Pecihitam.org- <\/strong>Tawajud, Wijdu dan Wujud, <\/strong>memiliki makna masing-masing, Tawajud merupakan panggilan rasa cinta yang didapat melalui cara ikhtiyar (usaha).<\/p>\n

Orang yang mempunyainya atau mengalami tawajud tidak memperoleh wijdu (rasa cinta yang sesungguhnya), sebab apabila dia mendapatkan wijdu, berarti dia merupakan seorang al-wajid atau pecinta (pecinta Allah sejati).<\/p>\n

Sebagian kaum sufi<\/a> meyampaikan, \u201cTawajud bukanlah orang yang menyerahkan nilai ke-tawajud-annya yang memang mengandung unsur pemaksaan atau dibuat-buat, serta jauh dari kenyataan.<\/em>\u201d<\/p>\n

Sekelompok sufi yang lain juga menyampaikan, \u201cSesungguhnya tawajud merupakan rasa cinta bagi orang-orang polos, yang memang butuh dan menunggu-nunggu kehadiran arti cinta. Menunggu kehadiran cinta juga termasuk ikhtiyar dan ikhtiyar termasuk katagori pemaksaan<\/em>.\u201d<\/p>\n

Abu Muhammad Al-Jariri, menuturkan dalam kisahnya yang terkenal: \u201cKetika saya bersama Imam Al-Junaid di dalam sebuah majelis dan di sebelahnya ada Ibnu Masruq yang sudah lebih dulu menemaninya, tiba-tiba Ibnu Masruq dan lainnya berdiri menyambut sebab kehadiran sesuatu, akan tetapi Imam Al-Junaid diam pada posisi semula. Saya pun heran kemudian saya bertanya,\u2019Wahai Tuan\u00adku, tidakkah engkau memiliki sesuatu yang dapat dipakai untuk men\u00addengar?<\/em>\u2019 Imam Junaid menjawab dengan melantunkan sebuah peti\u00adkan ayat Al-Qur\u2019an: \u201cDan engkau melihat gunung-gunung yang engkau kira (diam) membeku artinya tidak bergerak, padahal gunung-gunung itu bergerak (seperti) gerakan awan.<\/em>\u201d (QS. An-Naml: 88).<\/p>\n

Kemudian dia melanjutkan, \u201cDan engkau, wahai Abu Muhammad, tidakkah kamu juga memiliki sesuatu yang bisa digunakan untuk mendengar?<\/em>\u201d Saya pun menjawab, \u201cWahai Tuanku, jika aku melihat di suatu tempat yang di dalamnya terdapat sesuatu yang bisa didengar, dan juga terdapat orang-orang yang merasa nikmat dengan tidak tahu malu, yaitu orang-orang yang mencari perhatian, maka aku mencegah wijdu atau rasa cinta untuk tidak menguasai saya. Dan apabila aku sendirian (kosong), maka aku mengirimkan rasa cintaku sehingga aku menjadi tawajud (orang yang pura-pura punya rasa cinta).<\/em>\u201d Pada waktu itu juga, saya mengucapkan istilah tawajud, dan Al-Junaid diam tidak mengomentarinya artinya, dia membenarkan secara diam.\u201d<\/p>\n

Sedangkan wijdu atau rasa cinta merupakan sesuatu yang menghantam hati\u00admu dan datang kepadamu atau bisa diartikan dengan kedatangan rasa cinta ke dalam hati dengan tanpa unsur sengaja dan pemaksaan atau dibuat-buat.<\/p>\n

Oleh sebab itu, para guru sufi menyampaikan, \u201cWijdu merupakan hantaman atau sentuhan rasa yang datang dari luar. Wijdu-wijdu ini adalah buah dari wirid-wirid atau amalan bacaan ayat tertentu. Setiap orang yang jumlah pengamal\u00adan wiridnya bertambah, maka akan bertambah pula rahasia-rahasia wirid yang diperolehnya dari Allah<\/em>.\u201d<\/p>\n

Abu Ali Ad-Daqaq meyampaikan bahwa, \u201cAdanya waridat atau sesuatu yang datang berbentuk rasa atau prestasi batin itu berkaitan dengan wirid-wirid yang diamalkan. Barangsiapa secara zhahir tidak tidak melaksanakan wirid, maka secara batin tidak ada warid yang datang<\/em>.\u201d<\/p>\n

Adapun wujud keberadaannya ada setelah kenaikan dari wijdu, maksudnya, tidak ada wujud Al-Haqq kecuali sesudah padamnya sifat kemanusiaan, sebab ketika kekuasaan yang sesungguhnya yakni kekuasaan Allah muncul, maka tidak ada sifat kemanusiaan yang tetap.<\/p>\n

Inilah maksud dari ucapan Abu Husin An- Nuri: \u201cAku semenjak dua pu\u00adIuh tahun yang lalu antara wijdu dan faqdu (sirna), maksudnya, jika aku mendapati Tuhanku, maka aku tidak mendapati hatiku (sirna atau faqdu). Jika aku mendapati hatiku, maka aku tidak mendapati Tuhanku.<\/em>\u201d<\/p>\n

Istilah tersebut paralel dengan pendapat Imam Al-Junaid<\/a>: \u201cIlmu tauhid berbeda-beda menurut keberadaan wujud (seseorang). Wujud-nya juga berbeda-beda menurut ilmunya.\u201d<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org- Tawajud, Wijdu dan Wujud, memiliki makna masing-masing, Tawajud merupakan panggilan rasa cinta yang didapat melalui cara ikhtiyar (usaha). Orang yang mempunyainya atau mengalami tawajud tidak memperoleh wijdu (rasa cinta yang sesungguhnya), sebab apabila dia mendapatkan wijdu, berarti dia merupakan seorang al-wajid atau pecinta (pecinta Allah sejati). Sebagian kaum sufi meyampaikan, \u201cTawajud bukanlah orang yang […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":45494,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[17],"tags":[10674,10675],"yoast_head":"\n