Pecihitam.org<\/strong> – Masjidil Haram( \u0627\u0644\u0645\u0633\u062c\u062f \u0627\u0644\u062d\u0631\u0627\u0645<\/strong>) adalah sebuah masjid yang berlokasi di pusat kota Mekkah al Mukaramah dan merupakan tempat tersuci bagi umat Islam. Ada pula sebagian ulama yang berpendapat bahwa Masjidil Haram tidak hanya diartikan sebagai masjid di kota Mekkah saja, namun dikatakan bahwa arti Masjidil Haram adalah semua tempat di kota Mekkah. <\/p>\n\n\n\n Masjid ini juga merupakan tujuan utama dalam ibadah haji dan Umrah. Masjidil Haram dibangun mengelilingi Ka’bah yang menjadi arah kiblat shalat bagi umat Islam.<\/p>\n\n\n\n Masjidil Haram juga merupakan masjid terbesar di dunia, diikuti Masjid Nabawi di Madinah al-Munawarah yang menjadi masjid terbesar kedua serta merupakan dua masjid suci utama bagi umat Muslim.<\/p>\n\n\n\n Luas keseluruhan masjid Haram ini mencapai 356.800 m2 dengan daya tampung jamaah sebanyak 820.000 orang ketika musim Haji dan mampu bertambah menjadi 2 juta jamaah ketika shalat Idul Fitri maupun Idul Adha.<\/p>\n\n\n\n Dalam riwayatnya, sejarah Masjidil Haram tidak lepas dari pembangunan Ka’bah jauh sebelum Nabi Adam diciptakan. Konon saat itu bangunan Ka’bah masih dilangi ke 7 sebagai tempat tawaf para malaikat.<\/p>\n\n\n\n Kemudian setelah Nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, mereka diperintahkan oleh Allah untuk membangun bangunan di sebuah lembah yang bernama Bakkah (sebuah nama kota kuno untuk Mekkah).<\/p>\n\n\n\n Namun bangunan tersebut hancur akibat terjangan banjir besar pada masa Nabi Nuh. Setelah beberapa abad kemudian, Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim dan Isma’il putranya, untuk membangun kembali Ka’bah di tengah perempatan kota Mekkah untuk dijadikan tempat beribadah.<\/p>\n\n\n\n Dan kemudian Nabi Ibrahim dan Ismail-lah yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim di sekitar Ka’bah. Sejak pembangunan tersebut, Ka’bah dan Masjidil Haram selalu dijaga oleh para keturunan Isma’il hingga saat ini.<\/p>\n\n\n\n Pada masa Jahiliyah Masjidil Haram sudah menjadi pusat atau tujuan utama para peziarah, dari beragai penjuru dunia. Akibatnya Raja Abrahah dari Yaman, yang merasa iri dan ingin menghancurkan Ka’bah dengan membawa pasukan bergajah untuk menghancurkannya.<\/p>\n\n\n\n Namun rencana itu di gagalkan oleh Allah, sebab dalam perjalanan semua pasukan itu dilempari batu berapi dari neraka oleh burung-burung ababil dan pasukan tersebut mati dalam keadaan tubuh yang rusak dan berlubang-lubang. Peristiwa itu kemudian disebut Tahun gajah, yakni tahun 571 Masehi saat Nabi Muhammad dilahirkan.<\/p>\n\n\n\n 17 Tahun kemudian, setelah gagalnya penyerangan Ka’bah, bangunan tersebut malah hancur akibat banjir besar yang melanda kota Mekkah. Para petinggi Quraisy sepakat mengumpulkan uang yang halal untuk membangun kembali Ka’bah, namun ukurannya menjadi lebih kecil dari ukuran sebelumnya, sehingga Hijir Ismail tidak ikut kedalam bangunan Ka’bah. <\/p>\n\n\n\n Saat pembangunan Ka’bah hampir selesai, terjadilah pertikaian antara para petinggi Quraisy tentang siapa yang berhak meletakkan batu Hajar Aswad. Hingga akhirnya datanglah Muhammad muda yang kemudian mengusulkan agar batu itu diletakkan di sebuah kain yang setiap ujungnya dipegang oleh masing-masing petinggi kabilah. Dari peristiwa inilah Muhammad muda mendapat gelar Al-Amin.<\/p>\n\n\n\n Pada masa itu, Masjidil Haram hanya terdiri dari halaman yang luas dan ditengahnya terdapat Ka’bah, tidak ada dinding pembatas yang mengelilinginya. Hanya bangunan rumah para penduduk Mekkah yang mengelilingi halaman tersebut, dan seakan-akan rumah-rumah itulah dindingnya.