Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":55843,"date":"2020-05-28T20:32:08","date_gmt":"2020-05-28T13:32:08","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=55843"},"modified":"2020-05-28T20:32:09","modified_gmt":"2020-05-28T13:32:09","slug":"makna-kafir","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/makna-kafir\/","title":{"rendered":"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran"},"content":{"rendered":"

PeciHitam.org<\/a> –<\/strong> Islam bukan hanya berperan sebagai agama tauhid, <\/em>dogmatis, syari\u2019at, <\/em>pengatur hubungan antar manusia (muammalah<\/em>) tetapi juga agama Ilmu Pengetahuan. Allah SWT lebih meninggikan derajat orang yang berilmu dibandingankan dengan orang ahli Ibadah.<\/p>\n

Ulama atau orang berilmu lebih tinggi derajatnya disisi Allah SWT dibandingkan Abid, <\/em>Ahli Ibadah dengan tidak memahami Ilmu. Dasarnya tidak kurang banyak diungkapkan dalam kitab ta\u2019lim muta\u2019alim <\/em>tentang keunggulan orang berilmu.<\/p>\n

Tidak terkecuali dalam memahami sebuah istilah dalam Al-Qur\u2019an memerlukan ide dan pikiran Ulama, bukan hanya sekedar retorik hebat. Karena dengan menggunakan kacamata Ilmu Pengetahuan, Islam berada dalam track <\/em>benar tidak mengikuti jalan jahiliyah.<\/em><\/p>\n

Oleh karenanya, dalam memahami Istilah kafir dalam Islam, memerlukan telaah akademik bukan hanya melihat dari Istilah umum. Kafir dalam kajian tafsir banyak memiliki dimensi makna dan sudut pandang dengan berbagai perspektif hukum yang bermacam-macam.<\/p>\n

Standar Kebenaran Adalah Ilmu<\/strong><\/h2>\n

Kafir umumnya dipahami oleh khalayak luas sebagai orang yang tidak beragama Islam. Istilah benar, akan tetapi tidak mewakili sebuah istilah dengan cakupan yang lebih luas. Kelemahan pikiran seseorang di Indonesia adalah memahami sebuah Istilah hanya menggunakan 1 bentuk makna.<\/p>\n

Model pemaknaan ini sering disebut Generalisir atau gebyah uyah, <\/em>beranggapan semua istilah sama dalam berbagai bentuk posisi kalimat berbeda. Pikiran Ulama tentunya berbeda dengan pemikiran yang dimiliki orang umum, karena memiliki pandangan akademik.<\/p>\n

Membedakan antara seorang Ulama dalam artian Ilmuan dengan disiplin Ilmu pengetahuan dan \u2018Ulama\u2019 yang hanya sekedar mempunyai massa\/ jamaah pendukung kiranya bisa ditimbang melalui ayat surat Al-Israa\u2019: 36;<\/p>\n

\u0648\u064e\u0644\u0627 \u062a\u064e\u0642\u0652\u0641\u064f \u0645\u064e\u0627 \u0644\u064e\u064a\u0652\u0633\u064e \u0644\u064e\u0643\u064e \u0628\u0650\u0647\u0650 \u0639\u0650\u0644\u0652\u0645\u064c \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e \u0627\u0644\u0633\u0651\u064e\u0645\u0652\u0639\u064e \u0648\u064e\u0627\u0644\u0652\u0628\u064e\u0635\u064e\u0631\u064e \u0648\u064e\u0627\u0644\u0652\u0641\u064f\u0624\u064e\u0627\u062f\u064e \u0643\u064f\u0644\u0651\u064f \u0623\u064f\u0648\u0644\u064e\u0626\u0650\u0643\u064e \u0643\u064e\u0627\u0646\u064e \u0639\u064e\u0646\u0652\u0647\u064f \u0645\u064e\u0633\u0652\u0626\u064f\u0648\u0644\u0627 (\u0663\u0666<\/strong><\/p>\n

