hajat Dalem, <\/em>Kedermawanan Raja kepada rakyatnya.<\/p>\nGunungan berbentuk kerucut berisi hasil bumi, ketupat dan buah-buahan lainnya. Banyak warga yang menunggu gunungan keluar dari Keraton untuk diperebutkan oleh Alun-alun Utara Keraton.<\/p>\n
Sebelum keluar dan dibagikan kepada warga, gunungan terlebih dahulu didoakan oleh penghulu agama Keraton dan diaminkan oleh segenap abdi Dalem <\/em>kerajaan.<\/p>\nMenelurusi awal mula Grebeg dalam sejarah tidak akan terlepas dari praktek yang diawali pada masa kerajaan Demak Bintoro. Kerajaan Demak pendiriannya digawangi oleh Raden Patah dengan sokongan Walisongo banyak berperan dalam penyebaran agama Islam di Jawa dan Nusantara.<\/p>\n
Dakwah Walisongo yang banyak menggunakan pendekatan Budaya dan Kultural tentunya diaplikasikan dalam berbagai acara kenegaraan Kerajaan Demak. Salah satunya adalah Grebeg untuk menyambut Maulid Nabi, Idul Fitri 1 Syawal dan Idul Adha 10 Dzulhijjah. <\/span><\/p>\nPraktek Grebeg dalam tradisi Kerajaan Demak terus dilestarikan oleh kerajaan penerus Demak, yakni Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram Islam, Kerajaan Kartasura, maupun Kerajaan Modern penerusnya Ngayogyakarta Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat.<\/span><\/p>\nRitus budaya yang diteruskan di Yogyakarta dan Surakarta memperlihatkan peran agama yang dipegang oleh kerajaan tidak sepenuhnya luntur.<\/p>\n
Tradisi ini terus berjalan ditengah gerusan globalisasi dan minimnya pengetahuan tentang makna dari grebeg syawal dan acara budaya lainnya. Tidak lain seluruh acara berbasis tradisi ini merupakan sarana untuk memperkenalkan, membumikan dan mendakwahkan ajaran Islam dalam bentuk yang sangat halus.<\/p>\n