Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":40034,"date":"2020-02-18T05:43:00","date_gmt":"2020-02-17T22:43:00","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=40034"},"modified":"2020-02-18T00:29:27","modified_gmt":"2020-02-17T17:29:27","slug":"sekilas-sejarah-sarung-sebagai-representasi-islam-di-nusantara","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/sekilas-sejarah-sarung-sebagai-representasi-islam-di-nusantara\/","title":{"rendered":"Sekilas Sejarah Sarung Sebagai Representasi Islam di Nusantara"},"content":{"rendered":"\n
Pecihitam.org<\/strong> – Sarung, siapa yang tidak tahu sarung, sebuah kain yang membentuk kurung dan biasanya diapakai oleh laki-laki ketika akan sholat, banyak juga yang menggunakan sarung dalam sehari-hari. Namun apakah ada yang tahu sejarah sarung seperti apa? Berikut sekilas ulasannya.<\/p>\n\n\n\n
Sarung diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke 14 yang di bawa oleh pedagang Arab dan India. Adapun berdasarkan catatan sejarah sarung berasal dari Negara Yaman yang disana dikenal dengan sebutan Futah.<\/p>\n\n\n\n
Seiring berjalannya waktu, di Indonesia sarung kemudian identik dengan busana muslim yang bernilai kesopanan dan digunakan dalam sehari-hari. Namun setelah Belanda menjajah Indonesia, munculah gaya busana baru mengikuti gaya busana orang eropa yaitu celana panjang untuk pria, dan rok ataupun gaun untuk wanita, dan kemudian mulai menyeluruh di Nusantara.<\/p>\n\n\n\n
Yang pertama kali mengikuti gaya busana orang Belanda ialah orang-orang Jawa yang mengenyam pendidikan baray, seperti siswa STOVIA, sekolah pelatihan guru, maupun sekelompok priyayi yang menjadi pegawai negeri kala itu. Trend busana ala belanda ini menyebar dengan cepat, sejak saat itu pria Indonesia atau pribumi biasa mengenakan celana panjang dengan topi.<\/p>\n\n\n\n
Namun berdasarkan tulisan Pangeran Djajadiningrat dari Kesultanan Banten, sampai sekitar tahun 1902 masyarakat Jawa masih mengenakan sarung dan jas model jawa. Mereka juga tidak memakai sepatu kulit namun mengenakan sepatu yang berbahan kain.<\/p>\n\n\n\n
Generasi tua tidak menyukai perubahan gaya berbusana seperti itu. Karena mereka beranggapan bahwa Jawa dan sarung merupaan dua hal yang telah lama jadi satu dan tidak dapat dipisahkan. Sikap penolakan ini ternyata memang ditunjukkan oleh salah satu ulama pejuang Nu dan merupakan tokoh penting yaitu KH. Abdul Wahab Hasbullah<\/a><\/strong>.<\/p>\n\n\n\n