Maksudnya yakni jangan sampai orang Islam mengikuti orang bodoh tanpa pengetahuan mumpuni atas sebuah perkara. Karena setiap anggota tubuh akan dimintai pertanggung jawaban dihari kiamat<\/p>\n

Ayat ini jelas menunjukan ukuran profesionalisme dalam Islam. Ukuran Ulama yang dapat diikuti adalah mereka yang memiliki kompetensi keilmuan yang mumpuni. Maka segolongan orang yang\u00a0 tidak memiliki kompetensi keilmuan tidak bisa dikategorikan sebagai Ulama.<\/p>\n

Ulama Ahli tafsir dirayah <\/em>dan riwayah <\/em>berbeda pendapat dalam mengartikan term <\/em>kata (\u0639\u0650\u0644\u0652\u0645\u064c) apakah merujuk keilmuan agama atau Ilmu secara umum.<\/p>\n

Terlepas tentang Ilmu yang dimaksud dalam surat di atas, akan tidak ada sangkalan bahwa seorang dalam berpendapat harus berdasarkan disiplin Ilmu pengetahuan. Jika berpendapat hanya berdasarkan argumentasi pendapat pribadi, tentu tidak bernilai kuat.<\/p>\n

Dalam konteks Ilmu pengetahuan, standar kebenaran adalah Ilmu atau kompetensi yang dimiliki. Kiranya orang yang memiliki keilmuan mantap akan memiliki nilai kebenaran lebih kuat dan mantap.<\/p>\n

Berbeda dengan kebodohan akan sangat erat pada ketidak-pahaman dan ketidak-tahuan. Ini derajat orang yang berilmu dibandingkan dengan orang tidak berilmu.<\/p>\n

Kata Kafir dalam Al-Quran<\/strong><\/h2>\n

Al-Qur\u2019an, sumber pengetahuan yang berdasarakan wahyu Rabbaniyah <\/em>tidak menyebutkan kata kafir dalam bentuk makna tunggal. Banyak sekali ayat yang menunjukan tentang penggunaan kata kafir. Penggunaan kata kafir dalam berbagai bentuk bukan hanya merujuk kepada golongan yang mengingkari Islam sebagai agama mereka.<\/p>\n

Setidaknya kata dasar dari dari Kafir <\/em>adalah KAFARA <\/em>(\u0643\u0641\u0631) yang bisa berubah bentuknya sesuai dengan wazn <\/em>perubahan kata bahasa Arab. Banyak sekali wazn <\/em>yang dapat menjadi acuan untuk merubah kata Kafara <\/em>dengan berbagai bentuk. Al-Qur\u2019an menyebutkan Istilah Kafara <\/em>dalam beberapa ayat berikut;<\/p>\n

\u0648\u064e\u0644\u064e\u0642\u064e\u062f\u0652 \u0635\u064e\u0631\u0651\u064e\u0641\u0652\u0646\u064e\u0627\u0647\u064f \u0628\u064e\u064a\u0652\u0646\u064e\u0647\u064f\u0645\u0652 \u0644\u0650\u064a\u064e\u0630\u0651\u064e\u0643\u0651\u064e\u0631\u064f\u0648\u0627 \u0641\u064e\u0623\u064e\u0628\u064e\u0649 \u0623\u064e\u0643\u0652\u062b\u064e\u0631\u064f \u0627\u0644\u0646\u0651\u064e\u0627\u0633\u0650 \u0625\u0650\u0644\u0627 \u0643\u064f\u0641\u064f\u0648\u0631\u064b\u0627 (\u0665\u0660<\/strong><\/p>\n

Artinya; \u201cDan Sesungguhnya Kami (Allah) telah menggilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya); Maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat). (Qs. Al-Furqan: 50)<\/em><\/p>\n

Ayat Al-Furqan di atas menyebutkan kata (\u0643\u064f\u0641\u064f\u0648\u0631\u064b\u0627) dalam bentuk Nasb <\/em>dengan kata dasarnya (\u0643\u064f\u0641\u064f\u0648\u0631)-Kufuur. <\/em>Bentuk kata (\u0643\u064f\u0641\u064f\u0648\u0631) adalah bentuk Mashdar <\/em>(kata benda) dari kata kerja Kafara.<\/em> Ayat lain yang menyertakana kata kafara <\/em>adalah;<\/p>\n

