Tafsir Kemenag<\/strong>: Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah memberi orang-orang musyrik Mekah nikmat yang banyak berupa kesenangan hidup di dunia dan kemewahan. Semua itu bertujuan untuk mengetahui apakah mereka mau mensyukuri nikmat lebih yang diberikan itu dengan mengeluarkan hak-hak orang miskin, memperkenankan seruan Nabi saw untuk mengikuti jalan yang benar serta tunduk dan taat kepada Allah, atau dengan nikmat ini, mereka ingin menumpuk harta, menantang seruan Nabi, dan menyimpang dari jalan yang benar? <\/p>\n\n\n\nAllah akan menimpakan azab yang pedih kepada mereka dan melenyapkan nikmat-nikmat itu seandainya mereka tetap ingkar, sebagaimana yang menimpa beberapa pemilik kebun. Pemilik kebun itu semula adalah seorang laki-laki saleh, taat, dan patuh melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia mempunyai sebidang kebun sebagai sumber penghidupannya. <\/p>\n\n\n\n
Jika akan memetik hasil kebunnya, ia memberitahu orang-orang fakir dan miskin agar datang ke kebunnya, dan langsung memberikan hak-hak mereka yang terdapat dari hasil kebun itu. Setelah ia meninggal dunia, kebun itu diwarisi oleh anak-anak mereka. <\/p>\n\n\n\n
Pada waktu akan memetik hasilnya, mereka pun bermusyawarah apakah tetap melakukan seperti yang telah dilakukan ayah mereka atau membuat rencana baru. Salah seorang di antaranya mengusulkan agar tetap melakukan apa yang biasa dilakukan bapak mereka, yaitu memberitahu orang-orang fakir miskin agar datang pada waktu hari memetik.<\/p>\n\n\n\n
Akan tetapi, usulan ini ditolak oleh saudara-saudaranya yang lain. Mereka tidak mau memberikan hasil kebun itu sedikit pun kepada fakir-miskin sebagaimana yang telah dilakukan bapaknya. Sekalipun telah diingatkan oleh saudara yang seorang itu akan bahaya yang mungkin menimpa, tetapi mereka tetap dengan keputusan untuk memetik hasil kebun itu tanpa memberitahu lebih dahulu kepada fakir-miskin, dan seluruh hasil kebun itu akan mereka miliki sendiri tanpa mengeluarkan hak-hak orang lain yang ada di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n
Para ahli waris pemilik kebun itu mengingkari ketentuan-ketentuan yang biasa dilakukan bapaknya ketika hidup, setelah melihat kesuburan tanamannya dan kelebatan buah yang akan dipetik. Mereka pun yakin bahwa semua itu pasti akan menjadi milik mereka. <\/p>\n\n\n\n
Oleh karena itu, mereka bersumpah akan memetiknya pagi-pagi benar agar tidak diketahui oleh seorang pun. Mereka juga sepakat untuk tidak akan memberikan hasil kebun itu kepada orang lain walaupun sedikit.<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Quraish Shihab<\/strong>: Sesungguhnya Kami telah menguji penduduk Mekkah dengan memberikan mereka nikmat, lalu mereka mengingkarinya. Ini sama halnya seperti Kami menguji para pemilik kebun ketika mereka bersumpah–tanpa mengingat Allah dan tidak menyerahkan urusan kepada kehendak-Nya–akan memetik buah-buahan dari kebun mereka di pagi hari.<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 18
\u0648\u064e\u0644\u064e\u0627 \u064a\u064e\u0633\u06e1\u062a\u064e\u062b\u06e1\u0646\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0648\u064e\u0644\u064e\u0627 \u064a\u064e\u0633\u06e1\u062a\u064e\u062b\u06e1\u0646\u064f\u0648\u0646 <\/strong>(Dan mereka tidak mengecualikan) di dalam sumpah mereka itu kepada kehendak Allah swt. Ayat ini merupakan jumlah isti’naf atau kalimat permulaan; yakni, kelakuan mereka seperti itu; mereka tidak pernah menggantungkan sumpahnya itu kepada kehendak Allah swt.<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0648\u064e\u0644\u064e\u0627 \u064a\u064e\u0633\u06e1\u062a\u064e\u062b\u06e1\u0646\u064f\u0648\u0646<\/strong> (\u201cDan mereka tidak mengucapkan, \u2018Insya Allah.\u2019\u201d) yakni atas apa yang mereka sumpahkan itu. Oleh karen itu, Allah membuat mereka melanggar sumpah mereka tersebut.<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah memberi orang-orang musyrik Mekah nikmat yang banyak berupa kesenangan hidup di dunia dan kemewahan. Semua itu bertujuan untuk mengetahui apakah mereka mau mensyukuri nikmat lebih yang diberikan itu dengan mengeluarkan hak-hak orang miskin, memperkenankan seruan Nabi saw untuk mengikuti jalan yang benar serta tunduk dan taat kepada Allah, atau dengan nikmat ini, mereka ingin menumpuk harta, menantang seruan Nabi, dan menyimpang dari jalan yang benar? <\/p>\n\n\n\nAllah akan menimpakan azab yang pedih kepada mereka dan melenyapkan nikmat-nikmat itu seandainya mereka tetap ingkar, sebagaimana yang menimpa beberapa pemilik kebun. Pemilik kebun itu semula adalah seorang laki-laki saleh, taat, dan patuh melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia mempunyai sebidang kebun sebagai sumber penghidupannya. <\/p>\n\n\n\n
Jika akan memetik hasil kebunnya, ia memberitahu orang-orang fakir dan miskin agar datang ke kebunnya, dan langsung memberikan hak-hak mereka yang terdapat dari hasil kebun itu. Setelah ia meninggal dunia, kebun itu diwarisi oleh anak-anak mereka. <\/p>\n\n\n\n
Pada waktu akan memetik hasilnya, mereka pun bermusyawarah apakah tetap melakukan seperti yang telah dilakukan ayah mereka atau membuat rencana baru. Salah seorang di antaranya mengusulkan agar tetap melakukan apa yang biasa dilakukan bapak mereka, yaitu memberitahu orang-orang fakir miskin agar datang pada waktu hari memetik. <\/p>\n\n\n\n
