Pecihitam.org<\/strong> – Kaum muslimin mungkin sudah familiar yang mana setiap kali memasuki bulan Rajab memanjatkan doa khusus yang berbunyi \u201cAllahumma barik lana fi Rajab wa Sya\u2019bana wa ballighna Ramadhan\u201d yang artinya, \u201cYa Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya\u2019ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.\u201d <\/p>\n\n\n\n Tidak hanya dibaca secara sendiri-sendiri oleh umat Islam namun doa ini juga sering dibaca secara bersama-sama setiap kali selesai salat fardhu di masjid ataupun mushalla. Makna dan tujuan doa tersebut sangatlah baik, namun beberapa kali penulis menemukan artikel-artikel yang mengatakan bahwa bacaan doa di atas tidak memiliki landasan dari hadits.<\/p>\n\n\n\n Hadits Amalan Ibadah di Bulan Rajab ini Populer tapi Palsu!!<\/strong><\/p>\n\n\n\n Di V*A Islam, timeline diatas ditulis besar berwarna merah. Penulisnya atas nama B*drul T*m*m bahkan mengatakan bahwa hadits doa bulan Rajab tersebut tidak ditemukan dalam kitab-kitab sunnah dan atsar.<\/p>\n\n\n\n Parahnya mereka bilang tak seorang ulama ahli hadits yang mengenal atau mengetahui riwayat doa tersebut. Bahkan dalam kitab-kitab hadits dusta dan palsu milik para ulama terdahulu juga tidak ditemukan. Ini menurut mereka.<\/p>\n\n\n\n Eit lagi-lagi anehnya, mereka mengatakan bahwa riwayat tersebut ditemukan di sebagian kitab Syi’ah yang dipenuhi dengan riwayat-riwayat dusta tanpa disertakan isnad dan hukumnya. Dari sini kemudian mereka menyimpulkan bahwa hadits doa bulan Rajab tersebut palsu yang katanya ditinjau dari beberapa sisi:<\/p>\n\n\n\n Tanda kutip,, semua pendapat diatas adalah kata mereka lho ya..!<\/p>\n\n\n\n Belum selesai disitu, masih di V*A Islam saya menemukan tulisan masih atas nama B*drul T*m*m dengan judul yang sedikit berbeda. Yang pertama tadi mengatakan bahwa hadits doa bulan Rajab palsu dan berasal dari Syiah, namun di artikel ke dua mereka mengatakan hadits tersebut dhaif.<\/p>\n\n\n\n Ternyata Hadits ”Ya Allah Berkahi Kami di Rajab dan Syaban” Dhaif!!<\/strong><\/p>\n\n\n\n Saya jadi tidak habis pikir, sepertinya yang menulis artikel tersebut terkena demam inkonsistensi.. baru bilang haditsnya palsu tapi kemudian jadi dhaif. Padahal hadits palsu dan dhaif itu dua hal yang jauh berbeda.<\/p>\n\n\n\n Mereka kemudian mencantumkan redaksi hadist dan juga perawinya dengan mengatakan hadits tersebut terdapat dalam Musnad Imam Ahmad (1\/259);<\/p>\n\n\n\n \u062d\u062f\u062b\u0646\u0627 \u0639\u0628\u062f \u0627\u0644\u0644\u0647 \u060c \u062d\u062f\u062b\u0646\u0627 \u0639\u0628\u064a\u062f \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0628\u0646 \u0639\u0645\u0631 \u060c \u0639\u0646 \u0632\u0627\u0626\u062f\u0629 \u0628\u0646 \u0623\u0628\u064a \u0627\u0644\u0631\u0642\u0627\u062f \u060c \u0639\u0646 \u0632\u064a\u0627\u062f \u0627\u0644\u0646\u0645\u064a\u0631\u064a \u060c \u0639\u0646 \u0623\u0646\u0633 \u0628\u0646 \u0645\u0627\u0644\u0643 \u0642\u0627\u0644 : \u0643\u0627\u0646 \u0627\u0644\u0646\u0628\u064a \u0635\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u0644\u064a\u0647 \u0648\u0633\u0644\u0645 \u0625\u0630\u0627 \u062f\u062e\u0644 \u0631\u062c\u0628 \u0642\u0627\u0644 : \u0627\u0644\u0644\u0647\u0645 \u0628\u0627\u0631\u0643 \u0644\u0646\u0627 \u0641\u064a \u0631\u062c\u0628 \u0648\u0634\u0639\u0628\u0627\u0646 \u0648\u0628\u0627\u0631\u0643 \u0644\u0646\u0627 \u0641\u064a \u0631\u0645\u0636\u0627\u0646 \u0648\u0643\u0627\u0646 \u064a\u0642\u0648\u0644 : \u0644\u064a\u0644\u0629 \u0627\u0644\u062c\u0645\u0639\u0629 \u063a\u0631\u0627\u0621 \u0648\u064a\u0648\u0645\u0647\u0627 \u0623\u0632\u0647\u0631<\/strong><\/p>\n\n\n\n “Abdullah menyampaikan kepada kami, Ubaidullah bin Umar menyampaikan kepada kami, dari Zaidah bin Abi al-Raqqad, dari Ziyad al-Numairi, dari Anas bin Malik berkata: Apabila masuk bulan Rajab adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca:<\/em><\/p>\n\n\n\n \u0627\u064e\u0644\u0644\u0651\u064e\u0647\u064f\u0645\u0651\u064e \u0628\u064e\u0627\u0631\u0650\u0643\u0652 \u0644\u064e\u0646\u064e\u0627 \u0641\u0650\u064a \u0631\u064e\u062c\u064e\u0628\u064e \u0648\u064e\u0634\u064e\u0639\u0652\u0628\u064e\u0627\u0646\u064e \u0648\u064e\u0628\u064e\u0644\u0651\u0650\u063a\u0652\u0646\u064e\u0627 \u0631\u064e\u0645\u064e\u0636\u064e\u0627\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\n “Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami kepada Ramadhan.”<\/em><\/p>\n\n\n\n Kemudian beliau berkata, \u201cPada malam jumatnya ada kemuliaan, dan siangnya ada keagungan”.”<\/em><\/p>\n\n\n\n Hadits ini juga diriwayatkan Ibnu Sunni dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah (659), Al-Baihaqi menyebutkan dalam Su\u2019ab al-Iman (3\/375), Abu Nu\u2019aim dalam Al-Hilyah (6\/269), Al-Bazzar dalam Musnadnya (Mukhtasar Zawaidul Bazar li al-Hafidz: 1\/285, 402), dari berbagai jalan periwayatan dari Zaidah bin Abu Raqqad, ia berkata, \u201cTelah menceritakan kepadaku Ziyad an Numairi, dari Anas secara marfu\u2019.\u201d<\/p>\n\n\n\n Berkata al-Baihaqi, \u201cHadits ini hanya diriwayatkan oleh an-Numairi, dan dari dia hanya oleh Zaidah. Berkata Bukhari : \u2018Zaidah jikalau meriwayaktan dari Ziyad al-Numairi haditsnya munkar.\u2019 An-Numairi ini juga orang yang lemah.\u201d<\/p>\n\n\n\n Untuk membuktikannya, mari kita buka tentang pertanyaan apakah doa bulan Rajab tersebut pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW atau itu hanya sebatas doa para ulama yang hingga saat ini terus populer dan diriwayatkan secara lisan?<\/p>\n\n\n\n Kemudian, andaikata doa tersebut tidak bersumber dari Nabi Muhammad SAW, maka bolehkah kita tetap membaca dan mengamalkannya? Insyallah akan kita ulas dalam tulisan yang sederhana ini.<\/p>\n\n\n\n Doa bulan Rajab tersebut diriwayatkan oleh beberapa ahli hadits. Di antaranya Ibnu Abid Dunya dalam kitab Fadhail Ramadhan, Imam At-Thabarani dalam kitab Mu\u2019jamul Ausath, Abu Nu\u2019aim dalam kitab Hilyatul Auliya\u2019, Imam Al-Baihaqi dalam kitab Fadhailul Auqat, dan Imam Muhyidin An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar yang juga mengutip doa tersebut dan menempatkannya di bab dzikir-dzikir yang berkaitan dengan ibadah puasa.<\/p>\n\n\n\n