Shalawat pada bagian pembuka dijadikan sebagai kunci nada, sehingga bait syair ini bersajak aa aa. Terdapat dua bait shalawat yang diulang. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam melafalkan dan memberikan irama syair tersebut. Berikut ini transliterasi bagian shalawat pembuka dalam kitab tersebut:<\/p>\n

Shalaatullaahi maa laa hat kawaakib<\/em><\/p>\n

\u2018ala ahmadu khairi man rakiban najaaib<\/em><\/p>\n

Shalaatullaahi maa laa hat kawaakib<\/em><\/p>\n

\u2018ala ahmadu khairi man rakiban najaaib<\/em><\/p>\n

Tidak termasuk bagian pembuka, jumlah baris pada 8 bagian setelahnya adalah 134 baris. Adapun penutup hanya berupa tulisan kata\u2018tammat\u2019 <\/em>dalam huruf Arab. Dengan demikian, jumlah keseluruhan dalam kitab ini adalah 160 baris bait syair.<\/p>\n

Ciri khas yang paling menonjol dari kitab Syi\u2019ir Ngudi Susilo<\/em> karya KH Bisri Mustofa yaitu syairnya bersajak aa bb, terkadang juga bersajak aa aa, sehingga baik para pembaca maupun pendengarnya dapat menikmati rima yang begitu indah dengan kedalaman makna yang luar biasa. Sebagai penutup, kami tuliskan syi\u2019ir pada sub bagian kesembilan kitab ini:<\/p>\n

Anak Islam kudu cita-cita luhur <\/em>\u2013 Anak Islam harus bercita-cita mulia<\/p>\n

Keben dunya akhirate bisa makmur <\/em>\u2013 supaya bisa makmur dunia akhiratnya<\/p>\n

Cukup ngilmu ngumume lan agamane <\/em>\u2013 cukup ilmu umum dan agamanya<\/p>\n

Cukup dunya kanthi bekti pengerane <\/em>\u2013 cukup dunia hingga bakti kepada Tuhannya<\/p>\n

Bisa mimpin sedulure lan bangsane <\/em>\u2013 dapat memimpin saudara dan bangsa<\/p>\n

Tumuju ring raharjan lan kemulyane <\/em>\u2013 menuju sejahtera dan mulia<\/p>\n

Iku kabeh ora gampang leksananae <\/em>\u2013 itu semua tak mudah jalannya<\/p>\n

Lamon ora kawit cilik ta citane <\/em>\u2013 jika tak sedari kecil cita-citanya<\/p>\n

Cita-cita kudu dikanthi gumergut <\/em>\u2013 cita-cita harus diraih sekuatnya<\/p>\n

Ngudi ngilmu sarta pekerti kang patut <\/em>\u2013 cari ilmu dan pekerti yang patut<\/p>\n

Kita iki bakal tinggal wong tuwa <\/em>\u2013 kita ini akan meninggalkan orangtua<\/p>\n

Ora kena ora kita mesthi mowa <\/em>\u2013 mau tak mau kita harus dewasa<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

PeciHitam.org – KH Bisri Mustofa semasa hidupnya dikenal sebagai seorang orator ulung, kritis, dan humoris. Beliau merupakan muassis (pendiri) Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Leteh Rembang, yang sekarang diasuh oleh putranya yaitu KH Mustofa Bisri. Di masa mudanya, beliau mengenyam pendidikan pesantren dengan berguru kepada Kiai Cholil Kasingan Rembang yang kemudian menjadi mertuanya. Beliau juga pernah […]<\/p>\n","protected":false},"author":16,"featured_media":37713,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[13,4099],"tags":[9775],"yoast_head":"\n