Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":54128,"date":"2020-05-15T13:43:04","date_gmt":"2020-05-15T06:43:04","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=54128"},"modified":"2020-05-15T13:43:08","modified_gmt":"2020-05-15T06:43:08","slug":"hukum-selfie-dalam-islam","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/hukum-selfie-dalam-islam\/","title":{"rendered":"Hukum Berfoto Selfie dalam Islam, Boleh Tapi Wajib Perhatikan Hal Ini"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Di zaman yang serba teknologi, fenomena selfie menjadi sebuah hobi dan juga trend untuk kemudian membagikan hasil selfie tersebut ke media sosial. Selfie ini tidak terbatas pada usia, agama, hampir semua orang selalu melakukan dan membagiknnya ke media sosial. Namun praktek selfie ini sempat terjadi perdebatan mengenai hukum boleh atau tidaknya dalam Islam. Lantas bagaimana hukumnya? Berikut ulasan lengkapnya.<\/p>\n\n\n\n

Budaya Selfie<\/strong><\/h2>\n\n\n\n

Budaya berfoto selfie<\/a><\/strong> dan membagikan ke media sosial seakan menjadi candu bahkan menjadi kebutuhan. Mulai dari sebagai sarana berbisnis atau mensosialisasikn produk yang dijual atau hanya sekedar ingin mengupload dan mendapat respon dari teman-teman lain yang terhubung dalam media sosial tersebut. Foto selfie yang dibagikan ke media sosial ini juga dianggap sebagai sebuah treatment tersendiri yang menentukan ekistensi seseorang di dunia maya.<\/p>\n\n\n\n

Berfoto atau mengabadikan momen tertentu sebenarnya sudah lama menjadi kebutuhan masyarakat. Jika dulu orang-orang mencetak dan menjadikan foto tersebut sebagai hiasan dinding rumah atau kamar, jadi orang lain hanya bisa melihat foto tersebut jika telah berkunjung ke rumah. <\/p>\n\n\n\n

Berbeda lagi dengan saat ini, semua orang bisa melihat foto kita hanya melalui sebuah gadget, tidak peduli sejauh apapun jarak antara satu dengan yang lain. Kita hanya cukup membuka media sosial dan mengetikkan nama, maka akan muncullah foto-foto yang berkaitan dengan nama tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Hukum Selfie dalam Pandangan Islam<\/strong><\/h2>\n\n\n\n

Segala sesuatu dalam kehidupan ini selalu memiliki dua sisi yang menyertainya, ibarat pisau yang memiliki sisi tajam dan tumpul. Begitupun dengan selfie yang memiliki dua sisi, yakni sisi baik dan buruk tergantung tujun pengguna dan penerimaan masyarakat terhadap gambar selfie yang dibagikan tersebut. <\/p>\n\n\n\n

Terlepas dari sisi baik dan buruk yang menyertai selfie ini, yang umum dibahas dalam kajian fiqih yaitu hukum tentang gambar dalam Islam<\/a><\/strong>. Lantas bagaimana dengan selfie? Nah, artikel kali ini kita akan membahas mengenai hukum selfie dalam Islam. Yakni bagaimana Islam memandang selfie serta penjelasan-penjelasannya.<\/p>\n\n\n\n

Secara umum, ada dua pendapat mengenai hukum selfie ini, ada yang membolehkan dan ada pula yang secara tegas melarang. Adapun berikut ini adalah beberapa pandangan dalam islam terkait hukum selfie yang banyak digandrungi masyarakat dewasa ini:<\/p>\n\n\n\n

Pendapat pertama,<\/strong> mengatakan bahwa hukum selfie ini haram karena sama dengan hukum gambar makhluk bernyawa. Meski demikian hukum gambar dalam islam<\/a><\/strong> sendiri juga masih terdapat perbedaan pendapat.<\/p>\n\n\n\n