\u0643\u064e\u0645\u064e\u062b\u064e\u0644\u0650 \u063a\u064e\u064a\u0652\u062b\u064d \u0623\u064e\u0639\u0652\u062c\u064e\u0628\u064e \u0627\u0644\u0652\u0643\u064f\u0641\u0651\u064e\u0627\u0631\u064e \u0646\u064e\u0628\u064e\u0627\u062a\u064f\u0647\u064f \u062b\u064f\u0645\u0651\u064e \u064a\u064e\u0647\u0650\u064a\u062c\u064f \u0641\u064e\u062a\u064e\u0631\u064e\u0627\u0647\u064f \u0645\u064f\u0635\u0652\u0641\u064e\u0631\u0651\u064b\u0627 \u062b\u064f\u0645\u0651\u064e \u064a\u064e\u0643\u064f\u0648\u0646\u064f \u062d\u064f\u0637\u064e\u0627\u0645\u064b\u0627 \u0648\u064e\u0641\u0650\u064a \u0627\u0644\u0622\u062e\u0650\u0631\u064e\u0629\u0650 \u0639\u064e\u0630\u064e\u0627\u0628\u064c \u0634\u064e\u062f\u0650\u064a\u062f\u064c (\u0662\u0660<\/strong><\/p>\n

Artinya; \u201cSeperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras\u201d (Qs. Al-Hadid: 20)<\/em><\/p>\n

Pada ayat Al-Hadid tersebut, Allah menggunakan struktur bentukan kata kafara <\/em>dengan kata jadian (\u0627\u0644\u0652\u0643\u064f\u0641\u0651\u064e\u0627\u0631) yang menjadi bentuk Jamak <\/em>dari kata Kafir. <\/em>Akan tetapi tidak serta merta merujukan makna orang tidak beriman kepada Allah SWT. Ayat lain tentang Kafir;<\/em><\/p>\n

\u0631\u064e\u0628\u0651\u064e\u0646\u064e\u0627 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0646\u064e\u0627 \u0633\u064e\u0645\u0650\u0639\u0652\u0646\u064e\u0627 \u0645\u064f\u0646\u064e\u0627\u062f\u0650\u064a\u064b\u0627 \u064a\u064f\u0646\u064e\u0627\u062f\u0650\u064a \u0644\u0650\u0644\u0625\u064a\u0645\u064e\u0627\u0646\u0650 \u0623\u064e\u0646\u0652 \u0622\u0645\u0650\u0646\u064f\u0648\u0627 \u0628\u0650\u0631\u064e\u0628\u0650\u0651\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0641\u064e\u0622\u0645\u064e\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0631\u064e\u0628\u0651\u064e\u0646\u064e\u0627 \u0641\u064e\u0627\u063a\u0652\u0641\u0650\u0631\u0652 \u0644\u064e\u0646\u064e\u0627 \u0630\u064f\u0646\u064f\u0648\u0628\u064e\u0646\u064e\u0627 \u0648\u064e\u0643\u064e\u0641\u0650\u0651\u0631\u0652 \u0639\u064e\u0646\u0651\u064e\u0627 \u0633\u064e\u064a\u0650\u0651\u0626\u064e\u0627\u062a\u0650\u0646\u064e\u0627 \u0648\u064e\u062a\u064e\u0648\u064e\u0641\u0651\u064e\u0646\u064e\u0627 \u0645\u064e\u0639\u064e \u0627\u0644\u0623\u0628\u0652\u0631\u064e\u0627\u0631\u0650 (\u0661\u0669\u0663<\/strong><\/p>\n

Artinya; \u201cYa Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti\u201d (Qs. Ali Imran: 193)<\/em><\/p>\n

Makna yang dituliskan oleh Kementerian Agama<\/a> dalam\u00a0 konteks surat Ali Imran ayat 193, tidak menunjukan kata Orang tidak beriman untuk makna (\u0643\u064e\u0641\u0650\u0651\u0631\u0652).<\/p>\n

