Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":46228,"date":"2020-03-23T05:30:00","date_gmt":"2020-03-22T22:30:00","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=46228"},"modified":"2020-03-23T00:07:03","modified_gmt":"2020-03-22T17:07:03","slug":"zuhud-yang-sebenarnya","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/zuhud-yang-sebenarnya\/","title":{"rendered":"Zuhud yang Sebenarnya, \u201cHanya Orang Bodoh dan Gila yang Tidak Ingin Kaya\u201d"},"content":{"rendered":"\n

\u201cHanya orang bodoh dan orang gila yang tidak ingin kaya\u201d. <\/em> <\/strong><\/p><\/blockquote>\n\n\n\n

Pecihitam.org<\/strong> – Zuhud didefinisikan sebagai sikap meninggalkan ketergantungan hati kepada harta benda (materi). Meski demikian Zuhud bukan berarti anti terhadap materi, bahkan sebenarnya seorang Zahid bisa saja mempunyai harta kekayaan yang sangat berlimpah, hanya saja kekayaan itu tidak digantung dalam hati. <\/p>\n\n\n\n

Bagi para sufi memandang dunia ini sebagai “Al-Dunya mazra\u2019atu al-Akherat”<\/em> sebuah jembatan yang harus dilalui untuk menuju akherat. Dengan demikian mereka tetap melakukan etos kerja untuk berikhtiyar mencari penghasilan bagi kehidupan sehari-harinya, sambil berserah diri, tawakkal kepada Allah, tetap rajin melaksanakan shalat wajib dan sunnah dan memperbanyak dzikir.<\/p>\n\n\n\n

Namun memang bagi kaum sufi lebih memandang dunia laksana api, dimana mereka memanfaatkan sebatas sesuai kebutuhan, dengan tetap waspada akan percikan yang bisa saja suatu saat akan membakar hangus semuanya. Para sufi berkata:<\/p>\n\n\n\n

\u201cApabila harta benda dikumpulkan, maka haruslah untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi, dan bukan untuk kepentingan pribadi secara berlebihan\u201d.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Syekh Abdul Qadir Jaelani pernah menyampaikan:<\/p>\n\n\n\n

\u201cSemua harta benda (dunia) adalah batu ujian yang banyak membuat manusia gagal dan celaka, sehingga membuat mereka lupa terhadap Allah kecuali jika pengumpulannya dengan niat baik untuk akherat. Maka bila pentasyarufaannya telah memiliki tujuan yang baik, harta dunia itupun akan menjadi harta akherat\u201d.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Sulthanul Aulia Ahli Silsilah ke-36 yang mendapat gelar \u201cMaster Dunia Akhirat\u201d ini juga mengatakan: \u201cHanya orang bodoh dan orang gila yang tidak ingin kaya\u201d. <\/em><\/p>\n\n\n\n

Bahkan beliau selalu menganjurkan para muridnya untuk selalu berusaha, jangan malu dalam mencari nafkah selama itu halal dan tidak bertentangan dengan Al-Quran maupun Hadist serta aturan-aturan negara. Kemudian agar bisa berhasil harus mencoba sampai 7 jenis usaha, beliau mengistilahkannya sebagai 7 sumber mata air.<\/p>\n\n\n\n

Beliau berusaha mengubah persepsi keliru tentang tasawuf. Bertasawuf tidak harus identik dengan kemiskinan, yang benar adalah bertasawuf itu mengubah orang bodoh menjadi pandai, orang miskin menjadi kaya namun hatinya tetap bisa terus berdzikir mengingat Allah Swt.<\/p>\n\n\n\n

Buktinya, mari kita lihat. Syaikh Nasiruddin Ubaidullah Al Ahrary As Samarqandi bin Mahmud bin Sihabuddin QS merupakan salah satu Wali Qutub yang kaya raya. Bahkan diriwayatkan, kekayaannya pernah menutup hutang-hutang kerajaan Samarqan, membantu krisis keuangan kerajaan Mugol India dan selalu berzakat 60.000 ton gandum setiap tahunnya.<\/p>\n\n\n\n

Sufi lain mengatakan; “Kehidupan tasawuf adalah membiarkan tanganmu sibuk mengurusi dunia dan membiarkan hatimu sibuk mengingat Allah Swt”.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Hujjatul Islam Abu Hamid al Ghazali<\/a><\/strong> mengatakan; “Jiwa harus merawat tubuh sebagaimana orang mau naik haji harus merawat untanya. Tapi jika ia terlalu sibuk dan menghabiskan waktu untuk merawat unta, memberi makan dan menghiasinya, maka kafilah (rombongan) akan meninggalkannya dan ia akan mati di gurun pasir”.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Maksudnya adalah, kita bukan tidak boleh merawat yang bersifat fisik, tapi yang tidak boleh adalah kita tenggelam didalamnya. Imam Al-Ghazali bertanya; “Apakah uang itu membuat mu gelisah? Orang yang terganggu oleh uang belumlah menjadi seorang sufi”.<\/p>\n\n\n\n

Maka persoalannya adalah Zuhud bukan berarti kita tidak boleh mempunyai uang, justru, sebenarnya bagaimana cara kita mempunyai uang cukup, namun pada saat yang sama hati kita tetap ingat kepada Allah dan tidak terganggu dengan harta yang kita miliki.<\/p>\n\n\n\n

Ibnu \u2018Arabi sang sufi yang kaya raya<\/a><\/strong> berkata, “Dunia ini adalah tempat kita diberi pelajaran dan harus menjalani ujian. Ambillah yang kurang dari pada yang lebih didalamnya. Puaslah apa yang kamu miliki, betapapun yang kamu miliki itu kurang dari pada yang lain. Tapi dunia itu tidak buruk. Sebaliknya, ia ladang bagi hari akhirat.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Apa yang kamu tanam didunia ini, akan kamu panen di akhirat nanti. Dunia adalah jalan menuju kebahagiaan puncak, dan karena itu baik, layak di puji dan dielu-elukan untuk kehidupan akhirat. Yang salah adalah jika apa yang kau perbuat untuk duniamu itu menyebabkanmu buta terhadap kebenaran dan nafsumu berambisi terhadap dunia”.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Suatu ketika Rasulullah Saw ditanya, “Apa arti keduniawian itu? Rasulullah menjawab, \u201cSegala sesuatu yang menyebabkan kamu mengabaikan dan melupakan Tuhanmu\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Dari sini dapat kita tahu, bahwa kegiatan-kegiatan duniawi itu tidaklah buruk, adapun keburukannya terletak pada apa yang membuat lupa kepada Allah Swt.<\/p>\n\n\n\n

Disamping Ibn \u2018Arabi, konon banyak sekali sufi yang hidup makmur. Contohnya;<\/p>\n\n\n\n