Pecihitam.org- <\/strong>Putri Fanu hidup di akhir era Dinasti Murabithun. Nama lengkapnya adalah Fanu binti Umar bin Yintan. Di awal abad ke-12 (era kemunduran Dinasti Murabithun), Putri Fanu tinggal di istana Murabhitun. <\/p>\n\n\n\n Di masa jayanya, dinasti Murabhithun atau Almoravid (1040-1147 M) sebagian besar Afrika Utara (Maroko, Mauritania, dan lain sebagianya) dan Iberia Selatan (sekarang Spanyol) dikuasai olehnya. <\/p>\n\n\n\n Wanita memainkan peran penting dalam masyarakat dalam budaya Murabhitun. Selain pengaruh budaya suku Sanhaja (pendiri Dinasti Murabithun) yang sangat kuat, salah satu pendiri Dinasti Murabithun adalah seorang wanita, Zainab al-Nafzawiyyah (w. 1075-an), istri Yusuf bin Tashfin (w. 1106). <\/p>\n\n\n\n Dalam budaya Berber Sanhaja, secara informal (perbincangan sehari-hari) seringkali seorang anak dinisbatkan pada ibunya, seperti sejarahwan Andalusia, Muhammad Ibnu al-Qutiyya, atau Yahya Ibnu al-Sahrawiyya. Meski secara formal masih dinisbatkan pada ayahnya (Amira K. Bennison, Almoravid and Almohad Empires, Edinburgh: Edinburgh University Press Ltd., 2016, h. 158).<\/p>\n\n\n\n Di masa Ali bin Yusuf (1083-1142 M), anak dan penerus Yusuf bin Tashfin, banyak perempuan yang menduduki posisi penting, contohnya menjadi penasihat politik para amir, dan para bangsawan wanita (putri) diambil sumpahnya untuk memerintah. <\/p>\n\n\n\n Perempuan di Dinasti Murabithun berpartisipasi secara aktif dalam mengatur urusan publik, dan pertempuran militer, khususnya untuk menghadapi serangan kekuatan baru Dinasti al-Muwahhidun (Emmanuel K. Akyeampong & Henry Louis Gater, JR., Dictionary of African Biography, Oxford: Oxford University Press, Inc., 2012, h. 340).<\/p>\n\n\n\n Sebagai gerakan reformasi permurnian agama bermazhab Dzahiri dan berakidah Asy\u2019ari, Al-Muwahhidun didirikan oleh Syekh Muhammad bin Tumart (w. 1128\/1130). <\/p>\n\n\n\n Kemudian sekitar tahun 1120-an, Ibnu Tumart menyatakan perlawanan terbuka terhadap al-Murabithun. Ketika Syekh Muhamman bin Tumart sedang menjalankan kegiatan dakwahnya, ia pernah memukul binatang tunggangan adik perempuan Ali bin Yusuf di jalanan karena berpakaian tidak laiknya perempuan. Dalam kitab Daulah al-Muwahhid\u00een ditulis:<\/p>\n\n\n\n \u201cIbnu Tumart melihat saudara perempuan pemimpin umat Islam, ditemani para pelindung wanitanya, Ali bin Yusuf, yang bernama (al-Shurah) menaiki tunggangannya. Mereka berpergian dengan (cara berpakaian ala) budaya (atau kebiasaan orang-orang) al-Murabithun. Karena sudah menjadi kebiasaan mereka bahwa laki-laki menutup wajahnya dan wanita memperlihatkan wajahnya. Disuruhlah mereka oleh Ibnu Tumart untuk menutup wajahnya, lalu ia dan pengikutnya memukul binatang tunggangan wanita-wanita tersebut hingga al-Shurah terjatuh dari tunggangannya<\/em>\u201d (Dr. Usamah Abdul Hamid Husain al-Samarra\u2019i, Daulah al-Muwahhid\u00een: Ta\u2019s\u00eesuh\u00e2, Tsauratuh\u00e2, Tandh\u00eem\u00e2tuh\u00e2, \u2018Aq\u00eedatuh\u00e2, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2014, h. 94).<\/p>\n\n\n\n Singkat cerita, setelah al-Muwahhidun memiliki pengaruh kuat, Abdul Mu\u2019min (w. 1163), murid dan penerus Syekh Muhammad bin Tumart Pada tahun 1145 menyatakan jihad melawan al-Murabithun. <\/p>\n\n\n\n Tlemcen, Oran dan Fez \u00a0berhasil ia taklukan, selanjutnya Marrakechdiserang olehnya pada maret 1147, ia menyerang, ibukota sekaligus basis terakhir perlawanan al-Murabithun. <\/p>\n\n\n\n Abdul Mu\u2019min dan tentaranya berhasil masuk ke kota, setelah lima hari berperang di benteng Marrakech. Di sekitar istana al-Murabithun hingga esok siang peperangan terus terjadi (Emmanuel K. Akyeampong & Henry Louis Gater, JR., 2012, h. 340) \u00a0 <\/p>\n\n\n\n Dalam catatan sejarah, tentara al-Muwahhidun tidak dapat menguasai seluruh istana sebelum Putri Fanu meninggal. Putri Fanu bertarung secara gagah berani dengan mengenakan pakaian pria. <\/p>\n\n\n\n Kecakapan dan keberaniannya membuat tentara al-Muwahhidin kagum dan tidak mengenali bahwa ia seorang wanita. Di tahun 1147 putri Fanu binti Umar bin Yintan meninggal dunia, bersamaan dengan runtuhnya Dinasti al-Murabithun. Setelah itu, Abdul Mu\u2019min sebagai khalifah <\/a>pertama, menguasai Dinasti al-Muwahhidun (1147-1269 M).<\/p>\n\n\n\n Demikian kisah singkat dari Putri Fanu di istana Murabithun, yang sangat terkenal dengan kesatria perempuan yang gagah pemberani. Semoga menjadi insprasi bagi semua muslimah.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Pecihitam.org- Putri Fanu hidup di akhir era Dinasti Murabithun. Nama lengkapnya adalah Fanu binti Umar bin Yintan. Di awal abad ke-12 (era kemunduran Dinasti Murabithun), Putri Fanu tinggal di istana Murabhitun. Di masa jayanya, dinasti Murabhithun atau Almoravid (1040-1147 M) sebagian besar Afrika Utara (Maroko, Mauritania, dan lain sebagianya) dan Iberia Selatan (sekarang Spanyol) dikuasai […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":36482,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[379],"tags":[9647],"yoast_head":"\n