<\/p>\n\n\n\n Di sela rumah-rumah tersebut terdapat lorong jalan yang menuju ke Ka’bah, dan dinamakan dengan nama kabilah masing–masing yang melaluinya atau yang berdekatan dengannya. Pada masa Nabi Muhammad Saw, diperkirakan luas Masjidil Haram antara 1490 sampai 2000m\u00b2.<\/p>\n\n\n\n Pada Masa Kekhalifahan Khulafaur Rasyidin tempat thawaf diperluas berkali-kali, agar dapat mencukupi dengan bertambahnya jumlah jamaah. Pada tahun 17 H\/638 M Khalifah Umar bin Khatthab membeli rumah-rumah penduduk yang menempel dengan Masjidil Haram kemudian meratkannya.<\/p>\n\n\n\n Tanah tersebut kemudiaan dimasukkan ke dalam area Masjidil Haram, mengubininya dengan hamparan kerikil, kemudian dibangun tembok mengelilingi masjid setinggi kurang lebih 6 kaki. Khalifah Umar juga membuatkan beberapa pintu, dan lampu-lampu minyak untuk penerang masjid yang diletakkan di sekeliling dinding. Diperkiran luas tambahan ini sekitar 840m2. Inilah perluasan pertama untuk Masjidil Haram.<\/p>\n\n\n\n Pada tahun 26 H\/646 M Khalifah Utsman bin Affan kembali memperluas Masjidil Haram dan menjadikan masjid koridor-koridor sebagai tempat berteduh untuk para jamaah. Diperkirakan perluasan saat itu mencapai 2040 m2.<\/p>\n\n\n\n Pada tahun 91H\/709 M, Khalifah Walid bin Abdul Malik kembali mengadakan perluasan Masjidil Haram, dan membangunnya dengan bangunan yang kokoh. Ia mendatangkan pilar-pilar marmer dari Mesir dan Syam, ujungnya diberi lempengan emas, dan masjid diatapi dengan kayu sajj (semacam kayu jati) yang dihiasi. Perluasaan ini kebanyakan untuk bagian timur, dan diperkirakan luas tambahan sekita 2300 m2.<\/p>\n\n\n\n Pada tahun 137 H\/754 M Khalifah Abu Ja’far an-Mansyur memerintahkan pemugaran Masjidil Haram dan memperluasnya dengan luas tambahan sekita 4700 m2. Selain itu juga menghiasi dindingnya dengan emas dan mosaik, dan Khalifah Abu Ja’far an-Mansyur adalah orang pertama yang menutup Hijir Ismail dengan marmer.<\/p>\n\n\n\n Dan pada tahun 160 H\/776 M Khalifah al Mahdi kembali memperluas Masjidil Haram di bagian timur, barat dan utara, namun tidak memperluas bagian selatan disebabkan adanya jalan untuk air bah Wadi Ibrahim. Tambahan perluasan ini diperkirakan sekitar 7950m2.<\/p>\n\n\n\n Kemudian, saat Khalifah al Mahdi menunaikan haji tahun 164 H\/ 780 M, lalu dia memerintahkan agar bagain selatan diperluas dan jalan air bah wadi Ibrahim dipindah. Sehingga Masjidil Haram menjadi segi empat, dan tambahan perluasan ini di perkirakan mencapai 2360 m2.<\/p>\n\n\n\n Pada pada tahun 281 H\/894 M Khalifah al-Mu’tadhid Billahi memasukkan Daar An-Nadwah ke dalam Masjidil Haram. Rumah yang terletak di arah utara masjid ini memiliki halaman yang luas, dahulunya biasa disinggahi oleh para khalifah dan gubernur, kemudian ditinggalkan, maka dimasukkanlah ke dalam masjid dan dibangun menara diatasnya. Tambahan ini diperkirakan seluas 1250 m2.<\/p>\n\n\n\n Dan kemudian pada tahun 306 H\/918 M Khalifah al Muqtadir Billahi al Abbasi memerintahkan agar menambah pintu Ibrahim di arah barat Masjid. Dahulunya bagian ini adalah halaman yang luas di antara dua rumah Siti Zubaidah, diperkirakan luasnya sekitar 850 m2.<\/p>\n\n\n\n Pada tahun 979H\/1571 M Sultan Salim al Utsmani memugar bangunan Masjidil Haram secara besar-besaran, tanpa menambah diluasnya. Bangunan ini tetap ada sampai sekarang yang dikenal dengan bangunan Utsmaniyyah.<\/p>\n\n\n\n Kemudian pada 1579, Sultan Salim II memerintahkan arsitek ternama Turki, Mimar Sinan untuk merenovasi Masjidil Haram. Sinan kemudian mengganti atap masjidil Haram yang rata dengan kubah, dilengkapi hiasan kaligrafi di bagian dalamnya.<\/p>\n\n\n\n Sinan juga menambah empat pilar penyangga tambahan yang disebut-sebut sebagai rintisan dari bentuk arsitektur masjid-masjid modern. Namun sayangnya, pada tahun 1621 M dan 1629 M, banjir bandang melanda Mekah yang menyebabkan kerusakan Masjidil Haram dan Ka’bah.