Adapun tulisan yang tidak resmi ialah catatan para sahabat yang disebut dengan shahifah, nuskhah, majallah ataupun kitab dan dokumen tertulis sahabat yang tidak secara khsusu dinamana dengan shahifah, (Saifuddin, 2011, hal. 108). <\/p>\n\n\n\n

Dalam hal ini, syarah masih dipandang sebagai satu kesatuan dengan hadis nabi, karena peristiwa verbal atau kejadian sosial masyarakat masih bersifat natural belum dipandang sebagai kebutuhan hukum. Sehingga dapat dikatan pada masa tersebut sebagai masa pengaruh dalam hal tulis menulis pada masa awal atas hadis Rasulullah. <\/p>\n\n\n\n

Hal berbeda diungkapkan oleh MM. Azami dalam membagi periodeisasi syarah hadis. Perkembangan syarah menurut Azami dapat dibagi menjadi dua bagian. <\/p>\n\n\n\n

Pertama<\/em><\/strong>, periode sebelum dibukukan. Periode ini masih erat kaitannya dengan periwayatan-periwayatan yang di awali dari kehidupan Rasulullah sampai abad ke II H. Dalam periode tersebut dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu :<\/p>\n\n\n\n

• Fase aktifnya sahabat menerima dan menyampaikan wahyu, di antara ada 50 sahabat yang aktif. <\/li>
• Fase aktifnya tabi\u2019in yang menerima dan menyampaikan hadis dari pada sahabat, di antar yang aktif 48 tabi\u2019in.<\/li>
• Fase aktifnya tabi\u2019 in menerima dan meyampaikan hadis, di antaranya 86 tabi\u2019in.<\/li>
• Fase para guru dan ulama yang mengajar hadis di madrasah-madrasah, yang meliputi 256 guru atau ulama yang aktif. <\/li><\/ul>\n\n\n\n

  Kedua<\/em><\/strong>, periode pengajaran dan penyebaran hadis, periode ini diawali dan keluarnya perintah dari kahalifah \u2018Umar bin Abd Aziz untuk membukuan hadis. Periode ini dibagi ke dalam tiga fase, yaitu :<\/p>\n\n\n\n

  • Fase ahlu al had\u012bs, yaitu seorang yang menyusun hadis namun masih bercampur dengan ayat-ayat Al Quran<\/li>
  • Fase tersusunya kitab-kitab hadis yang harus memuat hadis nabi<\/li>
  • Fase pengkajian pembahasan hadis sampai pada puncak yang tertinggi ilmu-ilmu hadis juga mengalami kemajuan pesat<\/li><\/ul>\n\n\n\n

    Berbeda dengan pendapat MM. Azami, Ajj\u00e2j Khat\u012bb berpendapat bahwa periodeisasi syarah hanya dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yatiu sebelum pembukuan (qabla altadw\u012bn), masa pembukuan (inda al-tadw\u012bn), dan setelah pembukuan (ba\u2019da al-tadw\u012bn) (Khatib, 1981, hal. 34). <\/p>\n\n\n\n

    Di sisi lain, Abd Aziz al-Khulli membagi periodeisasi hadis dan syarahnya ke dalam lima bagian, sebagaimana dikutip oleh Alfatih. Dalam pandangannya Aziz membagi periodeisasi tersebtu secara terperinci namun ringkas. <\/p>\n\n\n\n

    Pasalnya pada masa awal hanya dibagi menjadi satu saja dan membedakan dengan masa para tabi\u2019in, hal ini yang membedakan dengan yang lainnya, sebagaimana berikut yaitu, <\/p>\n\n\n\n

    • Hifdu al sunnah fi al sud\u016br (menjaga sunah dengan hafalan)<\/li>
    • Tadwinuha mukhtalithotun bi al fatawa (pembukuan yang masih bercampur dengan fatwa sahabat)<\/li>
    • Ifraduha bi al tadwin (penyariangan catatan hadis)<\/li>
    • Tajridu al shahih (memisahkan yang shahih)<\/li>
    • Tahdzibuha bi al tartib wa al jam\u2019i wa al syarah (mengumpulkan syarah dalam bentuk golongan).<\/li><\/ul>\n\n\n\n

      Namun pada wilayah berbeda, tim penyusul ensiklopedi Islam, membagi sejarah periodeisasi hadis dan syarah menjadi tujuh periode, Diantaranya:<\/p>\n\n\n\n

      1. Periode wahyu dan pembentukan hukum serta dasar-dasarnya (masa kerasulan, dari 13 SM-11H); <\/li>
      2. Periode pembatasan hadis dan pembatasan riwayah (11 H-4 H); <\/li>
      3. Periode penyebaran ke kota-kota (41 H- akhir abad I H); <\/li>
      4. Periode penulisan dan kodifikasi resmi (permulaan abad ke II H); <\/li>
      5. Periode pemurnian, penyihatan, dan penyempurnaan (awal abad ke III H \u2013 akhir abad ke III H); <\/li>
      6. Periode penerbitan, pemeliharaan, penambahan, dan penghimpunan (awal abad IV Hjatuhnya kota Baghdad); <\/li>
      7. Periode penyarahan, perhimpunan, pengtakhrijan, pembahasan (656 H-sekarang) (Ichwan, 2007, hal. 62-63).<\/li><\/ol>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

         Pecihitam.org- Mengkaji periodeisasi syarah hadis sama halnya dengan mengkaji sejarah perkembangan hadis, dimana hadis telah mengalami perjalanan panjang mulai dari masa nabi sampai saat ini. Kajian ini berusaha menelusuri kesarjanaan muslim dalam mengungkap karakteristik dan kesejarahan hadis pada masa awal dengan pendekatan histori. Karena syarah merupakan bagian kecil dari hadis, sehingga orang yang mengkaji dapat […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":41189,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[3665,10],"tags":[10168],"yoast_head":"\n