Akan tetapi, usulan ini ditolak oleh saudara-saudaranya yang lain. Mereka tidak mau memberikan hasil kebun itu sedikit pun kepada fakir-miskin sebagaimana yang telah dilakukan bapaknya. Sekalipun telah diingatkan oleh saudara yang seorang itu akan bahaya yang mungkin menimpa, tetapi mereka tetap dengan keputusan untuk memetik hasil kebun itu tanpa memberitahu lebih dahulu kepada fakir-miskin, dan seluruh hasil kebun itu akan mereka miliki sendiri tanpa mengeluarkan hak-hak orang lain yang ada di dalamnya. <\/p>\n\n\n\n
Para ahli waris pemilik kebun itu mengingkari ketentuan-ketentuan yang biasa dilakukan bapaknya ketika hidup, setelah melihat kesuburan tanamannya dan kelebatan buah yang akan dipetik. Mereka pun yakin bahwa semua itu pasti akan menjadi milik mereka. <\/p>\n\n\n\n
Oleh karena itu, mereka bersumpah akan memetiknya pagi-pagi benar agar tidak diketahui oleh seorang pun. Mereka juga sepakat untuk tidak akan memberikan hasil kebun itu kepada orang lain walaupun sedikit.<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Quraish Shihab<\/strong>: Sesungguhnya Kami telah menguji penduduk Mekkah dengan memberikan mereka nikmat, lalu mereka mengingkarinya. Ini sama halnya seperti Kami menguji para pemilik kebun ketika mereka bersumpah–tanpa mengingat Allah dan tidak menyerahkan urusan kepada kehendak-Nya–akan memetik buah-buahan dari kebun mereka di pagi hari.<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 19
\u0641\u064e\u0637\u064e\u0627\u0641\u064e \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u06e1\u0647\u064e\u0627 \u0637\u064e\u0627\u0653\u0626\u0650\u0641\u064c \u0645\u0651\u0650\u0646 \u0631\u0651\u064e\u0628\u0651\u0650\u0643\u064e \u0648\u064e\u0647\u064f\u0645\u06e1 \u0646\u064e\u0627\u0653\u0626\u0650\u0645\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur,<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0641\u064e\u0637\u064e\u0627\u0641\u064e \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u06e1\u0647\u064e\u0627 \u0637\u064e\u0627\u0653\u0626\u0650\u0641\u064c \u0645\u0651\u0650\u0646 \u0631\u0651\u064e\u0628\u0651\u0650\u0643\u064e<\/strong> (Lalu kebun itu diliputi malapetaka dari Rabbmu) berupa api yang melahap kesemuanya di waktu malam \u0648\u064e\u0647\u064f\u0645\u06e1 \u0646\u064e\u0627\u0653\u0626\u0650\u0645\u064f\u0648\u0646\u064e <\/strong>(ketika mereka sedang tidur.).<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0641\u064e\u0637\u064e\u0627\u0641\u064e \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u06e1\u0647\u064e\u0627 \u0637\u064e\u0627\u0653\u0626\u0650\u0641\u064c \u0645\u0651\u0650\u0646 \u0631\u0651\u064e\u0628\u0651\u0650\u0643\u064e \u0648\u064e\u0647\u064f\u0645\u06e1 \u0646\u064e\u0627\u0653\u0626\u0650\u0645\u064f\u0648\u0646\u064e <\/strong>(\u201cLalu kebun itu diliputi malapetaka [yang datang] dari Rabb-mu ketika mereka sedang tidur.\u201d)<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Ketentuan dan kehendak Allah pasti berlaku tanpa seorang pun yang dapat menghalanginya. Maka pada malam hari, dengan ketetapan dan kehendak Allah, datanglah petir yang membakar seluruh kebun mereka. Tidak ada satu pun yang tinggal, semua hangus terbakar. <\/p>\n\n\n\nKejadian tersebut terjadi ketika para pemilik kebun itu sedang tidur nyenyak, sehingga tidak seorang pun yang tahu bahwa kebunnya telah habis terbakar. Mereka lalai dan tidak ingat kepada Allah, Tuhan yang memberi rezeki kepada mereka.<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Quraish Shihab<\/strong>: Kemudian datang bencana besar dari Tuhanmu pada malam hari ketika mereka terlelap dalam tidur. Kebun-kebun itu menjadi hitam seperti malam yang gelap akibat bencana yang menimpanya.<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 20
\u0641\u064e\u0623\u064e\u0635\u06e1\u0628\u064e\u062d\u064e\u062a\u06e1 \u0643\u064e\u0671\u0644\u0635\u0651\u064e\u0631\u0650\u064a\u0645\u0650<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0641\u064e\u0623\u064e\u0635\u06e1\u0628\u064e\u062d\u064e\u062a\u06e1 \u0643\u064e\u0671\u0644\u0635\u0651\u064e\u0631\u0650\u064a\u0645<\/strong> (Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita) yakni menjadi hangus terbakar semuanya, sehingga tampak hitam.<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0641\u064e\u0623\u064e\u0635\u06e1\u0628\u064e\u062d\u064e\u062a\u06e1 \u0643\u064e\u0671\u0644\u0635\u0651\u064e\u0631\u0650\u064a\u0645<\/strong> (\u201cSehingga jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.\u201d) Ibnu \u2018Abbas mengatakan: \u201cYakni, seperti malam yang gelap gulita.\u201d Ats-Tsauri dan as-Suddi mengatakan: \u201cSeperti tanaman saat dipanen, yakni menjadi kering.\u201d <\/p>\n\n\n\nIbnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Mas\u2019ud, dia berkata: \u201cRasulullah saw. bersabda: \u2018Hindarilah perbuatan maksiat, karena sesungguhnya seorang hamba akan melakukan perbuatan dosa sehingga rizkynya terhalang karenanya, padahal rizky itu tersedia untuknya.\u2019<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Kemenag<\/strong>: Ketentuan dan kehendak Allah pasti berlaku tanpa seorang pun yang dapat menghalanginya. Maka pada malam hari, dengan ketetapan dan kehendak Allah, datanglah petir yang membakar seluruh kebun mereka. <\/p>\n\n\n\nTidak ada satu pun yang tinggal, semua hangus terbakar. Kejadian tersebut terjadi ketika para pemilik kebun itu sedang tidur nyenyak, sehingga tidak seorang pun yang tahu bahwa kebunnya telah habis terbakar. Mereka lalai dan tidak ingat kepada Allah, Tuhan yang memberi rezeki kepada mereka.<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Quraish Shihab<\/strong>: Kemudian datang bencana besar dari Tuhanmu pada malam hari ketika mereka terlelap dalam tidur. Kebun-kebun itu menjadi hitam seperti malam yang gelap akibat bencana yang menimpanya.<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 21
