Pecihitam.org <\/strong>– Kitab kuning merupakan istilah untuk menyebutkan kitab-kitab klasik ulama terdahulu atau yang biasa kita kenal dengan ulama salaf yang merupakan elemen utama atau dasar dalam pengajaran di pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama<\/a><\/strong>. Namun tahukah kamu asal usul mengapa dinamakan dengan kitab kuning?<\/p>\n\n\n\n Asal usul kitab kuning tersebut ternyata karena kertas kitab-kitab klasik pertama yang sampai di Nusantara berwarna kekunung-kuningan. Kitab ini berisi berbagai disiplin ilmu agama islam.<\/p>\n\n\n\n Antara lain berisi syarah atau komentar, komentar atas komentar (hasyiyah), terjemah dan saduran. Kitab kuning juga kadang disebut dengan nama kitab gundul, hal ini dikarena kitab-kitab ini tidak memiliki harokat.<\/p>\n\n\n\n Adapun kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama Indonesia yaitu saduran, komentar ataupun terjemah yang ditulis dalam aksara jawa atau biasa dikenal dengan Arab pegon. Kitab kuning tidak bisa dibaca oleh sembarang orang, hanya orang yang menguasai ilmu tata bahasa Arab saja yang bisa membaca seperti ilmu nawu dan sharaf.<\/p>\n\n\n\n Maka dari itu hal dasar yang perlu dipelajari dalam\nmembaca kitab kuning adalah ilmu nahwu dan sharaf. Sedangkan untuk kitab-kitab\nyang berbentuk syair maka bukan hanya nahwu dan sharaf saja yang perlu dikuasi\ntetapi juga ilmu balaghah.<\/p>\n\n\n\n Didalam dunia pesantren ilmu tata bahasa Arab\nini disebut dengan istilah ilmu alat. Karena memang ilmu inilah yang digunakan\nsebagai \u201calat\u201d membaca kitab kuning. <\/p>\n\n\n\n Istilah kitab kuning juga menjadi pembeda dengan adanya kitab-kitab yang baru atau biasa dikenal dengan sebutan \u201cbuku putih\u201d yang ditulis oleh kaum modernis dan reformis yang kebanyakan menulis tentang tafsir al-Qur\u2019an dan tentang Hadits. Seperti yang sudah menjadi gambaran masyarakat bahwa kitab identik dengan tulisan Arab sedangkan buku identik dengan penulisan bahasa Indonesia.<\/p>\n\n\n\n