Jika kita menilik lebih dalam lagi, agar dapat melakukan cara sujud yang benar setidaknya ada tujuh syarat pelaksanaan sujud yang dipaparkan didalam kitab Saf\u00eenatun Naj\u00e2 karangan Syekh Salim bin Sumair Al-Hadlrami. Ketujuh syarat tersebut diberikan penjelasan kembali oleh\u00a0 Syekh Muhammad Nawawi Banten di dalam kitabnya yang berjudul K\u00e2syifatus Saj\u00e2. Penjelasannya adalah sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n

Pertama, proses bersujud melibatkan tujuh anggota badan<\/strong>.<\/p>\n\n\n\n

Sujud sendiri harus diatas 7 (tujuh) anggota badan, yakni\nkening, kedua tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki. Hal ini berdasarkan\nriwayat dari Imam Bukhari bahwa Rasulullah SAW bersabda:<\/p>\n\n\n\n

\u0623\u064f\u0645\u0650\u0631\u0652\u062a\u064f \u0623\u064e\u0646\u0652 \u0623\u064e\u0633\u0652\u062c\u064f\u062f\u064e \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649 \u0633\u064e\u0628\u0652\u0639\u064e\u0629\u0650 \u0623\u064e\u0639\u0652\u0638\u064f\u0645\u064d \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649 \u0627\u0644\u062c\u064e\u0628\u0652\u0647\u064e\u0629\u0650\u060c\n\u0648\u064e\u0623\u064e\u0634\u064e\u0627\u0631\u064e \u0628\u0650\u064a\u064e\u062f\u0650\u0647\u0650 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649 \u0623\u064e\u0646\u0652\u0641\u0650\u0647\u0650 \u0648\u064e\u0627\u0644\u064a\u064e\u062f\u064e\u064a\u0652\u0646\u0650 \u0648\u064e\u0627\u0644\u0631\u064f\u0651\u0643\u0652\u0628\u064e\u062a\u064e\u064a\u0652\u0646\u0650\u060c \u0648\u064e\u0623\u064e\u0637\u0652\u0631\u064e\u0627\u0641\u0650 \u0627\u0644\u0642\u064e\u062f\u064e\u0645\u064e\u064a\u0652\u0646\u0650\n<\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cSaya diperintah untuk bersujud di atas tujuh\nanggota badan, yakni dahi\u2014sambil tangan beliau menunjuk pada hidungnya–, kedua\ntangan, kedua kaki, dan ujung-ujung telapak kaki.\u201d (HR. Imam Bukhari)<\/p>\n\n\n\n

Kedua, kening dalam keadaan tidak terhalang oleh apapun<\/strong>.<\/p>\n\n\n\n

Maksdunya, ketika melaksanakan sujud, diharuskan untuk\nmenjaga kening agar tetap terbuka dan tidak terhalang oleh apapun, kecuali bila\nada udzur seperti adanya rambut yang tumbuh di kening atau adanya perban yang\nbila dilepas maka akan menimbulkan bahaya.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga, bertumpu pada kepala<\/strong>.<\/p>\n\n\n\n

Maksudnya, pada saat bersujud tumpuan kita hanya terpusat\npada kening, bukan kepada anggota badan yang lain. Musthafa Al-Khin memberikan\nketerangan perihal ketentuan ini didalam kitabnya  Al-Fiqhul Manhaj\u00ee berupa sebuah analogi\nmengenai ketentuan ini. Bahwa jika semisal ada kapas dibawah kening diasaat\nbersujud, maka akan tampak jelas bekas sujud pada kapas tersebut<\/p>\n\n\n\n

Keempat, Gerakan badan yang memang diniatkan untuk melakukan sujud<\/strong>. <\/p>\n\n\n\n

Maksudnya, gerakan badan ke posisi sujud bukan dimaksudkan untuk gerakan lain selain untuk melakukan sujud. Jika terjadi hal yang tanpa disengaja merubah posisi badan ke posisi sujud semisal tanpa sengaja terdorong maka Ia mesti berdiri lagi kemudian melanjutkan rukun shalat. Akan tetapi \u00a0bila ia tetap melanjutkan sujudnya maka shalatnya menjadi tidak sah. <\/p>\n\n\n\n

Kelima, tidak boleh bersujud di atas benda yang dapat bergerak mengikuti gerakannya orang yang shalat.<\/strong> <\/p>\n\n\n\n

Seperti contoh baju yang dikenakan sewaktu melaksanakan ibadah\nsalat ternyata kebesaran, bagian dari baju yang kebesaran ini adalah sesuatu\nyang tersambung dengan diri orang yang shalat dan bergerak karena gerakan orang\ntersebut. sehingga baju tersebut disaat sujud menghalangi kening orang yang sedang\nsalat dan itu hukumnya tidak boleh<\/p>\n\n\n\n

Hal ini juga berlaku pada telapak tangan. Bila ia bersujud\ndi atas telapak tangannya maka sujudnya dianggap tidak sah karena telapak\ntangan diaanggap sebagai sesuatu yang bersambung dengannya. <\/p>\n\n\n\n

Keenam, disaat proses bersujud diharuskan untuk mengangkat tubuh bagian bawah lebih tinggi daripada tubuh bagian atas<\/strong>.<\/p>\n\n\n\n

Sehingga berdasarkan ketentuan ini maka posisi pantat ketika bersujud harus lebih tinggi dari posisi kepala dan kedua pundaknya, tidak boleh sejajar atau bahkan lebih rendah. Dalam kasus sujud di tangga semisal, berdasarkan ketentuan tersebut, letak kepala yang sejajar dengan pantat berakibat rusaknya sujud yang dilakukan. Dan ketika sujudnya rusak maka shalatnya pun menjadi tidak sah. <\/p>\n\n\n\n

Menyingkapi ketentuan tersebut Syekh Nawawi memberikan penjelasan\nmengenai kelonggaran yang diberikan kepada wanita yang sedang hamil. Ketika dia\ntidak mampu melaksanakan sujud dengan aturan yang demikian, maka dia\ndiperbolehkan melaksanakan sujud semampunya, dan tidak perlu mengulangi\nsalatnya.<\/p>\n\n\n\n

Ketujuh, tuma\u2019ninah<\/strong>.<\/p>\n\n\n\n

Sikap tuma\u2019ninah merupakan sikap di mana semua anggota badan\nterdiam. Lama dari keadaan tuma\u2019ninah ini berselang selama minimal orang\nmengucapkan kalimat tasbih subh\u00e2nall\u00e2h. <\/p>\n\n\n\n

Demikianlah sekilas tentang bagaimana cara sujud yang benar ketika menunaikan shalat. Sujud bukan hanya sekedar gerakan. Ia bagian dari penyerahan diri kita kepada Sang Pencipta. Maka apabila syarat-syaratnya tidak terpenuhi, alangkah ruginya kita semua. Semoga sujud kita senantiasa baik sehingga ibadah shalat pun diterima oleh Allah SWT. Aamiin. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Salah satu rukun yang terdapat dalam ibadah shalat adalah sujud. Apabila pelaksanaan sujud kurang tepat, maka akan berdampak pada berkurangnya kualitas ibadah shalat yang kita laksanakan. Lalu bagaimana sebaiknya Cara sujud yang Benar ketika shalat? Sebelum menjelaskannya, perlu kita pahami dulu bahwa Secara bahasa, sujud memiliki arti turun dan condong. Sedangkan menurut syara\u2019, […]<\/p>\n","protected":false},"author":12,"featured_media":2764,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1695],"tags":[1868,1870,1871,1869],"yoast_head":"\n