\u0641\u064e\u062a\u064e\u0646\u064e\u0627\u062f\u064e\u0648\u06e1\u0627\u0652 \u0645\u064f\u0635\u06e1\u0628\u0650\u062d\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “lalu mereka panggil memanggil di pagi hari:<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0641\u064e\u062a\u064e\u0646\u064e\u0627\u062f\u064e\u0648\u06e1\u0627\u0652 \u0645\u064f\u0635\u06e1\u0628\u0650\u062d\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong> (Lalu mereka panggil-memanggil di pagi hari.).<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0641\u064e\u062a\u064e\u0646\u064e\u0627\u062f\u064e\u0648\u06e1\u0627\u0652 \u0645\u064f\u0635\u06e1\u0628\u0650\u062d\u0650\u064a\u0646\u064e <\/strong>(\u201cLalu mereka panggil memanggil di pagi hari.\u201d) yakni ketika waktu pagi tiba, sebagian berseru kepada sebagian yang lainnya agar mereka pergi memetik buah-buahan.<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Setelah bangun pada pagi harinya, mereka saling memanggil dan mengajak untuk pergi ke kebun guna memetik hasilnya. Setelah berkumpul, mereka pun berangkat dan berjalan dengan sembunyi-sembunyi sambil berbisik-bisik di antara mereka,<\/p>\n\n\n\n“Jangan biarkan seorang pun di antara orang-orang miskin itu datang ke kebun kita seperti dulu ketika ayah masih hidup. Hendaknya seluruh panen kebun ini dapat kita manfaatkan untuk keperluan kita sendiri.” Mereka pergi ke kebun pagi-pagi sekali dengan maksud agar orang-orang miskin tidak masuk ke kebun mereka dan mereka sangat yakin akan dapat memetik seluruh hasil kebun itu.<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Quraish Shihab<\/strong>: Ketika pagi hari, sebagian dari mereka menyeru yang lainnya, “Pergilah segera ke kebun kalian jika ingin memetik buah-buahan.”<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 22
\u0623\u064e\u0646\u0650 \u0671\u063a\u06e1\u062f\u064f\u0648\u0627\u0652 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649\u0670 \u062d\u064e\u0631\u06e1\u062b\u0650\u0643\u064f\u0645\u06e1 \u0625\u0650\u0646 \u0643\u064f\u0646\u062a\u064f\u0645\u06e1 \u0635\u064e\u0670\u0631\u0650\u0645\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Pergilah diwaktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya”.<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0623\u064e\u0646\u0650 \u0671\u063a\u06e1\u062f\u064f\u0648\u0627\u0652 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649\u0670 \u062d\u064e\u0631\u06e1\u062b\u0650\u0643\u064f\u0645\u06e1 <\/strong>(“Pergilah di waktu pagi ini ke kebun kalian) ke ladang kalian; lafal ini menafsirkan pengertian yang terkandung di dalam lafal tanadauw; atau huruf an dianggap sebagai an mashdariyah \u0625\u0650\u0646 \u0643\u064f\u0646\u062a\u064f\u0645\u06e1 \u0635\u064e\u0670\u0631\u0650\u0645\u0650\u064a\u0646\u064e <\/strong>(jika kalian hendak memetik buahnya”) ingin memetik hasilnya; jawab syaratnya ditunjukkan oleh pengertian kalimat sebelumnya.<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0623\u064e\u0646\u0650 \u0671\u063a\u06e1\u062f\u064f\u0648\u0627\u0652 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649\u0670 \u062d\u064e\u0631\u06e1\u062b\u0650\u0643\u064f\u0645\u06e1 \u0625\u0650\u0646 \u0643\u064f\u0646\u062a\u064f\u0645\u06e1 \u0635\u064e\u0670\u0631\u0650\u0645\u0650\u064a\u0646\u064e <\/strong>(\u201cPergilah di waktu pagi [ini] ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya.\u201d) yakni jika kalian ingin memetik buah. Mujahid mengatakan: \u201cTanaman yang mereka tanam adalah anggur.<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Setelah bangun pada pagi harinya, mereka saling memanggil dan mengajak untuk pergi ke kebun guna memetik hasilnya. Setelah berkumpul, mereka pun berangkat dan berjalan dengan sembunyi-sembunyi sambil berbisik-bisik di antara mereka, “Jangan biarkan seorang pun di antara orang-orang miskin itu datang ke kebun kita seperti dulu ketika ayah masih hidup. <\/p>\n\n\n\nHendaknya seluruh panen kebun ini dapat kita manfaatkan untuk keperluan kita sendiri.” Mereka pergi ke kebun pagi-pagi sekali dengan maksud agar orang-orang miskin tidak masuk ke kebun mereka dan mereka sangat yakin akan dapat memetik seluruh hasil kebun itu.<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Quraish Shihab<\/strong>: Ketika pagi hari, sebagian dari mereka menyeru yang lainnya, “Pergilah segera ke kebun kalian jika ingin memetik buah-buahan.”<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 23
