Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Pada dasarnya setiap manusia pasti memiliki syahwat dan untuk menyalurkannya diperintahkan kepada pasangan yang sah. Adapun terkadang yang menjadi problem adalah bagi yang belum mempunyyai pasangan. Karena beberapa ada yang menyalurkan hasratnya dengan cara merangsang diri sendiri untuk mencapai kepuasan. Pertanyaannya adalah bagaimana hukum merangsang diri sendiri tersebut dalam agama Islam?<\/p>\n\n\n\n Merangsang diri sendiri ini sering diistilahkan dengan onani jika pelakunya laki-laki atau masturbasi jika pelakunya perempuan. Meski istilahnya berbeda tapi substansinya sama, yaitu merangsang diri sendiri. <\/p>\n\n\n\n Memang hukum merangsang diri sendiri dalam islam memang masih diperdebatkan berbagai pihak. Mayoritas ulama fiqih membolehkannya, baik dengan tangan maupun dengan yang lain, jika dilakukan bersama pasangan yang sah, dan selama tidak ada perkara yang mencegahnya seperti haid, nifas, puasa, I\u2019tikaf, atau ibadah haji.<\/p>\n\n\n\n Menurut Annie Sri Murtiani seksiolog UI, onani atau Masturbasi adalah suatu cara untuk mencapai kepuasan dengan jalan merangsang diri sendiri, terutama organ kemaluannya, misalnya dengan tangan dan jari sendiri. Biasanya mereka akan mengalami kepuasan setelah melakukannya.<\/p>\n\n\n\n Pada umumnya keadaan ini timbul pada mereka yang belum menikah, karena dorongan seksual yang begitu besar. Meski bagi yang sudah menikah terkadang ada pula yang melakukannya apabila desakan birahi yang tidak mungkin disalurkan saat itu, misalnya istri sedang jauh darinya, istri sedang menstruasi, istri sedang hamil besar, atau istri sedang melahirkan.<\/p>\n\n\n\n Hukum merangsang diri sendiri dalam islam baik laki-laki maupun perempuan, masih terjadi perbedaan pendapat. Ada yang mengharamkan secara mutlak. Ada pula yang mengharamkan dalam kondisi tertentu, namun membolehkan dalam kondisi yang lain. Dan ada pula yang memakruhkan.<\/p>\n\n\n\n Dalam bahasa Fiqih, onani atau Masturbasi disebut dengan istimna\u2019. Sayyid Sabiq, seorang ulama kontemporer dalam bukunya Fiqhus Dunnah juz III hal 424 \u2013 426 menuliskan tentang hukum perkara tersebut menurut para ulama madzhab.<\/p>\n\n\n\n Berikut adalah perbedaan pendapat mengenai hukum merangsang diri sendiri menurut para ulama:<\/p>\n\n\n\n Menurut madzhab Maliki dan Syafi\u2019i, mereka berpendapat bahwa onani hukumnya adalah haram. Pengharaman ini adalah didasarkan pada perintah Allah Swt untuk menjaga kemaluan dalam segala kondisi kecuali terhadap istri dan budak perempuannya.<\/p>\n\n\n\n Jika seseorang tidak melakukannya terhadap kedua orang itu, kemudian melakukan onani, maka ia termasuk kedalam golongan orang-orang yang melampaui batas-batas. Allah Swt berfirman dalam Surat Al-Mu\u2019minun<\/p>\n\n\n\n \u0648\u064e\u0627\u0644\u0651\u064e\u0630\u0650\u064a\u0646\u064e \u0647\u064f\u0645\u0652 \u0644\u0650\u0641\u064f\u0631\u064f\u0648\u062c\u0650\u0647\u0650\u0645\u0652 \u062d\u064e\u0627\u0641\u0650\u0638\u064f\u0648\u0646\u064e \u0625\u0650\u0644\u0651\u064e\u0627 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649 \u0623\u064e\u0632\u0652\u0648\u064e\u0627\u062c\u0650\u0647\u0650\u0645\u0652 \u0623\u0648\u0652 \u0645\u064e\u0627 \u0645\u064e\u0644\u064e\u0643\u064e\u062a\u0652 \u0623\u064e\u064a\u0652\u0645\u064e\u0627\u0646\u064f\u0647\u064f\u0645\u0652 \u0641\u064e\u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0647\u064f\u0645\u0652 \u063a\u064e\u064a\u0652\u0631\u064f \u0645\u064e\u0644\u064f\u0648\u0645\u0650\u064a\u0646\u064e. \u0641\u064e\u0645\u064e\u0646\u0650 \u0627\u0628\u0652\u062a\u064e\u063a\u064e\u0649 \u0648\u064e\u0631\u064e\u0627\u0621 \u0630\u064e\u0644\u0650\u0643\u064e \u0641\u064e\u0623\u064f\u0648\u0652\u0644\u064e\u0626\u0650\u0643\u064e \u0647\u064f\u0645\u064f \u0627\u0644\u0652\u0639\u064e\u0627\u062f\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\n Artinya : \u201cdan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.\u201d (QS. Al Mukminun ayat 5 \u2013 7)<\/em><\/p>\n\n\n\n Para ulama madzhab Hanafi berpendapat bahwa onani hanya diharamkan dalam keadaan-keadaan tertentu dan bisa menjadi wajib pada keadaan yang lainnya. Mereka mengatakan bahwa onani menjadi wajib apabila ia takut jatuh kepada zina jika tidak melakukannya.<\/p>\n\n\n\n Pendapat mereka ini juga didasarkan pada kaidah mengambil kemudharatan yang lebih ringan. Namun mereka mengharamkan apabila hanya sebatas untuk bersenang-senang dan membangkitkan syahwatnya.<\/p>\n\n\n\n Mereka juga mengatakan bahwa onani bisa diperbolehkan jika orang tersebut sudah dikuasai oleh syahwatnya sementara ia tidak memiliki istri atau budak perempuan demi menenangkan syahwatnya.<\/p>\n\n\n\n Menurut madzhab Hanbali, mereka berpendapat bahwa onani itu diharamkan. Kecuali jika dilakukan karena takut dirinya jatuh kedalam perzinahan atau mengancam kesehatannya sementara ia tidak memiliki istri atau budak serta tidak memiliki kemampuan untuk menikah, maka jalan onani tidak masalah.<\/p>\n\n\n\n Imam Ahmad memberikan pengecualian tersebut berdasarkan fatwa dari Ibnu Abbas ra<\/a><\/strong>. Ibnu Abbas ra pernah ditanya oleh seorang pemuda tentang hukum beristimna\u2019 (onani), maka beliau menjawab:<\/p>\n\n\n\n \u0646\u0643\u0627\u062d \u0627\u0644\u0623\u0645\u0629 \u062e\u064a\u0631 \u0645\u0646\u0647\u200f\u060c\u200f \u0648\u0647\u0648 \u062e\u064a\u0631 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0632\u0651\u0650\u0646\u0627 <\/strong> Di lain waktu beliau didatangi oleh seorang pemuda yang belum menikah. Pemuda itu menyatakan bahwa suatu saat dirinya dilanda syahwat yang sangat hebat. Kemudian ia menggesek-gesekkan kemaluannya hingga terjadi inzal (ejakulasi). Ibnu Abbas kemudian berkomentar, \u201cHal itu lebih baik dari zina.\u201d <\/p>\n\n\n\nApa itu Onani dan Masturbasi?<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
Hukum Merangsang Diri Sendiri dalam Islam<\/h2>\n\n\n\n
Menurut Madzhab Maliki dan Syafi\u2019i<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Menurut Madzhab Hanafi<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Menurut Madzhab Hambali<\/strong><\/h3>\n\n\n\n
Menikahi budak wanita lebih baik dari perbuatan itu (onani), tetapi (onani) lebih baik dari zina. <\/em><\/p>\n\n\n\n