Ayat-ayat ini menjadi bukti bahwa Istilah kafir\/ kafara <\/em>bukanlah sebuah Istilah tunggal yang hanya bermakna Orang Tidak Beriman kepada Allah SWT, sebagaimana alam pikiran orang banyak.<\/p>\n

Tentunya peran Ulama yang berpengetahuan mutlak harus hadir mengisi ruang dimasyarakat. Banyak masyarakat yang tidak memahami sebuah istilah dalam bentuk keragaman makna karena \u2018berguru\u2019 kepada Ulama yang tidak bersanad dan sekedar Otodidak belajar agamanya. Naudzubillah<\/em><\/p>\n

Makna Kafir dalam Kajian Tafsir<\/strong><\/h2>\n

Makna kafir haruslah merujuk pada kajian akademis misalnya tafsir, tidak bisa hanya berdasarkan rasa kebencian dan ketidak-sukaan. Kata dasar dari dari Kafir <\/em>adalah KAFARA <\/em>(\u0643\u0641\u0631) yang bisa berubah bentuknya sesuai dengan wazn <\/em>perubahan kata bahasa Arab.<\/p>\n

Dalam memahami bentuk makna, perlu memahami bentuk perubahan kata kafara <\/em>sesuai Ilmu Sharf. Perangkat Ilmu bernama Sharf <\/em>yang banyak diajarkan dipesantren salafiyah<\/em> untuk menghindari kesalahan atau meminimalisirnya.<\/p>\n

    \n
  1. Dalam kamus Munjid fi Lughah wal A\u2019lam <\/em>disebutkan bahwa makna kafara <\/em>\u2018Menutupi, Mengahalangi\u2019, sebagaimana buku membutuhkan cover <\/em>atau sampul. Kaitan bahasa Arab dan Inggris <\/em>tentang istilah kafara <\/em>dan Cover <\/em>memberi pengertian tentang makna dasar kafir <\/em>adalah \u2018Menutup\/ menghalangi sesuatu\u2019.<\/li>\n
  2. Sedangkan menurut Syaikh Al-Jurjani menyebutukan bahwa Kafir <\/em>adalah \u2018perbuatan menutup diri dari Nikmat Allah SWT dengan tidak menyukurinya\u2019. Sebagaimana dalam al-Qur\u2019an disebutkan;<\/li>\n<\/ol>\n

    \u0648\u064e\u0625\u0650\u0630\u0652 \u062a\u064e\u0623\u064e\u0630\u0651\u064e\u0646\u064e \u0631\u064e\u0628\u0651\u064f\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0644\u064e\u0626\u0650\u0646\u0652 \u0634\u064e\u0643\u064e\u0631\u0652\u062a\u064f\u0645\u0652 \u0644\u0623\u0632\u0650\u064a\u062f\u064e\u0646\u0651\u064e\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0648\u064e\u0644\u064e\u0626\u0650\u0646\u0652 \u0643\u064e\u0641\u064e\u0631\u0652\u062a\u064f\u0645\u0652 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e \u0639\u064e\u0630\u064e\u0627\u0628\u0650\u064a \u0644\u064e\u0634\u064e\u062f\u0650\u064a\u062f\u064c (\u0667<\/strong><\/p>\n

    Surat Ibrahim ayat 7 ini menjelaskan jika kita bersyukut kepadaNya, maka akan ditambah NikmatNya, sedangkan jika kita \u2018Kufur\u2019\/ mengingkari dan menutup diri dari Nikmat Allah, maka ada ancaman siksaNya yang pedih.<\/p>\n

    Kata kafir <\/em>dalam ayat ini adalah kebalikan orang bersyukur, bukan kebalikan dari orang yang tidak beriman. Sama halnya dengan makna yang terkandung dalam ayat Al-Furqan ayat 50 \u201c\u0643\u064f\u0641\u064f\u0648\u0631\u064b\u0627\u201d yang bermakna \u2018Mengingkari\u2019.<\/p>\n

