Pecihitam.org<\/strong> – Dokter Fahmi Dja\u2019far Syaifudin merupakan putra dari KH. Syaifudin Zuhri<\/a> seorang kiai NU yang pernah menjadi menteri agama era Presiden Sukarno. KH. Syaifudin Zuhri inilah yang membidani berdirinya kampus-kampus IAIN (Institut Agama Islam Negeri) di Indonesia, yang kini banyak bertransformasi menjadi UIN (Universitas Islam Negeri).<\/p>\n\n\n\n

Gus Dur<\/strong><\/a> memiliki kenangan tersendiri dengan teman karibnya yang satu ini. Kenangan tersebut dituliskan Gus Dur dalam sebuah obituari berjudul Fahmi D. Syaifudin dan Keterkaitannya pada NU.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Gus Dur mengenang sosok yang wafat pada 03 Maret 2002 ini sebagai pengabdi NU yang militan dan menempatkan kepentingan NU diatas segala-galanya.<\/p>\n\n\n\n

Gus Dur mengisahkan suatu dini hari pukul 01.00 pagi Dokter Fahmi mendatangi rumahnya dan mengajaknya ke suatu acara NU di Tanjung Priok Jakarta Utara. <\/p>\n\n\n\n

Karena keheranannya terhadap sosok karibnya yang mengajak datang ke acara NU jam 01.00 dini hari ini, maka Gus Dur menyebutnya sebagai seorang NU Gila sebagai becandaan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai penjelas terkait dengan guyonan NU Gila ini, sebelumnya\nsudah sangat populer humor Gus Dur dengan judul Gila NU dan NU Gila. Dalam\nhumor tersebut Gus Dur memberikan definisi terhadap dua jenis orang yang aktif\ndi NU.<\/p>\n\n\n\n

Pertama adalah orang yang Gila NU. Seseorang yang mencintai NU dan\nmengabdi di dalamnya. Orang NU dengan jenis ini biasanya mengabdi untuk NU sampai\njam 12 malam. Karena hingga jam 12 malam orang dengan kategori ini masih\nmengurusi kegiatan NU.<\/p>\n\n\n\n

Kedua, orang NU Gila. Ini adalah level yang lebih tinggi karena jam mengabdinya sampai jam 12 malam lebih. Orang NU dengan jenis pengabdian kedua ini disebut sebagai NU Gila. Bagaimana tidak disebut NU Gila, jam 01.00 dini hari masih sibuk mengurusi NU. Contoh dari orang NU jenis kedua ini adalah Dokter Fahmi Syaifudin.<\/p>\n\n\n\n

Militansi pengabdian Dokter Fahmi ini luar biasa, tidak mengenal\nlelah hingga sebagian besar hidupnya ia berikan untuk NU. Gus Dur mengenang\nkaribnya yang juga pernah menjadi dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI ini\ndengan mengingat kata-kata mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy.<\/p>\n\n\n\n

Kennedy pernah mengatakan \u201cask what you can do for your country, not what the country can do for you (tanyakan apa yang bisa kamu berikan untuk negara, dan jangan kamu tanyakan apa yang negara berikan untukmu)\u201d<\/em>. Namun, negara di sini oleh Dokter Fahmi Syaifudin diwakilkan oleh NU. Jadi, baginya mengabdi untuk NU itu laksana mengabdi untuk negara.<\/p>\n\n\n\n

Dokter Fahmi tidak hanya dikenal sebagai sosok yang militan saja\ndalam mengabdi di NU. Ia juga terkenal egaliter di kalangan PBNU. Di kantor\nPBNU sosok Dokter Fahmi tidak pernah membeda-bedakan latar jabatan di dalamnya.\nDokter Fahmi sangat menghargai seorang pegawai sekretariat biasa sebagaimana\nmenghargai kiai-kiai yang ada di kepengurusan PBNU.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu, Dokter Fahmi juga memiliki andil dalam proses kembalinya NU kepada khittah<\/em> dalam Muktamar NU 1984 di Situbondo. Dokter Fahmi terlibat bersama Gus Dur ke dalam apa yang disebut sebagai anggota Dewan 24. <\/p>\n\n\n\n

Dewan 24 ini merupakan forum kiai dan intelektual muda yang merencanakan pembaharuan NU ke depan, termasuk juga khittah <\/em>\u00a0dan rekonsiliasi kubu KH. Idham Chalid dan kubu KH. As\u2019ad Syamsul Arifin yang sempat memanas.<\/p>\n\n\n\n

Dalam Dewan 24 tersebut didalamnya terdapat juga KH. Mustofa Bisri\n(Gus Mus), Mahbub Djunaedi (Pendiri PMII), Ahmad Zamroni (aktivis PMII) dan\nmasih banyak kiai dan aktivis muda lainnya, termasuk Gus Dur.<\/p>\n\n\n\n

Demikianlah kiprah seorang Dokter Fahmi Syaifudin, karib Gus Dur yang sangat militan untuk memperjuangkan NU dalam hidupnya. Segala pengabdiannya turut membidani organisasi NU hingga menjadi maju seperti saat ini. Segala pengabdiannya mari kita kenang bersama-sama. Al-Fatihah.<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Dokter Fahmi Dja\u2019far Syaifudin merupakan putra dari KH. Syaifudin Zuhri seorang kiai NU yang pernah menjadi menteri agama era Presiden Sukarno. KH. Syaifudin Zuhri inilah yang membidani berdirinya kampus-kampus IAIN (Institut Agama Islam Negeri) di Indonesia, yang kini banyak bertransformasi menjadi UIN (Universitas Islam Negeri). Gus Dur memiliki kenangan tersendiri dengan teman karibnya […]<\/p>\n","protected":false},"author":47,"featured_media":27478,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[12],"tags":[8255,3627],"yoast_head":"\n