PeciHitam.org – <\/strong>Mazhab Syafi\u2019I merupakan mazhab yang dianut oleh sebagian besar muslim di Indonesia dalam bidang fiqh. Salah satu kitab yang terkenal di kalangan ulama Indonesia adalah Kitab Fath al-Wahhab <\/em>karya Imam Zakariya al-Anshari, dimana kitab ini bisa disebut sebagai salah satu kiblat pemikiran fiqh madzhab syafii.<\/p>\n

Di dalam muqaddimah<\/em>nya, Syaikh Zakariya al-Anshari<\/a> menjelaskan bahwa kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Minhaj al-Thalibin fi al-Fiqh <\/em>karangan al-Imam Syaikh Islam Abu Zakariya Yahya Muhy al-Din al-Nawawi.<\/p>\n

Kitab Fath al-Wahhab <\/em>dijadikan sebagai rujukan ulama-ulama Indonesia seperti Nuruddin Al-Raniri, orang yang pertama menulis kitab fiqh di kalangan ulama Nusantara. Karya monumentalnya yang diberi nama Shirat al-Mustaqim<\/em>, rujukan utamanya ialah Kitab Fath al-Wahhab <\/em>karya Imam Zakariya al-Anshari. Bahkan secara gamblang ia menulisnya pada bagian muqaddimah kitabnya tersebut.<\/p>\n

Selain kitab Shirat al-Mustaqim<\/em>, masih ada tiga lagi kitab fiqh karya ulama Nusantara yang menjadikan kitab Fath al-Wahhab <\/em>sebagai sumber utama, yaitu kitab Mir\u2019at al-Thullab fi Tasyi al-Ma\u2019rifah al-Ma\u2019rifah al-Syar\u2019iyah li al-Malik al-Wahhab <\/em>karya utama \u2019Abd al-Rauf al-Sinkili, kitab Sabil al-Muhtadin li al-Tafaqquh fi Amr al-Din <\/em>yang ditulis oleh Muhammad Arsyad al-Banjari, dan kitab Bughyah al-Thullab al-Murid Ma\u2019rifah al-Ahkam bi al-Shawab <\/em>karya Dawud ibn Abdullah al-Fathani.<\/p>\n

Dipilihnya kitab Fath al-Wahhab<\/em> sebagai rujukan utama ini disebabkan karena kitab tersebut mampu menjelaskan secara rinci pemikiran al-Nawawi dalam bidang fiqh. Dalam mazhab Syafi\u2019I, ulama-ulama terdahulu hampir selalu merujuk pendapat utama yang dijadikan pegangan (mu\u2019tamad<\/em>), salah satu tokoh sentralnya yaitu Imam al-Nawawi.<\/p>\n

Menurut Syaikh Ali Jum\u2019ah dalam kitab Al-Madkhal ila Dirasah al-Madzahib al-Fiqhiyah<\/em>, menjelaskan bahwa Imam Rafi\u2019i dan Imam Nawawi yang dikenal dengan sebutan syaikhani <\/em>dalam mazhab Syafi\u2019i merupakan editor mazhab (muharrar al-madzhab<\/em>).<\/p>\n

Hal ini tentu tidak berlebihan, sebab keduanya memang telah melakukan penelitian terhadap hukum fiqh yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu. Maka dalam hal ini, ulama mutakhirin <\/em>dalam mazhab Syafi\u2019i menyatakan bahwa permasalahan fiqh yang menjadi pegangan dalam mazhab Syafi\u2019I adalah apa yang disepakati oleh keduanya.<\/p>\n

Apabila Imam Nawawi berbeda pendapat dengan Imam Rafi\u2019i<\/a> dan tidak ditemukan dalil yang menguatkan atau ditemukan akan tetapi dalam skala yang sama, maka pendapat yang dipegang (mu\u2019tamad<\/em>) adalah pendapat Imam al-Nawawi.<\/p>\n

Apabila keduanya berselisih dan ditemukan dalil yang menguatkan pendapat salah satu dari keduanya, maka yang dipilih adalah pendapat salah satu yang kuat dalilnya.<\/p>\n

Kemudian apabila dalam sebuah permasalahan tidak ditemukan pendapat kedua imam tersebut maka yang dijadikan pegangan secara berurutan adalah:<\/p>\n

