Pecihitam.org- <\/strong>Tidak hanya Tradisi Kupatan, di Indonesia, bisa dijumpai berbagai macam tradisi, adat-istiadat, budaya, dan ritual keagamaan yang terjadi di masyarakat. <\/p>\n\n\n\n

Jika diperhatikan, hampir setiap perayaan hari besar keagamaan di negeri ini dirayakan dengan cara atau tradisi yang berbeda-beda bentuknya. Begitu pula dengan yang terjadi pada masyarakat Jawa. Melestarikan tradisi para leluhur merupakan prinsip hidup yang mereka pegangi. <\/p>\n\n\n\n

Sebagian masyarakat Jawa, ritual selametan <\/em>merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan. Beberapa Antropolog yang mempelajari kehidupan masyarakat Jawa berpendapat, bahwa selametan <\/em>adalah jantungnya agama Jawa. <\/p>\n\n\n\n

Selametan <\/em>adalah upacara makan bersama setelah diawali dengan do\u2019a-doa. Secara umum, tujuan selametan <\/em>adalah untuk menciptakan keadaan sejahtera, aman, dan terbebas dari gangguan makhluk lain. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga keadaan yang diharapkan adalah selamet<\/em>, baik bagi yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal. Upacara selametan <\/em>dapat digolongkan ke dalam empat macam, sesuai dengan peristiwa atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari.<\/p>\n\n\n\n

1. Selametan <\/em>dalam lingkaran hidup seseorang. Seperti tujuh bulan kehamilan, kelahiran, potong rambut pertama, menyentuh tanah pertama kali, menusuk telinga, sunatan, dan peringatan kematian. <\/li>
2. Selametan <\/em>yang bertalian dengan penggarapan tanah pertanian, bersih desa, dan setelah panen hasil pertanian. <\/li>
3. Selametan <\/em>yang berkaitan dengan hari dan bulan besar Islam. <\/li>
4. Selametan <\/em>ketika berkenaan dengan kejadian tertentu, semisal menempati rumah baru, saat perjalanan jauh, tolak balak (ruwatan)<\/em>, dan dan lain sejenisnya.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

   Selametan <\/em>yang berkaitan dengan hari besar Islam, salah satunya adalah Kupatan<\/em>. Tradisi kupatan <\/em>merupakan tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat desa Durenan kecamatan Durenan, kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, tradisi ini adalah salah satu bentuk warisan budaya leluhur. <\/p>\n\n\n\n

   Tradisi tersebut merupakan kegiatan sosial yang melibatkan seluruh masyarakat dalam usaha bersama untuk memperoleh keselamatan, dan ketentraman bersama, yang biasa dilakukan pada bulan Syawal<\/a>. <\/p>\n\n\n\n

   Ketupat <\/em>adalah makanan khas dari bahan baku beras, dibungkus dengan selongsong dari janur\/daun kelapa yang dianyam berbentuk segi empat (diagonal), kemudian direbus. <\/p>\n\n\n\n

   Kupatan <\/em>ini menjadi salah satu tradisi masyarakat muslim Jawa yang masih dilestarikan sampai sekarang. Umumnya, kupatan <\/em>hanya dirayakan oleh masyarakat secara individual.<\/p>\n\n\n\n

   Menurut Clifford Geertz, kupatan <\/em>adalah tradisi selametan <\/em>kecil yang dilaksanakan pada hari ketujuh bulan syawal. Selametan <\/em>ini dianjurkan untuk mereka yang memiliki anak kecil dan telah meninggal saja. <\/p>\n\n\n\n

   Hal tersebut pastinya mencakup hampir semua masyarakat jawa yang sudah berkeluarga, walaupun kenyataannya selametan <\/em>ini tidak sering diadakan. Menurut Geertz, tradisi ini umumnya banyak dilaksanakan oleh masyarakat Jawa abangan.<\/p>\n\n\n\n

   Dalam kepercayaan kejawen<\/em>, \u201cleluhur\u201d adalah orang-orang yang memiliki sifat luhur pada masa hidupnya, dan setelah meninggal senantiasa dilakukan kontak oleh orang-orang yang masih hidup dengan cara melakukan upacara adat. Leluhur <\/em>ini biasa disebut dengan istilah nenek moyang. <\/p>\n\n\n\n

   Meski secara fsik keberadaan mereka telah tiada (meninggal), namun mereka dianggap sebagai persona yang telah berhasil membentuk pola kehidupan masyarakat seperti saat ini dan nanti. <\/p>\n\n\n\n

   Leluhur <\/em>juga dipercayai sebagai arwah yang berada di alam rohani, alam atas, dan alam roh. Seseorang ataupun sesuatu yang dekat dengan yang maha Luhur patut dijadikan sebagai teladan, kaidah atau norma.<\/p>\n\n\n\n

   Tradisi kupatan <\/em>dirayakan oleh masyarakat desa Durenan dengan cara membawa ketupat raksasa secara berkeliling, lalu semua orang yang ada saat itu dipersilahkan untuk mengunjungi rumah-rumah warga untuk menikmati hidangan ketupat yang sudah dipersiapkan. <\/p>\n\n\n\n

   Saat pelaksanaan tradisi ini, semua rumah warga masyarakat di desa Durenan terbuka bagi siapapun yang ingin bersilaturahmi dan menikmati hidangan ketupat. Baik orang itu dikenal atau tidak oleh si tuan rumah. <\/p>\n\n\n\n

   Kupatan <\/em>dengan konsep open house <\/em>ini menjadi ciri khas masyarakat desa Durenan. Pada saat perayaan tradisi ini, selain penduduk setempat juga banyak orang dari luar desa, bahkan luar kota yang datang untuk berkunjung, melihat prosesi acara, dan ikut serta menikmati hidangan ketupat di rumah penduduk setempat.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

   Pecihitam.org- Tidak hanya Tradisi Kupatan, di Indonesia, bisa dijumpai berbagai macam tradisi, adat-istiadat, budaya, dan ritual keagamaan yang terjadi di masyarakat. Jika diperhatikan, hampir setiap perayaan hari besar keagamaan di negeri ini dirayakan dengan cara atau tradisi yang berbeda-beda bentuknya. Begitu pula dengan yang terjadi pada masyarakat Jawa. Melestarikan tradisi para leluhur merupakan prinsip hidup […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":40188,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[13],"tags":[10059],"yoast_head":"\n