PeciHitam.org –\u00a0<\/strong>Qais bin Sa\u2019d bin \u2018Ubadah merupakan seorang sahabat nabi dari kaum Anshar Madinah. Ia merupakan orang yang terkenal sangat cerdas sebelum masuk Islam.<\/p>\n

Setelah mengenal Nabi, ia masuk Islam dan berusaha mengubah gaya hidupnya serta menawarkan diri mengabdikan hidupnya pada nabi (nyantri<\/em> selama sepuluh tahun). Menurut Anas bin Malik<\/a> bahkan posisi Qais bin Sa\u2019d ini diibaratkan seperti perwira tinggi untuk seorang pemimpin.<\/p>\n

Ada kisah menarik nan menggelitik yang tercantum dalam kitab al-Risalah al-Qusyairiyyah karya Imam Abu al-Qasim Abdul Karim al-Qusyairi tentang Qais bin Sa\u2019d bin Ubadah. Berikut redaksi kisahnya:<\/p>\n

\u0648\u0642\u064a\u0644: \u0645\u0631\u0636 \u0642\u064a\u0633 \u0628\u0646 \u0633\u0639\u062f \u0628\u0646 \u0639\u0628\u0627\u062f\u0629 \u0641\u0627\u0633\u062a\u0628\u0637\u0623 \u0625\u062e\u0648\u0627\u0646\u0647 \u0641\u0633\u0623\u0644 \u0639\u0646\u0647\u0645 \u0641\u0642\u064a\u0644: \u0625\u0646\u0647\u0645 \u064a\u0633\u062a\u062d\u064a\u0648\u0646 \u0645\u0645\u0627 \u0644\u0643 \u0639\u0644\u064a\u0647\u0645 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u062f\u0651\u064e\u064a\u0646 \u0641\u0642\u0627\u0644: \u0623\u062e\u0632\u064a \u0627\u0644\u0644\u0647 \u062a\u0639\u0627\u0644\u064a \u0645\u0627\u0644\u0627 \u064a\u0645\u0646\u0639 \u0627\u0644\u0625\u062e\u0648\u0627\u0646\u0647 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0632\u064a\u0627\u0631\u0629, \u062b\u0645 \u0623\u0645\u0631 \u0645\u0646 \u064a\u0646\u0627\u062f\u064a \u0645\u0646 \u0643\u0627\u0646 \u0644\u0642\u064a\u0633 \u0639\u0644\u064a\u0647 \u062f\u064e\u064a\u0646 \u0641\u0647\u0648 \u0645\u0646\u0647 \u0641\u064a \u062d\u0644 \u0641\u0643\u0633\u0631\u062a \u0639\u062a\u0628\u062a\u0647 \u0628\u0627\u0644\u0639\u0634\u064a \u0644\u0643\u062b\u0631\u0629 \u0645\u0646 \u0639\u0627\u062f\u0647<\/strong><\/p>\n

Dikisahkan bahwa kala itu Qais bin Sa\u2019d bin \u2018Ubadah sedang sakit. Kawan-kawannya pun belum ada yang menjenguknya. Maka kemudian Qais bin Sa\u2019d menanyakan mereka, dan dijawab: \u201cSesungguhnya mereka malu (menjenguk)mu karena masih memiliki tanggungan (utang) padamu.\u201d Qais bin Sa\u2019d berkata: \u201cAllah akan menghinakan harta yang menghalangi saudara-saudaranya untuk berkunjung.\u201d Kemudian Qais memerintahkan seseorang untuk mengumumkan bahwa barangsiapa yang berutang pada Qais, maka ia telah membebaskannya. Lalu sore harinya, ambang pintu (rumah)nya rusak karena terlalu banyaknya orang yang ingin (datang) menjenguknya.<\/p>\n

Hal ini tidak mengherankan, mengingat Kedermawanan Qais bin Sa\u2019d dan keluarganya sangat masyhur pada waktu itu. Mereka bahkan tidak segan-segan membantu orang yang sedang membutuhkan tanpa pamrih. Ayahnya Qais, yaitu Sa\u2019d bin Ubadah, sangat masyhur kedermawanannya, begitu juga dengan kakek buyutnya yang bernama Dulaim.<\/p>\n

