Aspek agama\/ teologi: heterogen dan pluralis; Yahudi, Majusi, penyembah matahari, bulan, bintang (politeis). Di sisi lain ada zindik dan al-dahriyah. Namun ada juga kelomp kecil yg bukan penganut salah satu agama tersebut, malah mendambakan agama baru disebut hanafiyah. <\/p>\n\n\n\n

Kelompok lemah dalam masa Arab pra-Islam adalah: pertama adalah Perempuan, Maka perhatian tentang perempuan oleh Islam (Al Qur\u2019an) untuk ditingkatkan dan diangkat statusnya sejajar dengan laki-laki. Kedua Budak, Maka masalah budak menjadi perhatian Islam (Al Qur\u2019an) untuk dimerdekakan, bukan untuk dilanggengkan.<\/p>\n\n\n\n

Aspek ekonomi ada beberapa hal perlu dicatat. Mata pencaharaian: (1) perdagangan (masyarakat kota), (2) industri (Yahudi + Nasrani), (3) peternakan\/gembala (badui), dan (4) tani (Yahudi). Perdagangan jadi sumber pencaharian masyarakat kota (Makkah) yang biasanya adalah elit borjuis Quraish, sebab secara geografis mereka diuntungkan, yakni Makkah sebagai pusat kota dagang dan tempat transit para pelaku bisnis. <\/p>\n\n\n\n

Kelompok lain: (1) Borjuis\/pedagang, (2) Penggembala, dan (3) pekerja. Demikianlah kondisi masyarakat Arab sebelum Islam dari sisi struktur sosial, ekonomi, mata pencaharian, agama\/teologi\/kepercayaan, hubungan laki-laki dan perempuan, hubungan kelompok elit dengan kelompok lemah. Pertanyaannya adalah bagaimana ajaran Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad saw. <\/p>\n\n\n\n

Islam datang membawa\nsistem sosial yang mensejajarkan (garis) laki-laki dan perempuan (egaliter).\nAdapun bukti\/Indikator Islam membawa sistem sosial yang egaliter:<\/p>\n\n\n\n

1. Islam\nmembangun keluarga bilateral (lihat QS. An Nisa\u2018: 23-24 tentang perempuan yang\nharam dinikahi, yang ternyata menganut prinsip perkawinan indogami, boleh\nmenikah dengan saudara sepupu dan ini merupakan ciri masyarakat bilateral\ndimana laki-laki sejajar dengan perempuan, dan An Nisa\u2019 (4): 7, 11 dan 12\ntentang warisan, dimana Islam memberikan hak waris bagi perempuan dan laki-laki)<\/li>
2. Prinsip\nperkawinan dalam Islam adalah monogomi<\/li>
3. Perempuan\ndalam Islam mempunyai hak cerai (khulu\u2019), berarti equal dengan laki-laki<\/li>
4. Balasan\namal yang diberikan kepada laki-laki sama dengan yang diberikan kepada\nperempuan.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

   Dengan demikian, secara singkat dan untuk mempertegas bahwa Islam memposisikan perempuan setara (equal) dengan posisi laki-laki. Ini berarti Islam memperbarui posisi yang ada di masyarakat Arab sebelum Islam. Masyarakat Arab sebelum Islam mendeskriminasi perempuan sementara Islam memposiskan sejajar antara laki-laki dan perempuan. <\/p>\n\n\n\n

   Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana posisi perempuan sekarang dalam kehidupan masyarakat dibandingkan dengan posisi laki-laki. Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat dikatakan bahwa posisi perempuan sekarang dalam kehidupan masyarakat adalah termarginalkan oleh laki-laki. <\/p>\n\n\n\n

   Dengan ungkapan lain, sistem sosial yang ada sekarang kembali mengutamakan (garis) laki-laki dan menomorduakan perempuan. Adapun indikasinya adalah:<\/p>\n\n\n\n

   1. Adanya\nsubordinasi (merendahkan posisi perempuan)<\/li>
   2. Adanya\nusaha marginalisasi (pemiskinan perempuan, dengan membatasi kesempatan bekerja\nbagi perempuan)<\/li>
   3. Adanya\nstreotipe (label negative kepada perempuan dengan misalnya mengatakan perempuan\nbersifat emosional)<\/li>
   4. Adanya\nviolence (tindakan kekerasan kepada perempuan)<\/li>
   5. Adanya\ndouble burden (tugas ganda yang ditanggung perempuan).<\/li><\/ol>\n\n\n\n

      Mengapa posisi\nperempuan termarginalkan oleh posisi laki-laki, yang berarti kembali lagi ke\nsituasi Arab sebelum Islam. Menurut analisis sejumlah ilmuwan\/ pemikir adalah\nakibat dari:<\/p>\n\n\n\n

      1. Kurang\npaham sejarah Arab pra-Islam<\/li>
      2. Studi\nIslam juz\u2018i<\/li>
      3. Belum\nsadar penting kelompok nash normative-universal dan nash praktis-temporal <\/li>
      4. Ada\nnash terkesan memarginalkan perempuan <\/li>
      5. Budaya\nlokal merasuk ke Islam <\/li>
      6. Dominasi\nteologi\/budaya laki-laki & struktur masyarakat patriarchal<\/li>
      7. Kajian\nIslam murni pendekatan agama <\/li>
      8. Generalisasi\ndari kasus khusus (istithna’) <\/li>
      9. Campuraduk\nantara substansi hukum dengan cara \/ metode <\/li>
      10. Kajian\nIslam literalis dan ahistori 11. Subjektivikasi Islam 12. Peran penguasa atau\nkekuasaan.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

          Adapun jalan keluar untuk mengembalikan posisi perempuan sejajar dengan laki-laki adalah dengan menjadikan ajaran Islam sebagai agama pembaruan, di samping perlu adanya kesadaran terhadap alasan di atas, dalam studi Islam seharusnya menggunakan pendekatan integrative-normatif, interdisipliner, dan menggunakan bantuan ilmu-ilmu sosial-humaniora, seperti sosiologi, histori, antropologi, psikologi dan lain-lain.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

          Pecihitam.Org – Salah satu contoh Islam sebagai agama pembaruan adalah bagaimana pembaruan Islam terhadap status perempuan. Untuk memahami itu, perlu lebih dahulu diketahui bagaimana masyarakat Arab sebelum Islam memperlakukan perempuan. Secara sosiologis, masyarakat Arab pra-Islam dibagi jadi dua kelompok besar, yakni: Masyarakat berperadaban (al \u2018Arab al Mutah\u00e2dirah) \u00e0 masyarakat meden (menetap) dan telah mengalami penetrasi, […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":25531,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[7,1913],"tags":[7808],"yoast_head":"\n