Seiring berkembangnya teknologi dan tuntutan zaman kebutuhan foto sangatlah tinggi. Misalkaan foto untuk surat kabar, sarana berbisnis, dokumentasi instansi pendidikan, bahan investigasi pihak kepolisian, urgensi pencacatan sipil warga negara, serta hal-hal penting lainnya, semuanya mutlak membutuhkan foto.<\/p>\n\n\n\n

Mengenai masalah foto ini salah seorang cendekiawan Muslim alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo memberikan penjelasan secara lebih spesifik bahwa:<\/p>\n\n\n\n

\u201cGambar dan foto itu serupa tetapi tidak sama. Jika gambar yang dimaksud pada zaman Nabi itu melukis dengan mencoba untuk meniru bentuk aslinya, maka foto pada zaman modern hanyalah mengabadikan objek foto pada momen dan waktu tertentu melalui proses pengambilan cahaya. Jadi, foto selfie itu bukan termasuk kategori yang dimaksud dalam hadis. Tapi, ada dampak tersendiri dari foto selfie, terutama saat diunggah di media sosial dan dilihat banyak orang,\u201d<\/p>\n\n\n\n

Pendapat kedua,<\/strong> berfoto merupakan perkara mu\u2019amalah yang hukum asalnya boleh. Hal ini berdasarkan kaidah fiqih<\/p>\n\n\n\n

\u0627\u0644\u0623\u064e\u0635\u0652\u0644\u064f \u0641\u0650\u0649 \u0627\u0644\u0652\u0645\u064f\u0639\u064e\u0627\u0645\u064e\u0644\u064e\u0629\u064f \u0627\u0644\u0652\u0625\u0650\u0628\u064e\u0627\u062d\u064e\u0629 \u062d\u064e\u062a\u0651\u064e\u0649 \u064a\u064e\u062f\u064f\u0644\u0651\u064e \u0627\u0644\u062f\u0651\u064e\u0644\u0650\u064a\u0652\u0644\u064f \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649 \u062a\u064e\u062d\u0652\u0631\u0650\u064a\u0652\u0645\u0647\u0627<\/strong>
“Asal hukum mu\u2019amalah adalah boleh sampai ada dalil yang mengharamkannya”.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Sedangkan, mengutip dari hasil hasil Bahtsul Masail para santri se-Jawa dan Madura di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri pada 15 April 2015), selfie bisa menjadi haram jika menimbulkan fitnah dan mengundang orang lain untuk bekomentar negatif.<\/p>\n\n\n\n

\u0627\u0644\u0641\u0642\u0647 \u0627\u0644\u0625\u0633\u0644\u0627\u0645\u064a \u0648\u0623\u062f\u0644\u062a\u0647 \u0627\u0644\u062c\u0632\u0621 \u0627\u0644\u0631\u0627\u0628\u0639, \u0635: \u0662\u0662\u0664\u0627\u0644\u0643\u062a\u0627\u0628: \u0623\u0645\u0627 \u0627\u0644\u062a\u0635\u0648\u064a\u0631 \u0627\u0644\u0634\u0645\u0633\u064a \u0623\u0648 \u0627\u0644\u062e\u064a\u0627\u0644\u064a \u0641\u0647\u0630\u0627 \u062c\u0627\u0626\u0632\u060c \u0648\u0644\u0627 \u0645\u0627\u0646\u0639 \u0645\u0646 \u062a\u0639\u0644\u064a\u0642 \u0627\u0644\u0635\u0648\u0631 \u0627\u0644\u062e\u064a\u0627\u0644\u064a\u0629 \u0641\u064a \u0627\u0644\u0645\u0646\u0627\u0632\u0644 \u0648\u063a\u064a\u0631\u0647\u0627\u060c \u0625\u0630\u0627 \u0644\u0645 \u062a\u0643\u0646 \u062f\u0627\u0639\u064a\u0629 \u0644\u0644\u0641\u062a\u0646\u0629 \u0643\u0635\u0648\u0631 \u0627\u0644\u0646\u0633\u0627\u0621 \u0627\u0644\u062a\u064a \u064a\u0638\u0647\u0631 \u0641\u064a\u0647\u0627 \u0634\u064a\u0621 \u0645\u0646 \u062c\u0633\u062f\u0647\u0627 \u063a\u064a\u0631 \u0627\u0644\u0648\u062c\u0647 \u0648\u0627\u0644\u0643\u0641\u064a\u0646\u060c \u0643\u0627\u0644\u0633\u0648\u0627\u0639\u062f \u0648\u0627\u0644\u0633\u064a\u0642\u0627\u0646 \u0648\u0627\u0644\u0634\u0639\u0648\u0631\u060c \u0648\u0647\u0630\u0627 \u064a\u0646\u0637\u0628\u0642 \u0623\u064a\u0636\u0627 \u0639\u0644\u0649 \u0635\u0648\u0631 \u0627\u0644\u062a\u0644\u0641\u0627\u0632 . \u0648\u0645\u0627 \u064a\u0639\u0631\u0636 \u0641\u064a\u0647 \u0645\u0646 \u0631\u0642\u0635 \u0648\u062a\u0645\u062b\u064a\u0644 \u0648\u063a\u0646\u0627\u0621 \u0645\u063a\u0646\u064a\u0627\u062a\u060c \u0643\u0644 \u0630\u0644\u0643 \u062d\u0631\u0627\u0645 \u0641\u064a \u0631\u0623\u064a\u064a<\/strong><\/p>\n\n\n\n

