muwahid <\/em>(orang yang mengakui keesaan Allah) tentu jiwanya tidak boleh terpaut kepada yang lain, sebab eksistensi yang lain hanyalah diciptakan oleh Tuhan yang maha Esa, dan yang Esa adalah apa apa yang berada diluar yang diciptakannya. Sehingga segala lain hanyalah makhluk belaka, baik alam lahir maupun alam Bathin. <\/p>\n\n\n\nTidak hanya, apabilah Tauhid telah mendarah daging pada jiwa seseorang, tentunya dia akan menggantungkan segala jiwanya yang hanya kepada sang Khalik, dan melepaskan jiwa tersebut dari segala pengaruh yang lain. Sehingga dengan demikianlah Tauhid merupakan pijakan tasawuf sekaligus sebagai sumber pencerahan tasawuf. <\/p>\n\n\n\n
Sedangkan dalam sisi lain, Buya Hamka pun menilai hakikat dari tauhid ialah akan menyebabkan beberapa dimensi dalam tasawuf seperti Zuhud dan Cinta. Kemudian secara teoritis dalam konsep tasawuf, dibaginya dalam beberapa tahapan yakni<\/p>\n\n\n\n
Pertama, Tauhid dalam penyembahan<\/em><\/p>\n\n\n\nSudah menjadi pengetahuan umum bahwasanya makna dari penyembahan ini ialah tidak ada satupun makhluk kecuali Allah yang disembah. Jikalau eksistensi manusia berasal dari Allah, tentulah manajemen dan pengarah hidupnya diserahkan pula kepada Allah Swt.<\/p>\n\n\n\n
Kedua, Tauhid dalam meminta pertolongan<\/em><\/p>\n\n\n\nSelain dari penyembahan, Manusia sepatutnya hanya meminta\npertolongan dari Allah Swt., dengan memandang Allah sebagai penyebab sejati di\nalam semesta, itu artinya tidak ada manfaat ataupun mudharat yang dapat menimpa\nmanusia tanpa kehendaknya. <\/p>\n\n\n\n
Ketiga, Tauhid dalam berharap<\/em><\/p>\n\n\n\nPada point ini, tauhid mengajak setiap manusia agar tidak\nmenempatkan harapan harapan mereka kepada siapa pun selain Allah, dan juga\nmerupakan konsekuensi dari keyakinan kepada rububiyyah genetik Allah. Genetik\nAllah yang dimaksud dalam hal ini ialah Allah sebagai pencipta alam semesta,\nmanajer, dan direkturnya. Sehingga Dialah penguasa mutlak terhadap alam semesta.\n<\/p>\n\n\n\n
Dari tahapan inilah, Tauhid membawa konsekuensi logis dimana Tuhan menjadi tempat berlabuh dengan segala bentuk pengabadian, penyembahan, permohonan, dan pengharapan disetiap hamba hamba-Nya. <\/p>\n\n\n\n
maka sangatlah wajar jika memandang hal ini, Buya Hamka menjadikan tauhid sebagai titik pijak sekaligus muara segala bentuk pengalaman tasawuf, bukan untuk mendekatkan diri atau mengabdi kepada orang lain (wali atau guru)<\/p>\n\n\n\n
Sedangkan makna Tauhid yang pernah dilukiskan oleh Buya\nHamka dengan khas gaya bahasanya ialah sebagai berikut<\/p>\n\n\n\n
\u201cMaka Tauhid adalah Rohnya Agama Islam dan jauhar intisarinya dan pusat dari seluruh peribadatannya. Laksana tanah kering, menjadi suburlah dia kalau telah disirami oleh air Tauhid. Al Qur\u2019an menjelaskan hahikatnya berulang ulang. Segala misal dan perumpamaan, kisah dan hikayat dan perjuangan Nabi Nabi sejak Adam lalu Muhammad, semua isinya adalah penjelasan Tauhid. <\/em><\/p>\n\n\n\nSehingga bolehlah dikatakan bahwasanya tauhid telah memberi cahaya sinar seminar dalam hati pemeluknya, dan memberi cahaya dalam otak sehingga segala hasil yang timbul daripada amal dan usahanya mendapat Cap \u201cTauhid\u201d <\/em>(Dr. Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf sebuah kajian tematik,<\/em> (Jakarta: Rajawali Pres), h. 266)<\/p>\n\n\n\n