<\/p>\n\n\n\n Kemudain, pada masa kekuasaan Sultan Murad IV tahun 1629, Ka’bah dan Masjidil Haram dibangun dan direnovasi kembali dengan batu-batu dari Mekah. Pada renovasi tersebut, juga menambah tiga menara, sehingga keseluruhan menara menjadi tujuh. Marmer lantai pun diganti dengan yang baru. Sejak saat itu, arsitektur Masjidil Haram tidak berubah hampir selama tiga abad.<\/p>\n\n\n\n Di era Raja-raja Saudi renovasi besar pertama berlangsung pada tahun 1955 hingga tahun 1973. Selain penambahan tiga menara, atap masjid pun diperbaiki, kemudian lantai masjid diganti dengan marmer yang baru. <\/p>\n\n\n\n Pada renovasi ini, dua bukit kecil Shofa dan Marwah dibuat di dalam Masjidil Haram selain itu seluruh fitur yang dibangun oleh arsitek kekaisaran Utsmaniyah dirobohkan, termasuk empat pilar.<\/p>\n\n\n\n Renovasi kedua dilakukan oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud pada tahun 1982 hingga 1988. Ia membangun sebuah sayap bangunan baru dan area shalat ruang terbuka di Masjidil Haram.<\/p>\n\n\n\n Renovasi ketiga dilakukan pada tahun 1988 hingga 2005 dengan dibangun beberapa menara tambahan, serta area shalat di dalam dan sekitar masjid. Kemudian, sebuah kediaman untuk raja juga dibangun berhadapan dengan Masjidil Haram.<\/p>\n\n\n\n Selain itu, dibangun pula 18 pintu gerbang tambahan, tiga kubah baru, serta 500 pilar marmer. Masjidil Haram juga lebih modern dengan dilengkapi dengan pendingin udara, eskalator, dan sistem pengairan yang terintegrasi.<\/p>\n\n\n\n Pada tahun 2007, Raja Abdullah memulai mega proyek untuk memperluas kapasitas Masjidil Haram agar bisa menampung hingga 2 juta jamaah. Proyek ini diprediksi akan selesai pada tahun 2020. Area masjid yang awalnya seluas 356.000 m2 akan dikembangkan lagi menjadi 400.000 m2. Selain itu dibangun pula sebuah gerbang yang diberi nama Gerbang Raja Abdullah dan tambahan dua Menara masjid. Namun proyek tersebut belum selesai Raja Abdullah wafat terlebih dahulu pada tahun 2015.<\/p>\n\n\n\n Setelah Raja Abdullah wafat, tahta Kerajaan Arab Saudi jatuh ke tangan Salman bin Abdul Aziz. Pada bulan Juli 2015, Raja Salman meluncurkan lima mega proyek ekspansi Masjidil Haram agar bisa mengakomodasi lebih dari 1,6 juta jamaah haji.<\/p>\n\n\n\n Proyek ini antara lain pembangunan gedung, terowongan, hotel tempat tinggal bagi jamaah haji, dan sebuah jalan lingkar. Perluasan bangunan Masjid sekitar 1,47 juta meter persegi dan pembangunan 78 gerbang baru. Selain itu dibangun pula enam lantai untuk shalat, 680 eskalator, 24 elevator untuk jamaah berkebutuhan khusus, 21.000 toilet dan tempat wudhu.<\/p>\n\n\n\n Nilai proyek yang sudah digelar pada tahun 2011 oleh Raja Abdullah dan diteruskan Raja Salman ini mencapai 26,6 miliar Dolar AS. Pemegang tender mega proyek raksasa ini adalah Saudi Binladin Group.<\/p>\n\n\n\nSejarah<\/strong> Masjidil Haram<\/h2>\n\n\n\n
Masjidil Haram Zaman Pra-sejarah<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Masjidil Haram Masa Jahiliyah<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Masjidil Haram Masa Rasulullah Saw<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Masjidil Haram Masa Kekhalifahan<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Masjidil Haram Masa Dinasti Umayyah<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Masjidil Haram Masa Dinasti Abbasiyah<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Masjidil Haram Masa Dinasti Utsmaniyah<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Era Kekuasaan Raja-raja Saudi<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
Masa Kekuasaan Raja Abdullah bin Abdul Aziz<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Masa Kekuasaan Raja Salman bin Abdul Aziz<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Pendudukan Masjidil Haram 1979<\/strong><\/h2>\n\n\n\n