“Adapun hukum gambar dari hasil kamera itu boleh selama tidak mendatangkan fitnah seperti gambar wanita yang tampak sesuatu dari jasadnya selain wajah dan kedua telapak tangan”.<\/em><\/p>\n\n\n\n

\u0627\u0644\u0643\u062a\u0627\u0628: \u062a\u0648\u0634\u064a\u062d \u0639\u0644\u0649 \u0627\u0628\u0646 \u0642\u0627\u0633\u0645, \u0635:\u0661\u0669\u0667 \u0627\u0644\u0641\u062a\u0646\u0629 \u0647\u064a \u0645\u064a\u0644 \u0627\u0644\u0646\u0641\u0633 \u0648\u062f\u0639\u0627\u0624\u0647\u0627 \u0625\u0644\u0649 \u0627\u0644\u062c\u0645\u0627\u0639 \u0623\u0648 \u0645\u0642\u062f\u0645\u0627\u062a\u0647 \u0648\u0627\u0644\u0634\u0647\u0648\u0629 \u0647\u0648 \u0623\u0646 \u064a\u0644\u062a\u0630 \u0628\u0627\u0644\u0646\u0638\u0631<\/strong><\/p>\n\n\n\n

“Yang dinamakan fitnah adalah ketertarikan hati untuk melakukan zina atau pendahuluannya dan mengundang orang lain untuk berkomentar yang yang negatif”.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Dengan demikian, dalam Islam hukum selfie adalah boleh selama diyakini atau ada dugaan kuat bahwa hal tersebut tidak akan menimbulkan fitnah. Maksud fitnah di sini yaitu suatu hal yang dapat mendorong kemaksiatan atau ketertarikan hati untuk mendekati zina bahkan melakukannya, dan mengundang orang lain berkomentar senonoh yang tidak sesuai ajaran syariat Islam.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian haram tidaknya selfie juga tergantung dari niat dan tujuan si mukallaf (pelaku). Jika digunakan untuk menipu, menghina, dan melecehkan orang lain yang dapat menimbulkan penyakit hati, maka hukumnya haram. <\/p>\n\n\n\n

Bukan sekedar menitikberatkan pada hukum boleh atau tidaknya ber-selfie, namun yang perlu untuk kita cermati juga yaitu motif dari orang yang melakukan selfie dan penerimaan yang mungkin diterima oleh orang-orang yang melihat foto selfie tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Hal ini dikarenakan adanya dampak-dampak negatif baik yang terjadi pada orang yang melakukan selfie maupun orang yang melihat foto tersebut, seperti:<\/p>\n\n\n\n