Bahkan berkat kemasyhuran kedermawanan Dulaim bin Haritsah sampai ada ungkapan yang begitu terkenal di Yatsrib. Ungkapan ini tercantum dalam kitab Siyar A\u2019lam al-Nubala\u2019<\/em> katya al-Dzahabi, berikut redaksinya \u201csiapapun yang menyukai daging tebal, datanglah ke rumah Dulaim bin Haritsah.\u201d<\/p>\n

Kedermawanan Qais bin Sa\u2019d ini pun membuatnya tidak ragu untuk berhutang demi memenuhi kebutuhan orang lain yang membutuhkannya. Bagaimana mungkin ada orang yang begitu dermawannya sampai rela berhutang demi kebutuhan orang lain? Namun ada satu riwayat dalam kitab Siyar A\u2019lam al-Nubala\u2019<\/em> yang menyebutkan demikian, berikut kisahnya:<\/p>\n

\u0643\u0627\u0646 \u0642\u064a\u0633 \u0628\u0646 \u0633\u0639\u062f \u064a\u0637\u0639\u0645 \u0627\u0644\u0646\u0627\u0633 \u0641\u064a \u0623\u0633\u0641\u0627\u0631\u0647 \u0645\u0639 \u0627\u0644\u0646\u0628\u064a\u2014\u0635\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u0644\u064a\u0647 \u0648\u0633\u0644\u0645\u2014\u0648\u0643\u0627\u0646 \u0625\u0630\u0627 \u0646\u0641\u062f \u0645\u0627 \u0645\u0639\u0647 \u062a\u062f\u064a\u0646\u060c \u0648\u0643\u0627\u0646 \u064a\u0646\u0627\u062f\u064a \u0641\u064a \u0643\u0644 \u064a\u0648\u0645\u060c \u0647\u0644\u0645\u0648\u0627 \u0625\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0644\u062d\u0645 \u0648\u0627\u0644\u062b\u0631\u064a\u062f<\/strong><\/p>\n

\u201cQais bin Sa\u2019d memberi makan orang-orang yang sedang melakukan perjalanannya bersama Nabi saw, jika ia kehabisan (bekal) apa yang bersamanya (miliknya), ia akan berutang, dan berseru (kepada orang-orang) setiap hari, kemarilah (untuk memakan) daging dan tsarid<\/em> (sejenis roti yang berkuah).\u201d<\/p>\n

Perilaku Qais ini membuat sahabat Abu Bakar dan Umar<\/a> khawatir, sebab bukan tidak mungkin ia akan menghabiskan harta ayahnya jika berutang untuk memenuhi kebutuhan orang lain pun ia lakukan.<\/p>\n

Dalam sebuah riwayat dalam kitab Tarikh Madinah Dimasyq karya Ibnu \u2018Asakir, disebutkan:<\/p>\n

\u0643\u0627\u0646 \u0642\u064a\u0633 \u064a\u0633\u062a\u062f\u064a\u0646 \u0648\u064a\u0637\u0639\u0645\u0647\u0645\u060c \u0641\u0642\u0627\u0644 \u0623\u0628\u0648 \u0628\u0643\u0631 \u0648\u0639\u0645\u0631: \u0625\u0646 \u062a\u0631\u0643\u0646\u0627 \u0647\u0630\u0627 \u0627\u0644\u0641\u062a\u0649\u060c \u0623\u0647\u0644\u0643 \u0645\u0627\u0644 \u0623\u0628\u064a\u0647<\/strong><\/p>\n

\u201cQais (sering) berutang dan memberi makan orang-orang. Abu Bakar dan Umar berkata: \u201cJika kita biarkan pemuda ini (tetap melakukannya), dia akan menghabiskan harta ayahnya.\u201d<\/p>\n

