Pecihitam.org<\/strong> – Beberapa riwayat yang menyebutkan sejarah masa pra kenabian. Dalam Mustadrak-nya, Al-Hakim meriwayatkan sebuah hadits yang mengisahkan Rasul pernah dipanggil dengan \u201cIbnu Adz-Dzabihaini\u201d oleh sahabat Ibnu \u2018Arabi. Beliau hanya tersenyum tanpa sedikitpun menyangkalnya.<\/p>\n\n\n\n Sahabat lain pun bertanya: \u201cSiapa Dzabihaini itu ya Rasulullah?\u201d \u201cMereka berdua Ismail dan Abdullah\u201d, Jawab Rasul.<\/p>\n\n\n\n Maka sejarah masa pra kenabian bergulir dari sini. Diawali oleh datangnya petunjuk yang diberikan Allah kepada Abdul Mutholib (kakek Nabi Muhammad) melalui mimpi. Ia pun bergegas bangun, dan berjalan menuju pintu Ka\u2019bah sembari melihat bintang-bintang yang memancarkan cahayanya.<\/p>\n\n\n\n Suasana\nyang hening dan bentangan gurun yang sunyi kala malam itu, Abdul Mutholib pun\nkembali dalam rumahnya untuk melanjutkan tidurnya, ia pun kembali bermimpi,\nnamun kali ini begitu amat jelas.<\/p>\n\n\n\n Abdul Mutholib ditemui sesuatu yang besar sembari berkata galilah zam-zam! Apa itu zam-zam? tanya Abdul Mutholib. Hingga ia melihat sesuatu yang memerintahkannya, sontak Abdul Mutholib berdiri dari tidurnya dan jantungnya pun berdebar tidak karuan.<\/p>\n\n\n\n Ia pun\nkeluar sembari merenung dan berfikir tentang mimpinya dalam sebuah gurun yang\nluas. Pertanyaan-pertanyaan ia ajukan pada diri sendiri, untuk apa ia harus\nmenggali sumur, bukankah disana sudah banyak sumur.<\/p>\n\n\n\n Dalam sepertiga malamnya ini ia melihati bintang-bintang sembari mengingat cerita-cerita masa lalu tentang adanya sumur yang dibuat oleh Nabi Isma\u2019il dengan cara memukulkan kakinya sehinggal munculah air, namun kini sumur tersebut telah binasa termakan usia.<\/p>\n\n\n\n Hingga ahirnya matahari pun mulai menampakan dirinya, Abdul mutholib pun segera menemui orang-orang Quraisy dan menceritakan kepada mereka bahwa ia akan menggali sebuah sumur di tempat tertentu sesuai dengan perintah dalam mimpinya.<\/p>\n\n\n\n Namun\ni\u2019tikadnya harus tertunda karena orang-orang Quraisy menentangnya, sebab tempat\nyang ia akan gali berada diantara berhala yang menjadi sesembahan masyarakat\ndisana yaitu berhala yang bernama Ashaf dan Nallah.<\/p>\n\n\n\n Iapun kembali dengan perasaan yang sedih akhirnya ia bermunajat dan bernadzar kepada Allah, jika ia dikarunia sepuluh anak laki-laki yang mampu melindunginya untuk menggali sumur tatkala mereka dewasa kelak ia akan menyembelih salah satu dari mereka.<\/p>\n\n\n\n Hingga ahirnya Allah mengabulkan doanya, ia dikaruniai sepuluh anak laki-laki, dan berhasil melakukan apa yang diperintahkan dalam mimpinya. Kini waktunya ia menepati nadzarnya untuk menyembelih salah satu dari kesepuluh anaknya. Nama anaknya pun diundi dan terpilih salah satu yang bernama Abdullah bin Abdul Mutholib anak terakhirnya.<\/p>\n\n\n\n Abdullah\nadalah seorang yang memiliki jiwa ruhaniyah yang amat mengagumkan, ia sopan dan\nmemiliki senyuman yang menawan, bahkan ia tidak pernah meninggikan suaranya\nkepada siapapun, ia terkenal sebagai seorang yang bersih nan mulia.<\/p>\n\n\n\n