Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":54576,"date":"2020-05-17T02:30:00","date_gmt":"2020-05-16T19:30:00","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=54576"},"modified":"2020-05-17T00:06:05","modified_gmt":"2020-05-16T17:06:05","slug":"hukum-menagih-hutang-dalam-islam","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/hukum-menagih-hutang-dalam-islam\/","title":{"rendered":"Hukum Menagih Hutang dalam Islam dan Adabnya Seusai Tuntuntan Nabi"},"content":{"rendered":"
PeciHitan.org –\u00a0<\/strong>Hutang merupakan perkara yang diwajibkan untuk membayarnya. Meskipun orang tersebut sudah meninggal, kewajiban untuk membayar hutang masih dibebankan kepada ahli waris. Lalu bagaimana hukum menagih hutang dalam Islam?<\/p>\n
Hubungan antara Qardl<\/em> dan Muqtaridl<\/em><\/h2>\n
Sebelum membahas hal tersebut, perlu diketahui bahwa, akad hutang (qardl<\/em>) dalam istilah fiqih juga dikenal dengan sebutan aqad al-irfaq<\/em> (akad yang didasari atas rasa belas kasih).<\/p>\n
Dengan demikian, syariat tidak membenarkan segala macam praktik hutang-piutang yang memberatkan terhadap pihak yang berhutang (muqtaridl<\/em>) dan menguntungkan pihak yang memberi hutang (muqridl<\/em>).<\/p>\n
Sebab, asas yang mendasari akad hutang adalah rasa belas kasih, bukan untung rugi.<\/p>\n
Bahkan menurut mayoritas ulama, menentukan batas pembayaran hutang oleh muqridl<\/em> kepada muqtaridl<\/em> adalah hal yang menyebabkan akad hutang (qardl<\/em>) menjadi tidak sah, sebab dianggap berlawanan dengan dasar disyariatkannya akad hutang.<\/p>\n
Meskipun menurut mazhab Maliki, hal demikian masih dianggap wajar sehingga tetap dihukumi sah. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh<\/em> karya Syekh Wahbah az-Zuhaili berikut:<\/p>\n
\u201cTidak sah mensyaratkan batas waktu pembayaran dalam akad hutang menurut mayoritas ulama dan pensyaratan tersebut tetap sah menurut mazhab Malikiyah.\u201d<\/p>\n
Hak Menagih Hutang bagi Muqtaridl<\/em><\/h2>\n
Meski begitu, syariat memberikan hak bagi orang yang memberi hutang (muqridl<\/em>) untuk menagih hutang kepada orang yang ia beri hutang (muqtaridl<\/em>) tatkala ia dalam keadaan mampu dan memiliki harta yang cukup untuk membayar hutangnya.<\/p>\n
Berbeda halnya ketika muqtaridl<\/em> berada dalam keadaan tidak mampu untuk membayar hutang. Dalam keadaan demikian, muqridl<\/em> tidak diperkenankan (haram) untuk menagih hutang pada muqtaridl<\/em> dan ia wajib menunggu sampai muqtaridl<\/em> berada dalam kondisi lapang.<\/p>\n
Hal ini juga dijelaskan dalam kitab Mausuah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah<\/em>, berikut redaksinya:<\/p>\n
\u201cDampak-dampak dari adanya hutang adalah adanya hak menagih hutang dan hak membayar hutang. Dan disunnahkan bersikap baik dalam menagih hutang serta wajib menunggu orang yang dalam keadaan tidak mampu membayar sampai ketika ia mampu membayar hutangnya, menurut kesepakatan para ulama.\u201d<\/p>\n
Perintah Tidak Menagih Hutang Bagi Orang yang Tidak Mampu<\/h2>\n
Perintah untuk tidak menagih hutang pada orang yang berada dalam keadaan tidak mampu, juga sesuai dengan firman Allah swt dalam al-Quran<\/a> berikut:<\/p>\n