Pecihitam.org<\/strong> – Setelah Gus Dur mengembara dari Universitas Al Azhar<\/a> Kairo, Mesir dan Universitas Baghdad di Irak, Gus Dur muda kemudian melanjutkan perjalanannya ke Eropa. Nah, persis kisah Gus Dur saat merantau di Eropa inilah belum begitu jelas seperti apa saja yang dilakukan oleh Gus Dur di sana.<\/p>\n\n\n\n

Buku Biografi Gus Dur (2002)<\/em> yang ditulis oleh peneliti Australia\nbernama Greg Barton yang selama ini menjadi buku paling otoritatif dalam\nmenjelaskan kisah hidup sang guru bangsa tersebut hanya menceritakan sedikit\nsaja perihal kisah Gus Dur di Eropa.<\/p>\n\n\n\n

Greg Barton (2002) hanya menyebutkan bahwa Gus Dur tingal di Belanda dan\nberencana melanjutkan studi di Universitas Leiden, namun keinginan Gus Dur itu\ngagal dan lantas pulang ke Indonesia. Namun, cerita Greg Barton hanya sampai\nsitu saja, selama satu tahun di Eropa, Gus Dur melakukan apa saja tidak\ndijelaskan.<\/p>\n\n\n\n

Baiklah, kisah pelengkap tentang apa yang dilakukan oleh Gus Dur di Belanda penulis\ndapat dari tulisan Akhol Firdaus berjudul Jejak Gus Dur di Den Haag (2019)<\/em>\nyang ditulis di situs web Institute Javanesse Islam Research (IJIR) IAIN Tulung\nAgung beberapa waktu yang lalu. Firdaus, seorang dosen Agama dan FIlsafat\ntersebut menulis ketika berkunjung ke Roterdam, Belanda.<\/p>\n\n\n\n

Jadi begini kisahnya. Gus Dur<\/strong><\/a> di Belanda itu berencana melanjutkan kuliah di Universitas Leiden untuk mengambil studi agama-agama. Bagaimana ceritanya Gus Dur sampai bisa ke Belanda, padahal sebelumnya Gus Dur kuliah di Timur Tengah yang jauh secara geografis dan kultur dari Belanda?<\/p>\n\n\n\n

Diceritakan oleh Firdaus (2019) bahwa diperkirakan Gus Dur datang ke Belanda\nmelalui jalur relasi organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI). Hal ini\nmasuk akal, karena ketika Gus Dur masih tinggal di Mesir beliau pernah menjabat\nsebagai ketua PPI Mesir. Maka kemudian beliau menggunakan jejaring tersebut\nuntuk pergi ke Belanda.<\/p>\n\n\n\n

Di Belanda sendiri pada tahun-tahun awal 1970an sebagaimana saat Gus Dur\nmengunjungi Belanda, sangat lumrah saat itu banyak pendatang dari berbagai\nnegara lain, khususnya Suriname dan Indonesia (bekas negeri jajahan Belanda).\nKonon saat itu Belanda termasuk sebagai negara yang sangat tidak ketat\nimigrasinya. Sehingga dengan mudah saja bisa pergi ke sana.<\/p>\n\n\n\n

Pada masa itu, di Belanda sangat mudah untuk mencari pekerjaan. Saat itu\nbanyak orang Indonesia yang pergi ke Belanda untuk mencari pekerjaan. Terkait\ndengan Gus Dur, barangkali pekerjaan hanya menjadi sarana untuk dapat\nmelanjutkan kuliahnya di Belanda. Walaupun, keinginan kuliah tersebut tidak\nterkabul.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian apa saja yang dilakukan Gus Dur selama merantau di Belanda\ntersebut, selain untuk mendaftar kuliah? Rupanya Gus Dur memiliki peninggalan\npenting yang diwariskan saat beliau tinggal di Belanda. Warisan tersebut adalah\norganisasi bernama Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa (PPME).<\/p>\n\n\n\n

PPME ini dari awal anggotanya ternyata tidak hanya dari kaum muslim yang berasal\ndari Indonesia saja. Walaupun nama organisasi ini menggunakan nama Indonesia,\nkeanggotaannya ada dari beberapa negara lain seperti Malaysia dan Pakistan.\nSelain itu ada kaum muslim dari Belanda juga.<\/p>\n\n\n\n

Kemungkinan, organisasi ini menggunakan nama berbahasa Indonesia karena\nmayoritas anggotanya dari Indonesia. Hal ini tampak dari nama-nama pendirinya. Selain\nGus Dur, ada sosok yang bernama H. Abdul Wahid Kadungga, Ahmad Hambali Maksum,\ndan H. Mochammad Chaeron.<\/p>\n\n\n\n

Para pendiri tersebut memiliki latar keislaman yang beragam. Misalnya H.\nAbdul Wahid sendiri adalah seorang DDII dan mantan sekertarisnya M. Natsir (tokoh\nPartai Masyumi). Selain itu, Ahmad Hambali Maksum adalah alumni Gontor yang\nsempat aktif di Keluarga Pemuda NU (KPNU) dan Ikatan Cendikiawan Muslim\nIndonesia (ICMI).<\/p>\n\n\n\n

Dan H. Mochammad Chaeron sendiri adalah aktivis Ikatan Mahasiswa\nMuhammadiyah (IMM) dan aktif sebagai kader Partai Masyumi. Dan terakhir sendiri\nadalah KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Dari sekian pendirinya tersebut yang menaik adalam mereka berlatar belakang yang beragam. Dari latar belakang yang beragam tersebut bagaimana lantas bisa sepakat untuk membentuk sebuah organisasi bersama.?<\/p>\n\n\n\n

Jawabannya adalah pengaruh sosok Gus Dur itu sendiri. Walaupun Gus Dur adalah berlatar kuat Islam tradisional<\/strong><\/a>. Tetapi beliau adalah orang yang paling getol memperjuangkan multikulturalisme. Sepertinya, Gus Dur lah yang mendorong terbentuknya organisasi ini dengan spirit yang menerima semua aliran Islam dengan tanpa terkecuali.<\/p>\n\n\n\n

Demikianlah kisah mengenai sosok Gus Dur sewaktu merantau di Eropa. Kisah ini merupakan kisah pelengkap dari sepak terjang Gus Dur di Belanda yang selama ini hanya dipahami untuk melanjutkan kuliah saja. Wallahua\u2019lam.<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Setelah Gus Dur mengembara dari Universitas Al Azhar Kairo, Mesir dan Universitas Baghdad di Irak, Gus Dur muda kemudian melanjutkan perjalanannya ke Eropa. Nah, persis kisah Gus Dur saat merantau di Eropa inilah belum begitu jelas seperti apa saja yang dilakukan oleh Gus Dur di sana. Buku Biografi Gus Dur (2002) yang ditulis […]<\/p>\n","protected":false},"author":47,"featured_media":25586,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[379],"tags":[762],"yoast_head":"\n