Pecihitam.org- <\/strong>Dalam kajian tasawuf, kata zuhud sangat sering muncul baik dalam sebuah penjelasan maqom, bahkan dalam sebuah kisah. Lantas apa makna dari zuhud tersebut?<\/p>\n Makna zuhud adalah meninggalkan kesenangan terhadap kecintaannya pada dunia, artinya tidak kita tidak disibukan oleh kegiatan-kegiatan duniawi sehingga lalai atau lupa kepada Allah SWT. Akan tetapi zuhud bukanlah harus mengosongkan tangan dari memiliki harta.<\/p>\n Ibnu Taimiyah mengartikan zuhud sebagai tindakan meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat untuk kepentingan akhirat. Sedangkan menurut Sufyan Ats-Tsaury zuhud di dunia artinya tidak mengumbar harapan tetapi bukan pula memakan makanan yang sudah kering atau mengenakan pakaian yang kurang layak (lusuh).<\/p>\n Imam Ahmad mengatakan bahwa zuhud menunjukkan tiga perkara.:<\/p>\n Terdapat sebuah hadits yang menggambarkan tentang anjuran Rasulullah untuk bersikap zuhud:<\/p>\n Dari Abul Abbas, Sahl bin Sa\u2019ad as-Sa\u2019idi ra, ia berkata, seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw lalu bertanya, \u201cWahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu perbuatan yang jika aku mengerjakannya maka saya akan dicintai Allah dan manusia,\u201d maka Rasulullah bersabda, \u201cZuhudlah engkau di dunia niscaya Allah mencintaimu dan zuhudlah engkau dalam hal yang dicintai manusia, niscaya manusia mencintaimu,\u201d<\/em> (HR Ibnu Majah<\/a>)<\/p>\n Hadits ini memberikan penjelasan kepada kita bahwa seutama-utamanya perbuatan yang dapat mendatangkan cinta Allah dan manusia ialah zuhud. Rasulullah melalui hadits ini juga menganjurkan kita supaya menahan diri dari memperbanyak harta dunia dan bersikap zuhud.<\/p>\n Beliau bersabda, \u2018Jadilah kamu di dunia ini laksanan orang asing atau pengembara,\u2019<\/em> dan beliau juga besabda, \u2018Cinta kepada dunia menjadi pangkal perbuatan dosa,<\/em>\u2019 atau dalam hadits lain Rasul juga bersabda, \u2018Orang yang zuhud dari kesenangan dunia menjadikan hatinya nyaman di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang yang mencintai dunia hatinya menjadi resah di dunia dan di akhirat,\u2019<\/em><\/p>\n Menurut Ibn Daqiqil dalam Syarhul Arba\u2019in Nawawiyyah, melalui beberapa hadits tentnag zuhud di atas, bahwa Rasul menasehati (khususnya) salah seorang sahabat yang bertanya di atas dan umumnya untuk para umatnya agar menjauhkan diri dari menginginkan sesuatu yang berlebih-lebihan, yang dimiliki orang lain.<\/p>\n Jika seseorang ingin dicintai lalu meninggalkan kecintaanya kepada dunia, mereka tidak akan berebut dan bermusuhan hanya karena mengejar kesenangan dunia yang sifatnya sementara.<\/p>\n Rasulullah Para ulama sudah sepakat bahwa zuhud itu merupakan perjalanan hati dari negeri dunia dan menempatkannya di akhirat. Dengan pengertian inilah orang-orang terdahulu menyusun kitab-kitab zuhud seperti Ibnul Mubarak, Imam Ahmad<\/a>, Waki\u2019, Hanad bin As-Siry dan lain-lainnya.<\/p>\n Perkara-perkara yang berkaitan dengan zuhud ada enam macam, dan seseorang tidak layak mendapat sebutan zuhud kecuali menghindari enam macam yakni harta, wajah, kekuasaan, manusia, nafsu dan hal-hal selain daripada Allah. Namun, menghindari enam macam disini bukan berarti menolak hal milik atau sengaja memiskinkan diri.<\/p>\n Kita tahu bahwa Nabi Daud as dan Sulaiman AS merupakan orang yang paling zuhud pada zamannya tapi dua Nabi Allah ini memiliki harta yang tak terbilang banyaknya, kekuasaan dan juga isteri yang tidak dimiliki orang lain selain mereka.<\/p>\n Dan hal-hal yang telah kita ketahui pula bahwa pastilah Rasulullah Saw ialah orang yang paling zuhud tapi beliau dianugerahi sembilan isteri. Para sahabat pun; semisal Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Az-Zubair dan Utsman termasuk orang-orang yang zuhud tetapi mereka memiliki harta-harta yang melimpah ruah.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Pecihitam.org- Dalam kajian tasawuf, kata zuhud sangat sering muncul baik dalam sebuah penjelasan maqom, bahkan dalam sebuah kisah. Lantas apa makna dari zuhud tersebut? Makna zuhud adalah meninggalkan kesenangan terhadap kecintaannya pada dunia, artinya tidak kita tidak disibukan oleh kegiatan-kegiatan duniawi sehingga lalai atau lupa kepada Allah SWT. Akan tetapi zuhud bukanlah harus mengosongkan tangan […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":46865,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[17],"tags":[10858],"yoast_head":"\n\n