Pecihitam.org<\/a><\/strong> Abu Abd al-Mukti Muhammad Nawawi ibn Umar al-Tanara al-Jawi al-Bantani atau lebih dikenal dengan nama Syekh Nawawi Al-Bantani, ulama Indonesia bertaraf Internasioanal yang menjadi Imam di Masjidil Haram. Beliau mendapat gelar Al-Bantani karena lahir di Banten Indonesia tepatnya dilahirkan di Kampung Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang Banten. Ada yang menyebut ulama ini dengan nama Syekh Nawawi Banten, ada pula yang menyebutnya Syekh Nawawi Tanara, karena dia lahir di kampung Tanara.<\/p>\n\n\n\n Dalam sebagian buku-buku karyanya tertulis nama Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi. Al-Jawi berarti orang jawa atau orang dari pulau Jawa. Syekh Nawawi Banten adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab. Jumlah karyanya lebih dari 115 kitab antara lain meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Syekh Nawawi Banten dijuluki pula sebagai Sayyid Ulama al-Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang Mumpuni ilmunya), A\u2019yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (Tokoh Ulama Abad 14 Hijriyah), hingga Imam Ulama al-Haramain, (Imam \u2018Ulama Dua Kota Suci).<\/p>\n\n\n\n Beliau merupakan anak sulung dari 7 bersaudara, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah dan Sariyah. Ayah Syekh Nawawi Banten bernama Umar bin Araby dan ibunya bernama Zubaidah. Beliau adalah generasi ke-12 keturunan dari Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Banten Putra dari Sunan Gunung Jati, Cirebon. Nasabnya melalui jalur Kesultanan Banten ini sampai kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.<\/p>\n\n\n\n Baca juga: Biografi Hadratussyaikh KH Hasyim Asy\u2019ari<\/a><\/strong><\/p><\/blockquote>\n\n\n\n Pada usia lima tahun, Syekh Nawawi Banten belajar ilmu langsung dari asuhan Ayahnya. Dari Ayahnya tersebut Syekh Nawawi Banten mendapatkan Ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Agama seperti Bahasa Arab, tauhid, fiqih dan tafsir dll. Setelah itu barulah Syekh Nawawi Banten dan kedua adiknya Ahmad dan Tamim belajar kepada ulama ulama lain seperti Kyai Sahal ulama terkenal dari Banten dan Kyai Yusuf seorang Ulama terkenal di Purwakarta.<\/p>\n\n\n\n Ketika usianya memasuki delapan tahun, Syekh Nawawi memulai pengembaraannya mencari ilmu antara lain belajar ke Jawa Timur. Tiga tahun di Jawa Timur, beliau pindah ke salah satu pondok di daerah Cikampek (Jawa Barat) untuk belajar bahasa.<\/p>\n\n\n\n Di usianya yang masih muda, Syekh Nawawi Banten telah mengajar banyak orang, sampai kemudian ia mencari tempat di pinggir pantai untuk mengajar murid-muridnya yang kian hari semakin banyak. Setelah usia beliau mencapai lima belas tahun, Syekh Nawawi menunaikan haji dan kemudian belajar ilmu kepada sejumlah ulama masyhur di Mekah kala itu. Syaikh Muhammad Nawawi bermukim di sana selama 3 tahun dan kembali ke Tanara Banten kemudian mencoba mengembangkan ilmu yang didapatnya.<\/p>\n\n\n\n Dikarenakan kondisi tanah air kala itu masih di bawah jajahan Belanda setiap gerak gerik Ulama termasuk Syekh Nawawi Banten selalu diintai oleh pemerintah Belanda. Bahkan beliau sempat dituduh sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang ketika itu sedang mengobarkan perlawanan terhadap Belanda (1825 \u2013 1830 Masehi). Setelah kurang lebih tiga tahun tinggal di tanah kelahirannya, dan ketika puncak terjadinya Perlawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830 akhirnya beliau kembali ke Mekkah setelah mendapat tekanan pengusiran dari Belanda. Begitu sampai di Mekkah beliau kembali memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya dan akhirnya ia di mekkah sampai akhir hayatnya.