Pecihitam.org<\/strong> – Semua umat Islam sepakat bahwa Alquran adalah benda yang suci, ada sejumlah panduan umum mengenai bagaimana seharusnya membawa dan memelihara Alquran tersebut. Misalnya, ada aturan-aturan Islam yang menyatakan bahwa Alquran tidak boleh dibawa ke tempat yang dianggap najis, seperti tempat pembuangan sampah dan toilet. <\/p>\n\n\n\n

Banyak\njuga umat Islam yang memindahkan hiasan-hiasan atau benda-benda tertentu di\nsuatu tempat, yang mungkin terdapat teks Alquran atau nama Allah tertulis di\ndalamnya, sebelum mereka memasuki tempat tersebut. Panduan ini, seperti dalam\nritual-ritual yang lain di seputar Alquran, tertanam kuat di dalam budaya umat\nIslam. Tetapi ini terbatas soal bagaimana bersikap terhadap Alquran versi\ncetak.<\/p>\n\n\n\n

Masalahnya\nsekarang ini, boleh jadi lebih banyak umat Islam yang membaca Alquran via\ndigital ketimbang melalui mushaf-mushaf versi cetak. Saya pun juga begitu,\nsudah jarang memegang Alquran versi cetak, kecuali bila membacanya sehabis salat\nfardu, itu pun hanya hitungan jari di setiap bulannya. Fakta ini paling tidak\nmenandakan bahwa adanya perubahan besar di ranah teknologi komunikasi juga secara\nlangsung mempengaruhi aktivitas religiusitas seseorang. <\/p>\n\n\n\n

Membawa\nAlquran versi cetak juga sudah dianggap terlalu merepotkan atau malah menjadi\nsemakin asing, karena ada sejumlah etika yang benar-benar harus diperhatikan.\nSeorang Muslim tidak diperbolehkan asal-asalan membawa mushaf Alquran bila ia\ntak mampu memberi penghormatan yang tinggi atas teks kitab suci sesuai dengan\npetunjuk yang telah disepakati oleh para ulama. <\/p>\n\n\n\n

Lantas\napakah membawa Alquran versi cetak menjadi sesuatu yang ketinggalan zaman?\nMengingat, smartphone sendiri sudah mampu menghimpun berbagai model Alquran\ndigital, mulai dari teks Alquran, terjemahan, kitab-kitab tafsir lengkap,\nmurotal, dan sejumlah pentunjuk lain di mana seseorang dapat mudah mengakses\ndan mempelajarinya, tanpa harus terbebani dengan sejumlah kode etik dalam\nmendekati Alquran sebagaimana dalam versi cetaknya.<\/p>\n\n\n\n

Lalu\nbagaimana menyikapi Alquran digital? Apakah kandungan penghormatannya sama\npersis sebagaimana seorang Muslim menghormati Alquran berbasis kertas? Tentu\nbentuk penghormatannya akan sedikit berbeda. Misalnya, Alquran cetak jelas tak\nboleh dibawa-bawa ke dalam ruang toilet, apalagi sampai masuk ke tong sampan,\nbetapapun hanya sobekannya. Perilaku semacam ini sudah masuk kategori penodaan\nterhadap kitab suci yang jelas haram hukumnya.<\/p>\n\n\n\n

Tetapi\nuntuk Alquran digital memang agak lain. Bila seseorang bepergian dan di suatu\ntempat mengharuskan dia untuk masuk ke toilet, pasti orang tersebut akan\nmembawa smartphone bersamanya, entah alasan lagi bepergian sendiri, tidak ada\nyang dititipi, dan sejumlah kekhawatiran lain yang memungkinkan bisa dicuri\noleh seseorang. Untuk perkara yang seperti ini, ulama agaknya lebih lunak dalam\nberpendapat, bahwa boleh membawa smartphone yang ada aplikasi Alquran ke dalam\ntoilet, tetapi ia tak boleh membuka aplikasi itu selama berada di toilet. Bila\nmembukanya, itu masuk kategori menghina dan menodai sebagaima orang yang\nmambawa teks Alquran cetak ke dalam toilet.<\/p>\n\n\n\n

Sebetulnya ini bukan perkara yang begitu pelik, tetapi umat Islam perlu tahu karena begitu sucinya kitab itu sehingga siapapun, bahkan non Muslim harus mengerti bagaimana harus bersikap terhadap Alquran, agar ia tidak terjebak pada kasus penodaan terhadap agama lain. Sebab, di tahun 2005 dulu pernah kejadian, ada peristiwa protes besar secara global tentang adanya tentara Amerika di Teluk Guantanamo yang sengaja merobek dan membuang beberapa bagian Alquran ke toleit. Perilaku seperti ini jelas sangat melukai umat Islam yang sangat mengangungkan kitab sucinya.<\/p>\n\n\n\n

Hemat\nsaya, dalam memahami soal etika terhadap Alquran, persoalan peliknya sebenarnya\nbukan terletak pada Alquran digital itu sendiri, tetapi lebih pada peletakan\nteks Alquran yang banyak berserakan di banyak tempat. Bila di area digital\nseperti berita di media-media, teks Alquran bisa bebas dikutip tanpa perlu\nkhawatir akan masuk sampah dan toilet, lalu bagaimana dengan teks Alquran yang\ndikutip di media-media cetak? <\/p>\n\n\n\n

Sebab,\ntak mungkin membuang koran yang ada tulisan Alquran ke dalam sampah. Pandangan\numum di kalangan umat Islam juga menyatakan bahwa bahan-bahan kertas seperti\nkoran tersebut tidak boleh dibuang atau dimasukkan ke dalam tempat sampah atau\nsejenisnya. Lebih baik bahan-bahan itu dibakar atau dikubur saja. Tapi ini juga\nbukan solusi terbaik, karena Timur Tenah sendiri, meski mencantumkan kata-kata\natau kalimat-kalimat dari Alquran di koran sangatlah umum. Namun sangat\nmustahil membakar dan mengubur koran-koran itu tiap hari dalam jumlah besar.<\/p>\n\n\n\n

Karenanya,\nbanyak umat Islam menganggap bahwa mendaur ulang atau merancang bangunan kertas\nitu merupakan alternatif yang lebih dapat diterima, selama kertas itu tidak dicampur\ndengan limbah umum. Namun bagaimanapun, sebagian Muslim lain berpendapat bahwa\nmendaur ulang bahan Alquran adalah tindakan yang melecehkan, meski ini\nmerupakan solusi yang boleh jadi terbaik di antara yang lainnya. Paling tidak,\ncara-cara ini bisa dibilang paling sedikit mengandung resiko pelecehan dan\nlebih memungkinkan adanya jalan keluar dalam menangani teks-teks Alquran yang\nberserakan di mana-mana.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Semua umat Islam sepakat bahwa Alquran adalah benda yang suci, ada sejumlah panduan umum mengenai bagaimana seharusnya membawa dan memelihara Alquran tersebut. Misalnya, ada aturan-aturan Islam yang menyatakan bahwa Alquran tidak boleh dibawa ke tempat yang dianggap najis, seperti tempat pembuangan sampah dan toilet. Banyak juga umat Islam yang memindahkan hiasan-hiasan atau benda-benda […]<\/p>\n","protected":false},"author":13,"featured_media":3092,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[8],"tags":[2078,2077,2079,2080,2052],"yoast_head":"\n