Pecihitam.org <\/strong>– Mengapa harus bertarekat? Bukankah sudah cukup Allah dan Rasul-Nya telah mewajibkan kita ibadah dalam rukun Islam dan tidak perlu ditambah-tambahi? Pertanyaan ini sering muncul dari mereka-mereka yang tidak mengerti atau belum menekuni Tarekat<\/a><\/strong>. Bahkan ada yang lebih ekstrem lagi dengan protes sambil marah-marah, \u201cApa kalau kami tidak bertarekat, terus kami tidak masuk surga?\u201d. <\/p>\n\n\n\n Kemudian ada juga orang yang terlanjur membenci tarekat karena ketidaktahuannya kemudian mencari-cari kesalahan. \u201cOrang tarekat tidak ternyata jauh dari syariat\u201d, \u201corang tarekat itu syirik karena mengkultuskan manusia\u201d, \u201camalan mereka bid\u2019ah\u201d dan berbagai tuduhan keji lainnya yang tidak pernah terbukti, karena memang tidak demikian.<\/p>\n\n\n\n Pertanyaan mengapa atau apakah dalam menjalankan agama Islam harus bertarekat, sebetulnya tidak bisa dijawab Ya atau TIDAK. Semua tergantung dari diri kita memahami tarekat itu apa. Jika kita memahami tarekat itu sekedar kumpulan orang-orang yang mengamalkan dzikir sunnah diluar amalan wajib, maka kita tidak harus bertarekat.<\/p>\n\n\n\n Namun jika kita memahami bahwa tarekat merupakan sebuah metodologi atau cara untuk melaksanakan syariat maka tarekat bisa menjadi WAJIB. Sebab tanpa tarekat tidak mungkin kita bisa melaksanakan syariat dengan benar sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah dan diperintahkan Allah Swt.<\/p>\n\n\n\n Analogi bertarekat itu ibarat kita mau menyeberang jalan yang sangat ramai. Ada dua pilihan, apakah mau langsung menyeberang atau memakai jembatan penyeberangan. Jika kita memilih langsung menyeberang maka diperlukan fokus, konsentrasi yang tinggi, kelincahan dan keahlian agar tidak di tabrak kendaraan. <\/p>\n\n\n\n Sedangkan jika memakai jembatan penyeberangan akan lebih mudah, bahkan bisa menyeberang sambil menutup mata dan tidak tidak akan takut ditabrak, karena kita telah berada di atas jalan. Nah, menyeberang langsung itu ibarat tidak bertarekat sedangkan menyeberang memakai jembatan penyeberangan itu ibarat kita bertarekat.<\/p>\n\n\n\n Tarekat itu bukan melenceng dari syariat, malah tarekat merupakan metodologi atau cara untuk melaksanakan syariat secara benar yaitu meliputi fiqih, tauhid dan tasawuf sehingga bukan sekedar menjadi tulisan dan ucapan, namun bisa direalisasikan.<\/p>\n\n\n\n Kita mungkin saja dengan mudah bisa melaksanakan syariat Islam dengan membaca, tapi tanpa bimbingan seorang Guru maka ibadah hanya menjadi sebuah formalitas tanpa bisa menghadirkan spiritualitas disana.<\/p>\n\n\n\n