\u0641\u064e\u0671\u0646\u0637\u064e\u0644\u064e\u0642\u064f\u0648\u0627\u0652 \u0648\u064e\u0647\u064f\u0645\u06e1 \u064a\u064e\u062a\u064e\u062e\u064e\u0670\u0641\u064e\u062a\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik.<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0641\u064e\u0671\u0646\u0637\u064e\u0644\u064e\u0642\u064f\u0648\u0627\u0652 \u0648\u064e\u0647\u064f\u0645\u06e1 \u064a\u064e\u062a\u064e\u062e\u064e\u0670\u0641\u064e\u062a\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong> (Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan) yakni dengan secara diam-diam.<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0641\u064e\u0671\u0646\u0637\u064e\u0644\u064e\u0642\u064f\u0648\u0627\u0652 \u0648\u064e\u0647\u064f\u0645\u06e1 \u064a\u064e\u062a\u064e\u062e\u064e\u0670\u0641\u064e\u062a\u064f\u0648\u0646\u064e <\/strong>(\u201cMaka pergilah mereka dengan saling berbisik-bisikan.\u201d) yakni berkata-kata dengan suara pelan sesama mereka, dimana perkataan mereka itu tidak didengar oleh seorang pun.<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Setelah bangun pada pagi harinya, mereka saling memanggil dan mengajak untuk pergi ke kebun guna memetik hasilnya. Setelah berkumpul, mereka pun berangkat dan berjalan dengan sembunyi-sembunyi sambil berbisik-bisik di antara mereka, <\/p>\n\n\n\n“Jangan biarkan seorang pun di antara orang-orang miskin itu datang ke kebun kita seperti dulu ketika ayah masih hidup. Hendaknya seluruh panen kebun ini dapat kita manfaatkan untuk keperluan kita sendiri.” Mereka pergi ke kebun pagi-pagi sekali dengan maksud agar orang-orang miskin tidak masuk ke kebun mereka dan mereka sangat yakin akan dapat memetik seluruh hasil kebun itu.<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Quraish Shihab<\/strong>: Maka pergilah mereka sambil berbisik-bisik dan berpesan, “Hari ini jangan sampai ada seorang miskin pun yang dapat masuk ke kebun kalian.”<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 24
\u0623\u064e\u0646 \u0644\u0651\u064e\u0627 \u064a\u064e\u062f\u06e1\u062e\u064f\u0644\u064e\u0646\u0651\u064e\u0647\u064e\u0627 \u0671\u0644\u06e1\u064a\u064e\u0648\u06e1\u0645\u064e \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u06e1\u0643\u064f\u0645 \u0645\u0651\u0650\u0633\u06e1\u0643\u0650\u064a\u0646\u064c<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Pada hari ini janganlah ada seorang miskinpun masuk ke dalam kebunmu”.<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0623\u064e\u0646 \u0644\u0651\u064e\u0627 \u064a\u064e\u062f\u06e1\u062e\u064f\u0644\u064e\u0646\u0651\u064e\u0647\u064e\u0627 \u0671\u0644\u06e1\u064a\u064e\u0648\u06e1\u0645\u064e \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u06e1\u0643\u064f\u0645 \u0645\u0651\u0650\u0633\u06e1\u0643\u0650\u064a\u0646\u064c<\/strong> (“Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebun kalian.”) Ayat ini merupakan penafsiran dari makna yang terkandung pada ayat sebelumnya; atau huruf an dianggap sebagai huruf mashdariyah.<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0623\u064e\u0646 \u0644\u0651\u064e\u0627 \u064a\u064e\u062f\u06e1\u062e\u064f\u0644\u064e\u0646\u0651\u064e\u0647\u064e\u0627 \u0671\u0644\u06e1\u064a\u064e\u0648\u06e1\u0645\u064e \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u06e1\u0643\u064f\u0645 \u0645\u0651\u0650\u0633\u06e1\u0643\u0650\u064a\u0646\u064c<\/strong> (\u201cMaka pergilah mereka dengan saling berbisik-bisikan: \u2018Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun yang masuk ke dalam kebunmu.\u2019\u201d) maksudnya sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lainnya, janganlah kalian izinkan seorang miskin pun memasuki kebun kalian.<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Setelah bangun pada pagi harinya, mereka saling memanggil dan mengajak untuk pergi ke kebun guna memetik hasilnya. Setelah berkumpul, mereka pun berangkat dan berjalan dengan sembunyi-sembunyi sambil berbisik-bisik di antara mereka, <\/p>\n\n\n\n“Jangan biarkan seorang pun di antara orang-orang miskin itu datang ke kebun kita seperti dulu ketika ayah masih hidup. Hendaknya seluruh panen kebun ini dapat kita manfaatkan untuk keperluan kita sendiri.” Mereka pergi ke kebun pagi-pagi sekali dengan maksud agar orang-orang miskin tidak masuk ke kebun mereka dan mereka sangat yakin akan dapat memetik seluruh hasil kebun itu.<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Quraish Shihab<\/strong>: Maka pergilah mereka sambil berbisik-bisik dan berpesan, “Hari ini jangan sampai ada seorang miskin pun yang dapat masuk ke kebun kalian.”<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 25
\u0648\u064e\u063a\u064e\u062f\u064e\u0648\u06e1\u0627\u0652 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649\u0670 \u062d\u064e\u0631\u06e1\u062f\u064d \u0642\u064e\u0670\u062f\u0650\u0631\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka (menolongnya).<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0648\u064e\u063a\u064e\u062f\u064e\u0648\u06e1\u0627\u0652 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649\u0670 \u062d\u064e\u0631\u06e1\u062f\u064d <\/strong>(Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi) orang-orang miskin \u0642\u064e\u0670\u062f\u0650\u0631\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong> (seraya merasa mampu) yakni mampu untuk menghalangi orang-orang miskin, menurut dugaan mereka sendiri.