    \u0643\u064e\u0645\u064e\u062b\u064e\u0644\u0650 \u063a\u064e\u064a\u0652\u062b\u064d \u0623\u064e\u0639\u0652\u062c\u064e\u0628\u064e \u0627\u0644\u0652\u0643\u064f\u0641\u0651\u064e\u0627\u0631\u064e \u0646\u064e\u0628\u064e\u0627\u062a\u064f\u0647\u064f (\u0662\u0660<\/strong><\/p>\n

    Artinya; \u201cSeperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras\u201d (Qs. Al-Hadid: 20)<\/em><\/p>\n

      \n
    1. Makna selanjutnya kata kafir <\/em>adalah pertani yang sering bekerja diladang. Petani menanam tanaman biji-bijian dengan membuat lubang dan meletakan biji tersebut didalamnya. Kemudian petani akan menutupnya dengan tanah agar tetap terjaga kelembaban untuk tumbuh.<\/li>\n<\/ol>\n

      Proses menutup dengan tanah yang dilakukan petani disebut dengan kata (\u0627\u0644\u0652\u0643\u064f\u0641\u0651\u064e\u0627\u0631\u064e). Jadi kata Kuffar <\/em>disini merujuk pada tindakan menutup biji-bijian dengan tanah, dan kata kuffar <\/em>untuk menunjukan orang yang melakukan kegiatan menutup biji dengan tanah untuk bercocok tanam.<\/p>\n

        \n
      1. Kata kafara <\/em>yang bermakna golongan masuk Neraka<\/li>\n<\/ol>\n

        Dasar ayat yang menyatakan bahwa kafir <\/em>akan masuk neraka setidaknya merujuk pada ayat surat Al-Hajj ayat 72;<\/p>\n

        Artinya; \u201cDan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah: “Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, Yaitu neraka?” Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali\u201d (Al-Hajj: 72)<\/em><\/p>\n

        Kafir dalam kerangka ayat ini jelas merujuk kepada mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah SWT, sebagaimana orang musyrik <\/em>Makkah. Rujukan Istilah kafir untuk menyebut orang yang masuk neraka kiranya bisa dengan dalil ayat ini, akan tetapi menyama-ratakan hukum penggunaan kata kafir <\/em>dalam berbagai bentuk ayat menunjukan ketidak-cerdasan orang tersebut.<\/p>\n

        Karena dimensi makna kafir sangat banyak walaupun memiliki unsur filosofis sama, yakni \u2018Menutup\/ Menghalangi\u2019.<\/p>\n

