PeciHitam.org –\u00a0<\/strong>Salah satu tokoh tafsir awal yang karyanya dapat dijumpai utuh saat ini dan sering menggunakan metode ta\u2019wil adalah Muqatil bin Sulaiman. Ia merupakan salah satu mufasir awal, sehingga pemikirannya dapat memotret dinamika penafsiran di masa awal terbentuknya Islam.<\/p>\n Dalam penafsirannya, Muqatil tidak hanya fokus pada makna tersurat, tetapi juga arti yang tersirat. Ini diperkuat dengan karya khusus yang ditulisnya berjudul al-Wujuh wa al-Naza\u2019ir. Ia juga mengelaborasi karya tafsirnya dengan sumber-sumber israiliyat dari ahl al-kitab.<\/p>\n Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Muqatil bin Sulaiman bin Bashir. Ia lahir di daerah Balkhi, Khurasan, kemudian hijrah ke Basrah dan Baghdad. Sebagaimana diketahui, di kota tersebut telah banyak berkembang agama dan kepercayaan terdahulu seperti agama Kristen.<\/p>\n Kota tersebut juga merekam banyak dialektika pemikiran filsafat Yunani dan kebijaksanaan dari Persia. Lingkungan tersebut turut berperan dalam membentuk horizon intelektual Muqatil, khususnya dalam memahami al-Quran.<\/p>\n Di dalam tafsirnya, Muqatil banyak mengambil hadis dari Mujahid, \u2018Atha\u2019 bin Abi Rabbah, Abi Ishaq al-Sabi\u2019i, al-Dhihak bin Muzahim dan Muhammad bin Muslim al-Zuhri. Meski demikian, ulama berbeda pendapat seputar kredibilitas Muqatil.<\/p>\n Ada yang memuji, tetapi tidak sedikit yang mencaci. Kebanyakan kritik negatif (jarh) terhadapnya menyasar pada kredibilitasnya sebagai seorang ahli hadis, begitupun para ulama memberikan pujian (ta\u2019dil) kepadanya, dalam kapasitasnya sebagai seorang penafsir.<\/p>\n Yahya bin Ma\u2019in menyebut Muqatil sebagai laysa bi tsiqqah (bukan termasuk orang yang kredibel). Sedangkan al-Bukhari menilai Muqatil sebagai perawi hadis yang munkar.<\/p>\n