<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0648\u064e\u063a\u064e\u062f\u064e\u0648\u06e1\u0627\u0652 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649\u0670 \u062d\u064e\u0631\u06e1\u062f\u064d <\/strong>(\u201cDan berangkatlah mereka pada pagi hari dengan niat menghalangi.\u201d) yakni dengan kekuatan dan kekasaran. Mujahid mengatakan: \u0648\u064e\u063a\u064e\u062f\u064e\u0648\u06e1\u0627\u0652 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649\u0670 \u062d\u064e\u0631\u06e1\u062f\u064d<\/strong> (\u201cDan berangkatlah mereka pada pagi hari dengan niat menghalangi.\u201d) yakni dengan sungguh-sungguh. \u2018Ikrimah mengatakan: \u201cYakni dengan kemarahan.\u201d Asy-Sya\u2019bi mengatakan: \u201c\u2019Alaa hardin; yakni terhadap orang-orang miskin.\u201d \u0642\u064e\u0670\u062f\u0650\u0631\u0650\u064a\u0646\u064e <\/strong>yakni menguasainya seperti yang mereka akui<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Setelah bangun pada pagi harinya, mereka saling memanggil dan mengajak untuk pergi ke kebun guna memetik hasilnya. Setelah berkumpul, mereka pun berangkat dan berjalan dengan sembunyi-sembunyi sambil berbisik-bisik di antara mereka, <\/p>\n\n\n\n“Jangan biarkan seorang pun di antara orang-orang miskin itu datang ke kebun kita seperti dulu ketika ayah masih hidup. Hendaknya seluruh panen kebun ini dapat kita manfaatkan untuk keperluan kita sendiri.” Mereka pergi ke kebun pagi-pagi sekali dengan maksud agar orang-orang miskin tidak masuk ke kebun mereka dan mereka sangat yakin akan dapat memetik seluruh hasil kebun itu.<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Quraish Shihab<\/strong>: Mereka pergi ke kebun di pagi hari dengan niat buruk dan mengira bahwa mereka akan sangat mampu melaksanakannya.<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 26
\u0641\u064e\u0644\u064e\u0645\u0651\u064e\u0627 \u0631\u064e\u0623\u064e\u0648\u06e1\u0647\u064e\u0627 \u0642\u064e\u0627\u0644\u064f\u0648\u0653\u0627\u0652 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0644\u064e\u0636\u064e\u0627\u0653\u0644\u0651\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: “Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan),<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0641\u064e\u0644\u064e\u0645\u0651\u064e\u0627 \u0631\u064e\u0623\u064e\u0648\u06e1\u0647\u064e\u0627<\/strong> (Tatkala mereka melihat kebun itu) dalam keadaan hangus terbakar \u0642\u064e\u0627\u0644\u064f\u0648\u0653\u0627\u0652 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0644\u064e\u0636\u064e\u0627\u0653\u0644\u0651\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong> (mereka berkata, “Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat.”) Bukankah ini kebun kita. Kemudian setelah mereka mengetahui, bahwa itu adalah benar-benar kebun mereka, lalu mereka mengatakan:.<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0641\u064e\u0644\u064e\u0645\u0651\u064e\u0627 \u0631\u064e\u0623\u064e\u0648\u06e1\u0647\u064e\u0627 \u0642\u064e\u0627\u0644\u064f\u0648\u0653\u0627\u0652 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0644\u064e\u0636\u064e\u0627\u0653\u0644\u0651\u064f\u0648\u0646\u064e <\/strong>(\u201cTatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: \u2018Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat.\u2019\u201d) maksudnya, ketika mereka sampai di kebun-kebun itu dan melihatnya, sedang kebun-kebun itu sudah dalam keadaan seperti yang difirmankan oleh Allah swt, dimana sebelumnya kebun-kebun itu tampak hijau, penuh bunga dan buah-buahan, dan sekarang telah menjadi hitam kelam, tanpa bisa diambil manfaatnya sedikitpun, akhirnya mereka berkeyakinan bahwa mereka telah salah jalan. <\/p>\n\n\n\nOleh karena itu, mereka berkata: \u0650\u0625\u0650\u0646\u064e\u0651\u0627 \u0644\u064e\u0636\u064e\u0622\u0644\u064f\u0651\u0648\u0646\u064e<\/strong> (\u201cSesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat.\u201d) maksudnya, kita sudah berjalan menuju kebun-kebun itu tetapi melalui jalan yang salah sehingga kita tidak bisa sampai padanya. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu \u2018Abbas dan lain-lain.<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Setelah sampai di kebun, mereka pun tercengang karena kebun itu telah musnah dan habis terbakar. Mereka mengira bahwa yang terbakar itu bukan kebun mereka, karena kebun mereka yang dipenuhi tanaman-tanaman yang subur dan buahnya lebat, telah waktunya untuk dipetik.<\/p>\n\n\n\nTafsir Quraish Shihab<\/strong>: Tatkala mereka melihat kebun-kebun itu hitam terbakar, dengan goncang mereka berkata, “Kita sungguh telah tersesat! Ini bukan kebun kita! Atau ini memang kebun kita, tetapi kita telah terhalangi untuk melihatnya.”<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 27