        Ash-Shawabu Minallah<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

        PeciHitam.org – Islam bukan hanya berperan sebagai agama tauhid, dogmatis, syari\u2019at, pengatur hubungan antar manusia (muammalah) tetapi juga agama Ilmu Pengetahuan. Allah SWT lebih meninggikan derajat orang yang berilmu dibandingankan dengan orang ahli Ibadah. Ulama atau orang berilmu lebih tinggi derajatnya disisi Allah SWT dibandingkan Abid, Ahli Ibadah dengan tidak memahami Ilmu. Dasarnya tidak kurang […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":55865,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[7],"tags":[11616],"yoast_head":"\nBegini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Makna kafir haruslah merujuk pada kajian akademis misalnya tafsir, tidak bisa hanya berdasarkan rasa kebencian dan ketidak-sukaan. Begini penjelasannya\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Makna kafir haruslah merujuk pada kajian akademis misalnya tafsir, tidak bisa hanya berdasarkan rasa kebencian dan ketidak-sukaan. Begini penjelasannya\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2020-05-28T13:32:08+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2020-05-28T13:32:09+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/05\/Begini-Makna-Kafir-yang-Terdapat-dalam-Kajian-Ilmu-Tafsir-Al-Quran-scaled.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Mochamad Ari Irawan\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Mochamad Ari Irawan\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"6 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/\"},\"author\":{\"name\":\"Mochamad Ari Irawan\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d\"},\"headline\":\"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran\",\"datePublished\":\"2020-05-28T13:32:08+00:00\",\"dateModified\":\"2020-05-28T13:32:09+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/\"},\"wordCount\":1187,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/05\/Begini-Makna-Kafir-yang-Terdapat-dalam-Kajian-Ilmu-Tafsir-Al-Quran-scaled.jpg\",\"keywords\":[\"Makna Kafir\"],\"articleSection\":[\"Kajian Islam\"],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/\",\"name\":\"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/05\/Begini-Makna-Kafir-yang-Terdapat-dalam-Kajian-Ilmu-Tafsir-Al-Quran-scaled.jpg\",\"datePublished\":\"2020-05-28T13:32:08+00:00\",\"dateModified\":\"2020-05-28T13:32:09+00:00\",\"description\":\"Makna kafir haruslah merujuk pada kajian akademis misalnya tafsir, tidak bisa hanya berdasarkan rasa kebencian dan ketidak-sukaan. Begini penjelasannya\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/05\/Begini-Makna-Kafir-yang-Terdapat-dalam-Kajian-Ilmu-Tafsir-Al-Quran-scaled.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/05\/Begini-Makna-Kafir-yang-Terdapat-dalam-Kajian-Ilmu-Tafsir-Al-Quran-scaled.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d\",\"name\":\"Mochamad Ari Irawan\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g\",\"caption\":\"Mochamad Ari Irawan\"},\"description\":\"Alumni Pondok Pesantren Qomaruddin | Sarjana Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi Perbandingan Madzhab.\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/arirawan\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran - Pecihitam.org","description":"Makna kafir haruslah merujuk pada kajian akademis misalnya tafsir, tidak bisa hanya berdasarkan rasa kebencian dan ketidak-sukaan. Begini penjelasannya","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran - Pecihitam.org","og_description":"Makna kafir haruslah merujuk pada kajian akademis misalnya tafsir, tidak bisa hanya berdasarkan rasa kebencian dan ketidak-sukaan. Begini penjelasannya","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2020-05-28T13:32:08+00:00","article_modified_time":"2020-05-28T13:32:09+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/05\/Begini-Makna-Kafir-yang-Terdapat-dalam-Kajian-Ilmu-Tafsir-Al-Quran-scaled.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Mochamad Ari Irawan","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Mochamad Ari Irawan","Est. reading time":"6 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/"},"author":{"name":"Mochamad Ari Irawan","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d"},"headline":"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran","datePublished":"2020-05-28T13:32:08+00:00","dateModified":"2020-05-28T13:32:09+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/"},"wordCount":1187,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/05\/Begini-Makna-Kafir-yang-Terdapat-dalam-Kajian-Ilmu-Tafsir-Al-Quran-scaled.jpg","keywords":["Makna Kafir"],"articleSection":["Kajian Islam"],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/","name":"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/05\/Begini-Makna-Kafir-yang-Terdapat-dalam-Kajian-Ilmu-Tafsir-Al-Quran-scaled.jpg","datePublished":"2020-05-28T13:32:08+00:00","dateModified":"2020-05-28T13:32:09+00:00","description":"Makna kafir haruslah merujuk pada kajian akademis misalnya tafsir, tidak bisa hanya berdasarkan rasa kebencian dan ketidak-sukaan. Begini penjelasannya","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#primaryimage","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/05\/Begini-Makna-Kafir-yang-Terdapat-dalam-Kajian-Ilmu-Tafsir-Al-Quran-scaled.jpg","contentUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/05\/Begini-Makna-Kafir-yang-Terdapat-dalam-Kajian-Ilmu-Tafsir-Al-Quran-scaled.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/makna-kafir\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Begini Makna Kafir yang Terdapat dalam Kajian Ilmu Tafsir Al-Quran"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d","name":"Mochamad Ari Irawan","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g","caption":"Mochamad Ari Irawan"},"description":"Alumni Pondok Pesantren Qomaruddin | Sarjana Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi Perbandingan Madzhab.","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/arirawan\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/55843"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/40"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=55843"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/55843\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/55865"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=55843"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=55843"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=55843"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}