Mengenai jarak perjalanan yang memperbolehkan seseorang berbuka puasa masih menjadi perdebatan para fuqaha. Menurut sebagian besar mazhab, jarak perjalanan yang memperbolehkan seseorang mengqashar shalat dan berbuka puasa adalah 84 km.<\/p>\n

Bagi musafir yang mengalami masyakah yang berat jika berpuasa, ia dimakruhkan berpuasa bahkan mungkin saja diharamkan (melihat kondisinya).<\/p>\n

Hal ini mengingat sabda Nabi saw. mengenai seseorang yang dikerumuni orang banyak ketika mengalami kepayahan karena berpuasa. Lalu Nabi saw. bertanya, \u201cMengapa orang itu begitu keadaannya?\u201d Para sahabat menjawab, \u201cDia sedang berpuasa.\u201d Kemudian beliau bersabda:<\/p>\n

\u0644\u064e\u064a\u0652\u0633\u064e \u0645\u0650\u0646\u064e \u0627\u0644\u0652\u0628\u0650\u0631\u0651\u0650 \u0627\u0644\u0635\u0651\u0650\u064a\u064e\u0627\u0645\u064f \u0641\u0650\u064a \u0627\u0644\u0633\u0651\u064e\u0641\u064e\u0631\u0650- \u0631\u0648\u0627\u0647 \u0627\u0644\u0628\u062e\u0627\u0631\u064a<\/strong><\/p>\n

\u201cTidak baik berpuasa ketika safar.\u201d\u00a0<\/em>(HR. Bukhari)<\/p>\n

Sedangkan bagi yang tidak mengalaminya boleh memilih antara boleh berpuasa boleh berbuka. Lebih utama yang mana? Ambillah mana yang dirasa lebih mudah, antara melanjutkan puasanya di hari tersebut atau menggantinya (meng-qadha) di luar Ramadhan.<\/p>\n

Abu Daud meriwayatkan dari Hamzah bin Amir Al Aslami, ia berkata: saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw., \u201cWahai Rasulullah, saya mempunyai kendaraan yang saya pergunakan untuk berperang dan bepergian. Kadang-kadang secara kebetulan saya bepergian pada bulan Ramadhan ini, tetapi saya kuat dan masih muda, dan bagi saya puasa itu lebih mudah daripada berbuka yang nantinya menjadi utang bagi saya, maka apakah saya boleh berpuasa agar mendapatkan pahala yang besar, ataukah saya harus berbuka?<\/em>\u201d Rasulullah saaw. menjawab, \u201cTerserah yang engkau sukai, wahai Hamzah!<\/em>\u201d Maksudnya: memilih yang lebih mudah.<\/p>\n

Dari Hamzah bin Amir Al Aslami bahwa dia berkata kepada Rasulullah saw., \u201csaya kuat berpuasa dalam safar, maka apakah saya berdosa (karena puasa itu)? \u201c Rasulullah saw. menjawab:<\/p>\n

\u0647\u0650\u064a\u064e \u0631\u064f\u062e\u0652\u0635\u064e\u0629\u064c \u0645\u0650\u0646\u064e \u0627\u0644\u0644\u0647\u0650\u060c \u0641\u064e\u0645\u064e\u0646\u0652 \u0623\u064e\u062e\u064e\u0630\u064e \u0628\u0650\u0647\u064e\u0627 \u0641\u064e\u062d\u064e\u0633\u064e\u0646\u064c\u060c \u0648\u064e\u0645\u064e\u0646\u0652 \u0623\u064e\u062d\u064e\u0628\u0651\u064e \u0623\u064e\u0646\u0652 \u064a\u064e\u0635\u064f\u0648\u0645\u064e \u0641\u064e\u0644\u064e\u0627 \u062c\u064f\u0646\u064e\u0627\u062d\u064e \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u0652\u0647\u0650<\/strong><\/p>\n

\u00a0\u201cItu adalah rukhshah (kemurahan) dari Allah untukmu; maka barang siapa yang ingin berpuasa maka tidak ada dosa atasnya.\u201d<\/em>(HR. al-Nasa\u2019i)<\/p>\n

Inilah syariat Allah bagi para musafir. Dan perlu diperhatikan bahwa di dalam\u00a0rukhshah<\/em>\u00a0ini tidak diharuskan dan disyariatkan adanya masyakah<\/em> yang berat atau terwujudnya masyakah<\/em>, namun safar<\/em> (bepergian) itu sendiri dapat menjadi alasan diperbolehkannya seseorang berbuka.<\/p>\n

Maka jika seorang melakukan perjalanan, ia boleh berbuka puasa. Dan yang perlu juga diperhatikan bahwa orang yang boleh tidak puasa dalam perjalanan bukan berarti puasanya gugur selamanya.<\/p>\n

Namun ia hanya menanggung utang puasa dan menundanya untuk digantikan pada hari-hari di luar Ramadhan. Oleh sebab itu, ia boleh memilih untuk berpuasa atau berbuka pada waktu bepergian, meskipun tidak menimbulkan\u00a0masyakkah<\/em>.<\/p>\n

Demikian beberapa golongan yang boleh tidak puasa. Adanya keringanan atau rukhsah<\/em> bagi seseorang untuk tidak berpuasa merupakan salah satu bentuk kemurahan Allah. Penting bagi setiap muslim agar mengetahui dan memahami hal tersebut. Ash-Shawabu Minallah<\/em>.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

PeciHitam.org –\u00a0Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Seluruh kaum muslimin diwajibkan untuk berpuasa, khususnya puasa Ramadhan. Meskipun hukum asalnya adalah wajib, namun ada beberapa golongan yang boleh tidak puasa. Hal ini disebabkan karena kondisi mereka sehingga tidak mewajibkannya untuk tetap berpuasa, melainkan diberi rukhsah (keringanan) untuk berbuka. Bahkan ada juga yang wajib berbuka, […]<\/p>\n","protected":false},"author":16,"featured_media":55195,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1691,1977],"tags":[11544],"yoast_head":"\n