PeciHitam.org – <\/strong>Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari Hindu-Buddha dari India, yang penyebaran pengaruhnya tidak merata.<\/p>\n Menurut Azyumardi Azra dalam bukunya yang berjudul Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah, Wacana dan Kekuasaan<\/em>, disebutkan bahwa pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Jawa telah mendalam, di Sumatera merupakan lapisan tipis, sedang di pulau-pulau lain belum terjadi. Walaupun demikian, Islam dapat cepat menyebar.<\/p>\n Dalam bidang perenungan teologi monoteisme dibandingkan teologi politeisme, masyarakat tanpa kasta, juga dalam sufisme Islam lebih maju dan lebih mendasar mistik pribumi yang dipengaruhi mistik Hindu-Buddha.<\/p>\n Demikian juga dalam bidang intelektual dan kesenian. Najib al-Attas mengatakan bahwa pengaruh Islam besar. Islam telah mengubah kehidupan sosial budaya dan tradisi kerohanian Melayu-Indonesia. Kedatangan Islam merupakan pencerahan bagi kawasan Asia (Indonesia) karena sangat mendukung intelektualisme yang tidak terdapat pada Hindu-Buddha.<\/p>\n Dengan kedatangan Islam, masyarakat Indonesia mengalami transformasi dari agraris feodal pengaruh Hindu-Buddha ke arah masyarakat kota adalah pengaruh Islam. Islam pada dasarnya adalah urban (perkotaan). Peradaban Islam pada hakikatnya juga urban dengan bukti proses Islamisasi di Nusantara<\/a> bermula dari kota-kota pelabuhan, dikembangkan atas perlindungan istana, sehingga istana kemudian menjadi pusat pengembangan intelektual, politik dan ekonomi.<\/p>\n Buton, sebuah kerajaan masa Islam, yang muncul dari abad ke-14 tumbuh berkembang hingga terbentuknya Negara kesatuan Republik Indonesia. Pengaruh ajaran agama Hindu sebenarnya cukup kuat sebelum datangnya Islam menjadi agama resmi.<\/p>\n Pengaruh Hindu di Buton pra Islam dapat dilihat dalam silsilah Raja-raja. <\/em>Nama raja-raja tampak Hinduistik. Wa Kaakaa disebut sebagai raja pertama, suaminya bernama Sibatara, yang boleh jadi berasal dari kata bhattara, <\/em>berasal bahasa Sansekerta, yang berarti nama suatu dewa dalam Hindu.<\/p>\n Demikian pula nama raja ketiga, keempat, kelima, masing-masing Batara Guru, Tua Rade, dan Raja Mulae, semuanya berkaitan dengan kebudayaan Hindu. Nama Bataraguru adalah nama Dewa Agung dalam Hindu. Nama Tua Rade berasal dari kata tuan dan raden adalah gelar bangsawan Jawa. Nama Rajamulae berasal dari kata raja dan mulya yang artinya Raja pertama sampai dengan keenam masih menganut agama Hindu.<\/p>\n