Pertama, <\/em>apa yang disepakati oleh Syaikh Ibn Hajar al-Haitami dan Syaikh Muhammad al-Ramli yang dikenal dengan Syihab al-Din al-Ramli. Kitab Syaikh Ibnu hajar bernama Tuhfah al-Muhtaj<\/em>, merupakan uraian (syarh<\/em>) kitab Minhaj al-Thalibin <\/em>karya Imam Nawawi, dan kitab Syaikh al-Ramli adalah Nihayah al-Muhtaj <\/em>juga uraian (syarh<\/em>) Minhaj al-Thalibin <\/em>Imam Nawawi.<\/p>\n

Untuk diketahui bersama bahwa kedua kitab tersebut telah dibacakan oleh ulama-ulama Syafi\u2019iyah di hadapan kedua pengarangnya. Bahkan kitab Nihayah al-Muhtaj <\/em>Syekh al-Ramli telah dibacakan oleh para ulama di hadapan pengarangnya sebanyak 400 kali, yang mana mereka mengkritiknya dan mensahkannya.<\/p>\n

Terlebih lagi kitab Tuhfah al-Muhtaj <\/em>karangan Ibn Hajar tidak dapat dihitung berapa kali sudah dibacakan di depan pangarangnya.<\/p>\n

Kedua, a<\/em>pabila Ibn Hajar dan al-Ramli berbeda pendapat, maka boleh untuk dipilih pendapat mana yang mau dipegang untuk dikatakan mazhab Syafi\u2019i.<\/p>\n

Seperti halnya ulama Mesir berpegang pendapat Syaikh al-Ramli, sedangkan ulama Hadharamaut (Yaman) dan Hijaz berpegang pada pendapat Ibn Hajar.<\/p>\n

Pendapat mereka yang berbeda telah dirangkum dalam sebuah kitab bernama Itsmad al-\u2018Ainain fi Ba\u2019dh Ikhtilaf al-Syaikhain <\/em>karangan Syaikh Ali Bashibrin.<\/p>\n

Ketiga, <\/em>pendapat Syaikh Zakariya al-Anshari apabila tidak ditemukan dalam permasahan pendapat Ibn Hajar dan al-Ramli, di antara karya beliau adalah kitab al-Manhaj <\/em>merupakan ringkasan kitab al-Minhaj <\/em>Imam Nawawi.<\/p>\n

Keempat, <\/em>pendapat Syaikh Khatib al-Syarbaini, di antara karya beliau adalah Mughni al-Muhtaj <\/em>merupakan syarh <\/em>kitab al-Minhaj <\/em>karya Imam Nawawi.<\/p>\n

Kelima, <\/em>pendapat dalam kitab Hasyiyah al-Ziyadi<\/em>.<\/p>\n

Keenam, <\/em>pendapat Ibn Qasim dalam karangan beliau Hasyiyah al-\u2018Ibadi \u2018ala Tuhfah al-Muhtaj<\/em>, diterbitkan dalam bentuk catatan pinggir dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj <\/em>karya Ibn Hajar al-Haitami.<\/p>\n

Ketujuh, <\/em>pendapat Syaikh Umairah dalam kitab Hasyiyah \u2018Umairah \u2018ala Syarh al-Mahalli<\/em>.<\/p>\n

Kedelapan,<\/em>pendapat Syaikh al-Syibramalasyi dalam kitab Hasyiyah al-Syibramalasyi \u2018ala Nihayah al-Ramli<\/em>.<\/p>\n

Kesembilan, <\/em>pendapat Syaikh al-Halabi dalam Hasyiyah al-Halabi<\/em>.<\/p>\n

Kesepuluh,<\/em> pendapat Syaikh al-Syubari.<\/p>\n

Kesebelas,<\/em> pendapat Syaikh al \u2018Annani.<\/p>\n

itulah beberapa rujukan yang harusnya kita pahami agar bisa menjalankan ibadah dengan pendapat yang baik dan benar sesuai madzhab Syafii sebagai kiblat pemikiran fiqh.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

PeciHitam.org – Mazhab Syafi\u2019I merupakan mazhab yang dianut oleh sebagian besar muslim di Indonesia dalam bidang fiqh. Salah satu kitab yang terkenal di kalangan ulama Indonesia adalah Kitab Fath al-Wahhab karya Imam Zakariya al-Anshari, dimana kitab ini bisa disebut sebagai salah satu kiblat pemikiran fiqh madzhab syafii. Di dalam muqaddimahnya, Syaikh Zakariya al-Anshari menjelaskan bahwa […]<\/p>\n","protected":false},"author":16,"featured_media":40599,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6],"tags":[10107],"yoast_head":"\n