Pecihitam.org<\/strong> – Dalam Islam itu terdapat tiga katagori cara beragama, yaitu, ijtihad, ittiba\u2019 dan taqlid. Ijtihad merupakan cara beragama dengan mengetahui dalil dan dapat mengolah dalil tersebut. Ittiba\u2019 adalah cara beragama dengan mengetahui dalil namun tidak bisa mengolah dalil tersebut. Sedangkan taqlid adalah mengambil atau mengamalkan pendapat orang lain tanpa tahu dalil-dalilnya atau hujjahnya. Untuk Taqlid sendiri ini wajib hukumnya bagi orang awam, lantas apa alasannya?<\/p>\n\n\n\n Alasannya jelas, pertama, manusia memang diciptakan dalam kondisi sosial yang berbeda sehingga pemahamannya pun tidak dapat sama. Kedua, adanya perintah bertakwa sekuat orang tersebut. Orang yang mampu ijtihad dianjurkan untuk ijtihad sedangkan orang yang tidak mampu berijtihad maka dianjurkan ittiba\u2019, dan jika tidak mampu pula maka bagi orang yang awam diwajibkan taqlid. Ketiga, tidak ada pembebanan (taklif) di luar kemampuan manusia.<\/p>\n\n\n\n Menurut Kyai Harisudin Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, ijtihad adalah level tertinggi dalam beragama. Sementara, taqlid adalah level terendah dalam beragama. Di level tertinggi, ijtihad wajib hukumnya bagi yang mampu berijtihad.<\/p>\n\n\n\n Misalnya, Imam Syafi\u2019i, Imam Hanafi, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hambal yang menghafal ribuan hadits, mengetahui tafsir Al-Qur\u2019an, mengetahui bahasa Arab, mengetahui ijma\u2019 ulama, mengetahui fiqih dan ushul fiqih, dan sebagainya. Orang-orang yang memiliki kompetensi ini wajib hukumnya berijtihad,\u201d<\/p>\n\n\n\n Sementara, bagi orang yang awam cukup taqlid pada kyai dan ustadz. Dengan kata lain, orang awam tidak dibebani repot-repot mencari dalil. Sehingga orang awam beragama di level terendah dengan cukup mengikuti apa kata kiai atau ustadz.<\/p>\n\n\n\n Bayangkan kalau orang awam disuruh ribet mencari dalil dengan bolak-balik kita Al-Qur\u2019an dan as-Sunnah. Tentu mereka akan kesulitan dan berat menerima perintah ijtihad. Selain itu, hasil ijtihadnya jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan sebab mereka misalnya tidak tahu dan tidak paham bahasa Arab, Al-Qur\u2019an dan al-Hadits\u201d<\/p>\n\n\n\n