Di masa inilah Badiuzzaman Said Nursi hidup dan menyaksikan runtuhnya khilafah Usmaniyyah dan masuknya paham sekuler pada masa pemerintahan Kamal Ataturk. Dalam hal ini Pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk dianggap sebagai kaki tangan Amerika.<\/p>\n

Sebab, Mushtafa Kemal pada masa itu disebut-sebut hanya melaksanakan semua rancangan yang ditandangani olehnya dengan negara-negara barat. Salah satunya ialah pemisahan antara agama dan negara atau biasa disebut sebagai paham sekuler.<\/p>\n

Kesepakatan yang ditandatangani oleh Kemal Ataturk disebut sebagai Kesepakatan Luzan<\/em>. Kesepakatan Luzan<\/em> ini terjadi pada tahun 1340 H\/1923 M, yang isinya mewajibkan Turki untuk menerima beberapa syarat perjanjian yang kemudian dikenal dengan syarat-syarat Karzun yang empat.<\/p>\n

Karzun merupakan ketua delegasi Inggris dalam muktamar Luzan. Adapun syarat-syarat dalam kesepakatan tersebut, antara lain:<\/p>\n

\n
1. Pemutusan semua hal yang berhubungan dengan Islam dari Turki.<\/li>\n
2. Penghapusan khilafah Islam untuk selama-lamanya.<\/li>\n
3. Mengeluarkan khalifah dan para pendukung khalifah dan Islam dari negeri Turki serta mengambil harta khalifah.<\/li>\n
4. Mengambil undang-undang sipil sebagai pengganti dari undang-undang Turki yang lama.<\/li>\n<\/ol>\n

   Kembali ke Badiuzzaman Said Nursi, ia merupakan ulama yang terkenal dengan sifat ketawadhuannya dan rasikh<\/em> dalam ilmu pengetahuan. Dalam riwayat hidup Said disebutkan bahwa ia telah melewati beberapa cobaan, yaitu ia telah beberapa kali diasingkan dari tempat ke tampat yang lain, bahkan hampir seperempat abad hidupnya di dalam penjara.<\/p>\n

   Mungkin di mata manusia itu merupakan kisah hidup yang menyedihkan karena hidupnya hanya dipenjara tetapi tidak bagi Said, ia merasa senang karena ia bisa menyebarkan dan menulis koleksinya di sana, ia bisa memberikan pencerahan Qurani dan maknawi kepada para narapidana di sana.<\/p>\n

   Said Nursi merupakan ulama yang tergolong sangat cerdas. Said Nursi muda, terkenal dengan daya hafalannya. Kecerdasannya paling menonjol di antara teman-teman sekelasnya. Tidak hanya cerdas, ia juga kritis. Bahkan ketika ia tidak puas dengan suatu jawaban, maka ia akan pergi mencari guru yang lebih handal dan profesional.<\/p>\n

   Ia seringkali membandingkan sesuatu, mencari asal mula sesuatu, dan memecahkan permasalahan dengan pemikirannya. Dengan segala kelebihannya, ia pun dipercaya sebagai Ketua Lembaga Fatwa di Turki. Ia bahkan diberi gelar sebagai Badiuzzaman<\/em> (keajaiban zaman).<\/p>\n

   Salah satu karya monumentalnya diberi nama Risalah al-Nur<\/em> yang di dalamnya terdapat tafsir yang diberi nama Isyarat al-I\u2019jaz fi Mazan al-I\u2019jaz<\/em>.<\/p>\n

   Kitab Isyarat al-I\u2019jaz fi Mazan al-I\u2019jaz<\/em> adalah salah satu karya Said Nursi dalam bidang tafsir al-Quran yang ditulis pada perang dunia pertama. Tafsir ini lahir dari pancaran al-Quran sebagaimana Said tulis dalam muqaddimah tafsirnya dengan tujuan untuk mengungkap mukjizat ma\u2019nawi al-Quran al-Karim.<\/p>\n

   Tafsir ini berusaha menyingkap kemukjizatan al-Quran melalui pendekatan ilmu balaghah, kaedah-kaedah bahasa Arab dan ilmu hakikat. Ia juga menggunakan ilmu kalam dalam tafsirnya yang mempergunakan perbandingan akal dan realita kehidupan. Said Nursi mengatakan bahwa al-Quran merupakan penafsir kitab alam.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

   PeciHitam.org – Badiuzzaman Said Nursi merupakan salah seorang ulama tafsir kontemporer yang hidup di masa Daulah Utsmaniyyah, tepatnya pada pemerintahan Sultan Abdul Hamid II (1876-1909). Sultan Abdul Hamid II merupakan khalifah terakhir kekhalifaan Utsmani. Menurut beberapa sumber, salah satunya yaitu Ali Muhammad al-Salabi, dalam bukunya Al-Daulah al-Utsmaniyyah: \u2018Awamil al-Nuhud wa Asbab al-Suqut sebab kehancuran Daulah […]<\/p>\n","protected":false},"author":16,"featured_media":37338,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[12,16],"tags":[3151,3150],"yoast_head":"\n