<\/p>\n\n\n\n Pencarian Syekh Nawawi Banten terhadap ilmu pengetahuan tidak berhenti sampai di Mekkah, tetapi beliau juga pergi ke Negara-Negara Lainnya seperti Mesir dan Suriah. Di sana beliau belajar pada Ulama-Ulama Besar seperti Yusuf Samulaweni, Al-Nakhrawy dan Abdul Hanid Daghastani yang ketiganya dari Mesir.<\/p>\n\n\n\n Syekh Nawawi Banten mulai masyhur ketika menetap di Syi\u2019ib \u2018Ali Mekkah. Beliau mengajar di halaman rumahnya. Awalnya cuma puluhan murid, hingga kian lama jumlahnya semakin banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia. Hingga jadilah Syekh Nawawi Banten sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawwuf.<\/p>\n\n\n\n Nama Syekh Nawawi Banten atau syekh Nawawi Al-Bantani semakin masyhur ketika dia ditunjuk sebagai Imam Masjidil Haram, menggantikan Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi atau Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Tidak hanya di kota Mekkah dan Madinah saja, bahkan namanya begitu masyhur hingga negeri Suriah, Mesir, Turki, hingga Hindustan negeri lainnya.<\/p>\n\n\n\n Setelah sukses belajar, Syekh Nawawi Banten menjadi guru di Masjidil Haram selama 30 tahun. Diantara anak didiknya kemudian dikenal oleh bangsa dan umat Islam Indonesia sebagai ulama kenamaan.<\/p>\n\n\n\n \u2022 KH. Kholil Bangkalan Pada suatu ketika di sebuah perjalanan dalam syuqduf (rumah-rumahan di punggung unta) Syekh Nawawi Banten pernah mengarang kitab dengan menggunakan telunjuknya sebagai lampu. Hal itu karena tidak ada cahaya dalam syuqduf yang ia tumpangi. Sementara aspirasi untuk menulis kitab tengah kencang mengisi kepalanya. Syekh Nawawi kemudian berdoa kepada Allah agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu, menerangi jari kanan yang akan digunakannya untuk menulis. Kitab itu diberi nama Maraqi al-\u2018Ubudiyyah syarah Matan Bidayah al-Hidayah. Kitab itu harus dibayarnya dengan cacat pada jari telunjuk kiri, karena cahaya yang diberikan Allah pada telunjuk kirinya itu membawa bekas yang tidak hilang.<\/p>\n\n\n\n
Berikut adalah silsilah Syekh Nawawi Banten sampai dengan Rasulullah SAW :<\/strong><\/h4>\n\n\n\nMurid Syekh Nawawi bnaten yang dari Indonesia antara lain sebagai berikut:<\/strong><\/h4>\n\n\n\n
\u2022 KH. Tubagus Muhammad Asnawi di Caringan (Jawa Barat)
\u2022 KH. Hasim Asy\u2019ari Tebu Ireng Jombang Jawa Timur
\u2022 KH. Asy\u2019ari Bawean, KH. Nahjun Kampung Gunung Mauk Tangerang
\u2022 KH. Asnawi Caringin Labuan Pandeglang Banten
\u2022 KH. Ilyas Kampung Teras Tanjung Kec. Karagilan Kab. Serang Banten
\u2022 KH. Abdul Ghoffar Kampung. Lampung Kec. Tirtayasa Kab. Serang Banten
\u2022 KH. Tubagus Bakri Sempur Purwakarta
\u2022 Ada juga murud-murid yang terkenal dari negara lain, seperti Dawud Perak (Kuala Lumpur Malaysia), dan Abd. al-Sattar bin Abd. al-Wahhad al-Dahlawi (Mekkah).<\/p>\n\n\n\n
Hadrotussyaikh K.H. Hasyim Asyari<\/a><\/strong> <\/strong><\/a>saat mengajar santri-santrinya di Pondok Pesantren Tebuireng sering menangis jika membaca kitab fiqih Fath al-Qarib yang dikarang oleh Syekh Nawawi gurunya. Kenangan tersebut amatlah mendalam di hatinya hingga haru tak kuasa ditahannya setiap kali baris Fath al-Qarib ia ajarkan kepada para santrinya.<\/p>\n\n\n\nKaramah Syekh Nawawi Banten<\/strong><\/h4>\n\n\n\n