Di luar dugaan, ketika Sa\u2019d bin Ubadah atau ayahanda Qais mendengar perkataan keduanya yaitu Abu Bakar dan Umar meskipun niatnya memang baik, ia pun tidak setuju dengan mereka. Ia bahkan sangat bangga terhadap kedermawanan anaknya ini.<\/p>\n

Dukungan yang diberikan oleh ayahnya ini menunjukkan bahwa kedermawanan yang ia tanamkan ternyata menurun kepada Qais. Dukungan Sa\u2019d bin Ubadah ini tercantum dalam riwayat berikut:<\/p>\n

\u062e\u0631\u062c \u0642\u064a\u0633 \u0628\u0646 \u0633\u0639\u062f \u0641\u064a \u062c\u064a\u0634 \u0641\u064a\u0647\u0645 \u0639\u0645\u0631 \u0628\u0646 \u0627\u0644\u062e\u0637\u0651\u0627\u0628, \u0641\u062c\u0639\u0644 \u0642\u064a\u0633 \u064a\u0646\u0641\u0642 \u0639\u0644\u064a \u0627\u0644\u062c\u064a\u0634 \u062d\u062a\u064a \u0642\u0641\u0644\u0648\u0627, \u0641\u0642\u0627\u0644 \u0628\u0639\u0636\u0639\u0645 \u0644\u0633\u0639\u062f: \u0625\u0646\u0651 \u0627\u0628\u0646\u0643 \u0641\u064a\u0633 \u0644\u0645 \u064a\u0632\u0644 \u064a\u0646\u0641\u0642 \u0639\u0644\u064a \u0627\u0644\u062c\u064a\u0634 \u062d\u062a\u064a \u0642\u0641\u0644\u0648\u0627, \u0641\u0642\u0627\u0644 \u0633\u0639\u062f: \u0623\u062a\u0628\u062e\u0644\u0648\u0646\u064a \u0641\u064a \u0627\u0628\u0646\u064a, \u0648\u0627\u0644\u0644\u0647 \u0625\u0646\u0651\u064a \u0644\u0623\u062d\u0645\u062f\u0647 \u0639\u0644\u064a \u0627\u0644\u0633\u062e\u0627\u0621 \u0648\u0623\u0630\u0645\u0651\u0647 \u0639\u0644\u064a \u0627\u0644\u0628\u062e\u0644<\/strong><\/p>\n

\u201cQais keluar (berpergian) dengan pasukan yang di dalamnya ada Umar bin Khattab. Qais membiayai (kebutuhan) pasukan hingga mereka kembali. Sebagian dari pasukan tersebut melapor kepada Sa\u2019d (ayah Qais): \u201cSesungguhnya anakmu, Qais, selalu membiayai (kebutuhan) pasukan (selama perjalanan) hingga mereka kembali.\u201d Sa\u2019d berkata: \u201cApa kalian hendak membuat bakhil anakku (dengan melaporkan ini). Demi Allah, sesungguhnya aku sangat memuji Allah atas kedermawanan, dan aku sangat mencela kebakhilan.\u201d<\/p>\n

Riwayat-riwayat yang telah disebutkan di atas mengindikasikan bahwa kedermawanan yang dilakukan oleh Qais ini memang tidak perhitungan. Ia tanpa ragu membiayai kebutuhan orang lain yang membutuhkan.<\/p>\n

Qais khawatir jangan sampai seluruh harta yang ia miliki menjadi sebab dihinakan Allah karena menghalangi tersambungnya silaturahim antar saudara ataupun teman.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

PeciHitam.org –\u00a0Qais bin Sa\u2019d bin \u2018Ubadah merupakan seorang sahabat nabi dari kaum Anshar Madinah. Ia merupakan orang yang terkenal sangat cerdas sebelum masuk Islam. Setelah mengenal Nabi, ia masuk Islam dan berusaha mengubah gaya hidupnya serta menawarkan diri mengabdikan hidupnya pada nabi (nyantri selama sepuluh tahun). Menurut Anas bin Malik bahkan posisi Qais bin Sa\u2019d […]<\/p>\n","protected":false},"author":16,"featured_media":43237,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[379],"tags":[10426],"yoast_head":"\n