\u0628\u064e\u0644\u06e1 \u0646\u064e\u062d\u06e1\u0646\u064f \u0645\u064e\u062d\u06e1\u0631\u064f\u0648\u0645\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)”.<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0628\u064e\u0644\u06e1 \u0646\u064e\u062d\u06e1\u0646\u064f \u0645\u064e\u062d\u06e1\u0631\u064f\u0648\u0645\u064f\u0648\u0646\u064e <\/strong>(Bahkan kita dihalangi) dari memperoleh buahnya disebabkan kita telah menghalang-halangi orang-orang miskin dari memperoleh bagiannya.<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: Setelah itu mereka pun kembali dari apa yang mereka alami dan meyakini bahwa kebun-kebun itu adalah milik mereka, seraya mengatakan: \u0628\u064e\u0644\u06e1 \u0646\u064e\u062d\u06e1\u0646\u064f \u0645\u064e\u062d\u06e1\u0631\u064f\u0648\u0645\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong> (\u201cBahkan kita dihalangi.\u201d) yakni, ia memang kebun-kebun kita, hanya saja kita tidak mendapat bagian darinya.<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Akhirnya mereka sadar dan yakin bahwa yang terbakar itu memang kebun mereka, dan berkata, “Kita tidak tersesat ke kebun yang lain, ini memang kepunyaan kita. Karena kita telah berdosa dengan tidak mengikuti apa yang telah digariskan oleh bapak kita pada setiap memetik hasil kebun, maka Allah memusnahkan kebun ini.”.<\/p>\n\n\n\nTafsir Quraish Shihab<\/strong>: Tatkala mereka melihat kebun-kebun itu hitam terbakar, dengan goncang mereka berkata, “Kita sungguh telah tersesat! Ini bukan kebun kita! Atau ini memang kebun kita, tetapi kita telah terhalangi untuk melihatnya.”<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 28
\u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0623\u064e\u0648\u06e1\u0633\u064e\u0637\u064f\u0647\u064f\u0645\u06e1 \u0623\u064e\u0644\u064e\u0645\u06e1 \u0623\u064e\u0642\u064f\u0644 \u0644\u0651\u064e\u0643\u064f\u0645\u06e1 \u0644\u064e\u0648\u06e1\u0644\u064e\u0627 \u062a\u064f\u0633\u064e\u0628\u0651\u0650\u062d\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)?”<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0623\u064e\u0648\u06e1\u0633\u064e\u0637\u064f\u0647\u064f\u0645\u06e1<\/strong> (Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka) yaitu orang yang terbaik di antara mereka \u064e\u0644\u064e\u0645\u06e1 \u0623\u064e\u0642\u064f\u0644 \u0644\u0651\u064e\u0643\u064f\u0645\u06e1 \u0644\u064e\u0648\u06e1\u0644\u064e\u0627 <\/strong>(“Bukankah aku mengatakan kepada kalian, mengapa tidak) kenapa tidak \u062a\u064f\u0633\u064e\u0628\u0651\u0650\u062d\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong> (kalian bertasbih?”) kepada Allah seraya bertobat kepada-Nya.<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0623\u064e\u0648\u06e1\u0633\u064e\u0637\u064f\u0647\u064f\u0645\u06e1<\/strong> (\u201cBerkatalah salah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka,\u201d) Ibnu \u2018Abbas, Mujahid, Sa\u2019id bin Jubair, \u2018Ikrimah, Muhammad bin Ka\u2019ab, ar-Rabi\u2019 bin Anas, adh-Dhahhak, dan Qatadah mengatakan: \u201cYakni, orang yang paling adil dan baik di antara mereka.\u201d<\/p>\n\n\n\n\u0623\u064e\u0644\u064e\u0645\u06e1 \u0623\u064e\u0642\u064f\u0644 \u0644\u0651\u064e\u0643\u064f\u0645\u06e1 \u0644\u064e\u0648\u06e1\u0644\u064e\u0627 \u062a\u064f\u0633\u064e\u0628\u0651\u0650\u062d\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong> (\u201cBukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih?\u201d) Mujahid, as-Suddi, dan Ibnu Juraij mengatakan: \u201cLau laa tusabbihuun; berarti seandainya kalian mengatakan \u201cinsya Allah\u201d.\u201d Sedangkan Ibnu Jarir mengatakan: \u201cYaitu ucapan orang, \u2018insya Allah.\u2019\u201d Ada juga yang berpendapat bahwa arti kalimat: <\/p>\n\n\n\n\u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0623\u064e\u0648\u06e1\u0633\u064e\u0637\u064f\u0647\u064f\u0645\u06e1 \u0623\u064e\u0644\u064e\u0645\u06e1 \u0623\u064e\u0642\u064f\u0644 \u0644\u064e\u0651\u0643\u064f\u0645\u06e1 \u0644\u064e\u0648\u06e1\u0644\u064e\u0627 \u062a\u064f\u0633\u064e\u0628\u0650\u0651\u062d\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong>, adalah hendaklah kalian bertasbih dan bersyukur kepada Allah atas apa yang Dia berikan kepada kalian serta nikmat dan yang telah Dia karuniakan kepada kalian.<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Salah seorang di antara mereka yang pernah memperingatkan mereka sebelumnya berkata, “Bukankah telah aku anjurkan sebelum ini agar kita semua melakukan yang biasa dilakukan bapak kita dahulu, yaitu selalu bertasbih kepada Tuhan dan mensucikan-Nya, selalu mensyukuri setiap nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita dengan memberikan sebagian dari hasilnya kepada yang berhak menerima, dan selalu berdoa kepada-Nya agar kita selalu dilimpahi berkah dan karunia-Nya. Akan tetapi, kamu sekalian tidak mengacuhkan sedikit pun anjuranku itu.”.<\/p>\n\n\n\nTafsir Quraish Shihab<\/strong>: Salah seorang dari mereka, yang paling bijak dan paling baik, mencela mereka seraya berkata, “Bukankah aku telah mengatakan kepada kalian ketika kalian saling berpesan untuk melarang orang-orang miskin, ‘Apakah kalian tidak ingat Allah sehingga kalian mengubah niat tersebut’?”<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 29
