Pecihitam.org- <\/strong>Dikhotomi dunia pendidikan di Indonesia pada abad 20 M menjadi dua golongan ini merupakan warisan dari tradisi Islam dan tradisi Barat\/kolonial, yaitu pendidikan yang diberikan oleh sekolah Barat yang sekuler yang tidak mengenal ajaran agama, dan pendidikan yang diberikan oleh pondok pesantren yang hanya mengenal agama saja.<\/p>\n Dengan terpecahnya dunia pendidikan menjadi dua corak yang sangat berbeda, tentunya tidak akan membawa keuntungan bagi perkembangan masyarakat Indonesia bagi masa yang akan datang. Di satu sisi perlu mengetahui perkembangan dunia luar\/ teknologi, di sisi lain juga di perlukan adanya pemahaman keagamaan.<\/p>\n Dalam hal ini muncul kesadaran dari pendidikan Islam ulama-ulama yang pada waktu itu menyadari bahwa system pendidikan tradisional dan langgar tidak sesuai lagi dengan iklim pada masa itu, maka di rasakanya penting untuk memberi pendidikan di sekolah dan di madrasah secara teratur.<\/p>\n Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dengan pembaharuan di bidang sosial dan kebudayaan berdasarkan tradisi islam Al-Qur\u2019an dan hadis yang dibangkitkan kembali dengan menggunakan ilmu-ilmu Barat. Dan juga merupakan jalan untuk maju dan berpartisipasi dalam pembaharuan, maka munculah tokoh tokoh pembaharuan di Indonesia yang mendirikan sekolah islam di mana-mana.<\/p>\n Pertama,<\/strong><\/em> Madrasah Adabiyah School. Menurut penelitian Mahmud Yunus, bahwa pendidikan Islam yang mula-mula berkelas dan memakai bangku, meja, dan papan tulis adalah sekolah adabiyah\/ madrasah adabiyah school di padang panjang. Sekolah ini didirikan oleh H. Abdullah pada tahun 1907 di Padang Panjang.<\/p>\n Kedua,<\/strong><\/em> Madrasah Diniyyah School. Tokoh lain dalam pembaharuan dunia islam di minangkabau adalah Zainuddin Labia El-Yunisi 1890-1924, mendirikan Madrasah Diniyyah pada tahun 1915, sebagai sekolah agama yang dilaksanakan menurut sistem pendidikan modern yakni dengan alat tulis dan alat peraga, co-education.<\/p>\n Ketiga,<\/strong><\/em> Madrasah Muhammadiyah. Kemudian tokoh yang memiliki pola pemikiran yang senada dengan yang dilakukan Abdullah Ahmad di Padang Panjang adalah KH. Ahmad Dahlan 1868-1923, yang mendirikan organisasi Muhammadiyah dengan teman-temannya di kota Yogyakarta pada tahun 1912, yang bertujuan mengajarkan pengajaran Rasulullah SAW kepada penduduk bumi putra dan memajukan agama Islam.<\/p>\n