu bergantung pada nalar bayani dan tekstual.\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Bahasa-Arab-Menurut-al-Jabiri-dan-Perannya-Terhadap-Nalar-Keislaman-scaled.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Bahasa-Arab-Menurut-al-Jabiri-dan-Perannya-Terhadap-Nalar-Keislaman-scaled.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77\",\"name\":\"Yunizar Ramadhani\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g\",\"caption\":\"Yunizar Ramadhani\"},\"description\":\"Guru Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri Martapura Kalimantan Selatan | Alumni Jurusan Aqidah-Filsafat dan Program Pasca Sarjana IAIN Antasari Banjarmasin\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/yunirama\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman - Pecihitam.org","description":"Bahasa Arab menurut al-Jabiri berperan besar dalam membentuk nalar keislaman kita, nalar keislaman yang terlalu bergantung pada nalar bayani dan tekstual.","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman - Pecihitam.org","og_description":"Bahasa Arab menurut al-Jabiri berperan besar dalam membentuk nalar keislaman kita, nalar keislaman yang terlalu bergantung pada nalar bayani dan tekstual.","og_url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-12-11T00:15:00+00:00","article_modified_time":"2019-12-10T13:47:17+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Bahasa-Arab-Menurut-al-Jabiri-dan-Perannya-Terhadap-Nalar-Keislaman-scaled.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Yunizar Ramadhani","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Yunizar Ramadhani","Est. reading time":"6 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/"},"author":{"name":"Yunizar Ramadhani","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77"},"headline":"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman","datePublished":"2019-12-11T00:15:00+00:00","dateModified":"2019-12-10T13:47:17+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/"},"wordCount":1167,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Bahasa-Arab-Menurut-al-Jabiri-dan-Perannya-Terhadap-Nalar-Keislaman-scaled.jpg","keywords":["bahasa arab","Muhammad Abid Al-Jabiri"],"articleSection":["Khazanah"],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/","name":"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Bahasa-Arab-Menurut-al-Jabiri-dan-Perannya-Terhadap-Nalar-Keislaman-scaled.jpg","datePublished":"2019-12-11T00:15:00+00:00","dateModified":"2019-12-10T13:47:17+00:00","description":"Bahasa Arab menurut al-Jabiri berperan besar dalam membentuk nalar keislaman kita, nalar keislaman yang terlalu bergantung pada nalar bayani dan tekstual.","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#primaryimage","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Bahasa-Arab-Menurut-al-Jabiri-dan-Perannya-Terhadap-Nalar-Keislaman-scaled.jpg","contentUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/12\/Bahasa-Arab-Menurut-al-Jabiri-dan-Perannya-Terhadap-Nalar-Keislaman-scaled.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/bahasa-arab-menurut-al-jabiri-dan-perannya-terhadap-nalar-keislaman\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Bahasa Arab Menurut al-Jabiri dan Perannya Terhadap Nalar Keislaman"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77","name":"Yunizar Ramadhani","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g","caption":"Yunizar Ramadhani"},"description":"Guru Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri Martapura Kalimantan Selatan | Alumni Jurusan Aqidah-Filsafat dan Program Pasca Sarjana IAIN Antasari Banjarmasin","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/yunirama\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/24628"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/37"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=24628"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/24628\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/24782"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=24628"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=24628"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=24628"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}