\u0642\u064e\u0627\u0644\u064f\u0648\u0627\u0652 \u0633\u064f\u0628\u06e1\u062d\u064e\u0670\u0646\u064e \u0631\u064e\u0628\u0651\u0650\u0646\u064e\u0627\u0653 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0643\u064f\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0638\u064e\u0670\u0644\u0650\u0645\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Mereka mengucapkan: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim”.<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0642\u064e\u0627\u0644\u064f\u0648\u0627\u0652 \u0633\u064f\u0628\u06e1\u062d\u064e\u0670\u0646\u064e \u0631\u064e\u0628\u0651\u0650\u0646\u064e\u0627\u0653 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0643\u064f\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0638\u064e\u0670\u0644\u0650\u0645\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong> (Mereka mengucapkan, “Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”) Karena kami telah menghalang-halangi orang-orang miskin dari haknya.<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0642\u064e\u0627\u0644\u064f\u0648\u0627\u0652 \u0633\u064f\u0628\u06e1\u062d\u064e\u0670\u0646\u064e \u0631\u064e\u0628\u0651\u0650\u0646\u064e\u0627\u0653 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0643\u064f\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0638\u064e\u0670\u0644\u0650\u0645\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong> (\u201cMereka mengucapkan: \u2018Mahasuci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dhalim.\u2019\u201d) mereka datang dengan membawa ketaatan pada saat dimana ketaatan itu sudah tidak bermanfaat lagi, mereka juga menyesal serta mengakui kesesatan mereka, saat semua itu tidak berguna lagi.<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Mereka mengakui kesalahan dan kekhilafan mereka dengan menyatakan bahwa Allah membinasakan kebun itu bukan karena kezaliman-Nya terhadap mereka, tetapi karena mereka sendiri yang telah menganiaya diri sendiri dengan tidak memberikan hak fakir dan miskin.<\/p>\n\n\n\nTafsir Quraish Shihab<\/strong>: Setelah sadar, mereka berkata, “Mahasuci Allah dari anggapan kita bahwa Dia telah menzalimi kita dengan musibah ini. Sesungguhnya kitalah yang telah berbuat zalim karena niat buruk kita.”<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 30
\u0641\u064e\u0623\u064e\u0642\u06e1\u0628\u064e\u0644\u064e \u0628\u064e\u0639\u06e1\u0636\u064f\u0647\u064f\u0645\u06e1 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649\u0670 \u0628\u064e\u0639\u06e1\u0636\u064d \u064a\u064e\u062a\u064e\u0644\u064e\u0670\u0648\u064e\u0645\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Lalu sebahagian mereka menghadapi sebahagian yang lain seraya cela mencela.<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0641\u064e\u0623\u064e\u0642\u06e1\u0628\u064e\u0644\u064e \u0628\u064e\u0639\u06e1\u0636\u064f\u0647\u064f\u0645\u06e1 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649\u0670 \u0628\u064e\u0639\u06e1\u0636\u064d \u064a\u064e\u062a\u064e\u0644\u064e\u0670\u0648\u064e\u0645\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong> (Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela-mencela.).<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: Oleh karena itu mereka mengatakan: \u0641\u064e\u0623\u064e\u0642\u06e1\u0628\u064e\u0644\u064e \u0628\u064e\u0639\u06e1\u0636\u064f\u0647\u064f\u0645\u06e1 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649\u0670 \u0628\u064e\u0639\u06e1\u0636\u064d \u064a\u064e\u062a\u064e\u0644\u064e\u0670\u0648\u064e\u0645\u064f\u0648\u0646\u064e <\/strong>( Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya saling mencela.\u201d) maksudnya sebagian mereka mencaci sebagian yang lainnya atas apa yang mereka lakukan terus-menerus, yaitu berupa penghalangan terhadap orang-orang miskin dari hak memetik. Jawaban sebagian mereka tidak lain hanyalah pengakuan atas dosa dan kesalahan yang mereka lakukan.<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Mereka kemudian saling menyalahkan dengan mengatakan, “Kamulah yang menganjurkan agar kita semua tidak lagi memberikan hak-hak orang kafir dan miskin yang biasa diberikan ayah kita dahulu.”.<\/p>\n\n\n\nTafsir Quraish Shihab<\/strong>: Masing-masing dari mereka berhadap-hadapan saling mencela dan berkata, “Celaka! Sesungguhnya kezaliman kita telah melampaui batas berlebihan.<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 31
\u0642\u064e\u0627\u0644\u064f\u0648\u0627\u0652 \u064a\u064e\u0670\u0648\u064e\u064a\u06e1\u0644\u064e\u0646\u064e\u0627\u0653 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0643\u064f\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0637\u064e\u0670\u063a\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Mereka berkata: “Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas”.<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0642\u064e\u0627\u0644\u064f\u0648\u0627\u0652 <\/strong>(Mereka berkata, “Aduhai) huruf ya di sini bermakna tanbih \u064a\u064e\u0670\u0648\u064e\u064a\u06e1\u0644\u064e\u0646\u064e\u0627\u0653<\/strong> (celakalah kita) binasalah kita \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0643\u064f\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0637\u064e\u0670\u063a\u0650\u064a\u0646\u064e <\/strong>(sesungguhnya kita ini benar-benar orang-orang yang melampaui batas.).<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u0642\u064e\u0627\u0644\u064f\u0648\u0627\u0652 \u064a\u064e\u0670\u0648\u064e\u064a\u06e1\u0644\u064e\u0646\u064e\u0627\u0653 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0643\u064f\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0637\u064e\u0670\u063a\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong> (\u201cMereka berkata: \u2018Aduhai celaka ktia. Sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas.\u2019\u201d) maksudnya, kami telah melakukan pelanggaran, berlebih-lebihan, membangkang dan melampaui batas, sehingga kami ditimpa musibah ini<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Setelah saling menyalahkan, akhirnya mereka menyesali diri masing-masing. Mereka lalu menyadari bahwa tindakan dan sikap merekalah yang mengundang nasib yang demikian. Mereka berkata, <\/p>\n\n\n\n“Sesungguhnya kamilah yang bersalah. Kami telah melanggar garis-garis yang telah ditetapkan Allah dengan tidak memberikan hak-hak fakir-miskin, yang ada pada harta kami. Mudah-mudahan Allah menganugerahkan kepada kami kebun yang lebih baik dari yang telah musnah ini. Kami benar-benar akan bertobat, tunduk, dan patuh menjalankan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. <\/p>\n\n\n\n
