Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":449,"date":"2017-10-28T23:02:57","date_gmt":"2017-10-28T23:02:57","guid":{"rendered":"http:\/\/pecihitam.org\/?p=449"},"modified":"2019-09-06T22:00:17","modified_gmt":"2019-09-06T15:00:17","slug":"boleh-menyampaikan-hadits-dhaif-tanpa-menjelaskan-statusnya","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/boleh-menyampaikan-hadits-dhaif-tanpa-menjelaskan-statusnya\/","title":{"rendered":"Boleh Menyampaikan Hadits Dhaif Tanpa Menjelaskan Statusnya"},"content":{"rendered":"
Pecihitam.org<\/strong> – Sebelum pembahasan mengenai apakah boleh menyampaikan hadits dhaif dalam dakwah kita, terlebih dahul kita harus memahami bahwa Hadits merupakan salah satu rujukan dalam hukum Islam selain Alquran. Hadits kerap memuat sejumlah kaidah terkait akidah, ibadah, muamalah, maupun amalan keseharian.<\/p>\n
Muhadditsin membagi hadits ke dalam tiga kategori: shahih, hasan, dan dhaif. Kategori ini dibagi berdasarkan kualitas hadits dengan ukuran kualitas perawi dan ketersambungan sanadnya. Kualitas hadits yang paling tinggi adalah shahih, kemudian hasan, dan terakhir dhaif. Menurut sebagian ulama, hadits dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hasan.<\/p>\n
Hadis dhaif dinisbahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, tetapi kualitas perawinya dinilai kurang karena tidak kuat hafalannya maupun kredibilitasnya, atau bisa juga karena sanadnya terputus.<\/p>\n
Ada juga hadis maudhu’ atau hadis palsu. Hadis ini disebut memuat informasi yang berasal dari Rasulullah, padahal bukan perkataan Rasulullah.<\/p>\n
Sementara, bagaimana pandangan ulama terkait menyampaikan hadits dhaif namun tidak disebutkan statusnya?<\/p>\n
Dikutip dari laman Syariah Nahdlatul Ulama, para ulama membolehkan mengamalkan dan menyampaikan hadits dhaif, selama tidak berkaitan dengan persoalan halal-haram, akidah<\/strong><\/a>, dan tidak palsu.<\/p>\n