Semoga Allah menganugerahkan yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.” Menurut riwayat dari Mujahid, setelah mereka bertobat, maka Allah menganugerahkan kebun yang lebih baik dari kebun mereka yang musnah dan mengabulkan doa-doa mereka.<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Quraish Shihab<\/strong>: Masing-masing dari mereka berhadap-hadapan saling mencela dan berkata, “Celaka! Sesungguhnya kezaliman kita telah melampaui batas berlebihan.<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 32
\u0639\u064e\u0633\u064e\u0649\u0670 \u0631\u064e\u0628\u0651\u064f\u0646\u064e\u0627\u0653 \u0623\u064e\u0646 \u064a\u064f\u0628\u06e1\u062f\u0650\u0644\u064e\u0646\u064e\u0627 \u062e\u064e\u064a\u06e1\u0631\u064b\u0627 \u0645\u0651\u0650\u0646\u06e1\u0647\u064e\u0627\u0653 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627\u0653 \u0625\u0650\u0644\u064e\u0649\u0670 \u0631\u064e\u0628\u0651\u0650\u0646\u064e\u0627 \u0631\u064e\u0670\u063a\u0650\u0628\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita.<\/p>\n\n\n\nTafsir Jalalain<\/strong>: \u0639\u064e\u0633\u064e\u0649\u0670 \u0631\u064e\u0628\u0651\u064f\u0646\u064e\u0627\u0653 \u0623\u064e\u0646 \u064a\u064f\u0628\u06e1\u062f\u0650\u0644\u064e\u0646\u064e\u0627<\/strong> (Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita) dapat dibaca yubdilanaa dan yubaddilanaa \u062e\u064e\u064a\u06e1\u0631\u064b\u0627 \u0645\u0651\u0650\u0646\u06e1\u0647\u064e\u0627\u0653 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627\u0653 \u0625\u0650\u0644\u064e\u0649\u0670 \u0631\u064e\u0628\u0651\u0650\u0646\u064e\u0627 \u0631\u064e\u0670\u063a\u0650\u0628\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong> (yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita.”) Supaya Dia menerima tobat kita dan mendatangkan kepada kita kebun yang lebih baik dari kebun kita yang dahulu. Menurut suatu riwayat disebutkan, bahwa setelah itu mereka diberi kebun yang lebih baik dari yang semula.<\/p>\n\n\n\nTafsir Ibnu Katsir<\/strong>: \u2018\u0639\u064e\u0633\u064e\u0649\u0670 \u0631\u064e\u0628\u0651\u064f\u0646\u064e\u0627\u0653 \u0623\u064e\u0646 \u064a\u064f\u0628\u06e1\u062f\u0650\u0644\u064e\u0646\u064e\u0627 \u062e\u064e\u064a\u06e1\u0631\u064b\u0627 \u0645\u0651\u0650\u0646\u06e1\u0647\u064e\u0627\u0653 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0627\u0653 \u0625\u0650\u0644\u064e\u0649\u0670 \u0631\u064e\u0628\u0651\u0650\u0646\u064e\u0627 \u0631\u064e\u0670\u063a\u0650\u0628\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong> (\u201cMudah-mudahan Rabb kita memberi ganti kepada kita dengan [kebun] yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita.\u201d) ada yang berpendapat: \u201cMereka mengharapkan ganti bagi mereka di dunia.\u201dada juga yang mengatakan: \u201cMereka mengharapkan pahalanya di akhirat.\u201d wallaaHu a\u2019lam.<\/p>\n\n\n\nTafsir Kemenag<\/strong>: Setelah saling menyalahkan, akhirnya mereka menyesali diri masing-masing. Mereka lalu menyadari bahwa tindakan dan sikap merekalah yang mengundang nasib yang demikian. Mereka berkata, “Sesungguhnya kamilah yang bersalah. Kami telah melanggar garis-garis yang telah ditetapkan Allah dengan tidak memberikan hak-hak fakir-miskin, yang ada pada harta kami. <\/p>\n\n\n\nMudah-mudahan Allah menganugerahkan kepada kami kebun yang lebih baik dari yang telah musnah ini. Kami benar-benar akan bertobat, tunduk, dan patuh menjalankan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Semoga Allah menganugerahkan yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.” <\/p>\n\n\n\n
Menurut riwayat dari Mujahid, setelah mereka bertobat, maka Allah menganugerahkan kebun yang lebih baik dari kebun mereka yang musnah dan mengabulkan doa-doa mereka.<\/p>\n\n\n\n
Tafsir Quraish Shihab<\/strong>: Semoga Allah mengganti kebun kita dengan yang lebih baik. Sesungguhsnya hanya kepada Tuhan kita sajalah kita mengharap ampunan dan ganti.”<\/p>\n\n\n\nSurah Al-Qalam Ayat 33
\u0643\u064e\u0630\u064e\u0670\u0644\u0650\u0643\u064e \u0671\u0644\u06e1\u0639\u064e\u0630\u064e\u0627\u0628\u064f \u0648\u064e\u0644\u064e\u0639\u064e\u0630\u064e\u0627\u0628\u064f \u0671\u0644\u06e1\u0621\u064e\u0627\u062e\u0650\u0631\u064e\u0629\u0650 \u0623\u064e\u0643\u06e1\u0628\u064e\u0631\u064f \u0644\u064e\u0648\u06e1 \u0643\u064e\u0627\u0646\u064f\u0648\u0627\u0652 \u064a\u064e\u0639\u06e1\u0644\u064e\u0645\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n\n\n\nTerjemahan<\/strong>: “Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.<\/p>\n\n\n\n