“Barang siapa mendahulukan ikhlas sebelum beramal, maka ia tidak akan bisa beramal. Hendaknya ia beramal barulah menuntut dirinya untuk ikhlas” (Habib Lutfi)<\/em><\/p><\/blockquote>\n\n\n\n
Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Ikhlas menurut Prof. Dr. AG. M. Quraish Shihab<\/strong><\/a> ibarat air mineral yang dituangkan dalam gelas tanpa ada sedikitpun campuran apapun murni hanya air mineral saja. Sama halnya dengan rasa ikhlas dalam diri manusia harus murni tanpa ada tendensi apapun, hal inilah yang paling sulit untuk dilakukan. Ikhlas itu mudah diucapkan tetapi sangat sulit untuk dikerjakan.<\/p>\n\n\n\n
Manusia menjalankan segala kegiatan dalam kehidupannya dengan didasari oleh niat, sehingga kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh manusia mempunyai kualitas yang jauh berbeda dengan hewan yang setiap tindakan dan pekerjaannya hanya didasari oleh insting semata. Niat ini juga muncul bisa atas dasar sukarela (ikhlas) dan bisa karena terpaksa.<\/p>\n\n\n\n
Pada dasarnya manusia itu sangat suka untuk melakukan eksistensi diri agar bisa terlihat oleh orang lain dan senang apabila sudah dipuji oleh orang lain. Sehingga manusia harus mampu menekan perasaan tersebut agar bisa dihindarkan oleh penyakit-penyakit hati yang sangat rawan menghinggapi manusia.<\/p>\n\n\n\n
Lalu seperti apakah ikhlas yang murni itu?<\/p>\n\n\n\n
Menurut Syekh Ibnu ‘Ajibah yang dikutip oleh Gus Ulil Absar Abdalla dalam bukunya “Menjadi Manusi Rohani” itu ada tiga tingkatan :<\/p>\n\n\n\n
- Ikhlas awam, tingkat ini adalah kelas bagi orang-orang secara umum yang tidak pamrih dalam beribadah dan hanya mengharapkan pamrih ukhrowi dari tuhan saja. Contohnya adalah kita beribadah bukan untuk mendapat pengakuan dari orang lain.<\/li>
- Ikhlas Khawwaash, yaitu ikhlasnya orang-orang elit yang mengharap atau pamrih pahala. Contohnya adalah mengerjakan sholat untuk mengharap surga, ikhlas semacam ini lebih tinggi dari ikhlas yang pertama tingkatannya.<\/li>
- Ikhlas Khawwaashul Khawwaash, ikhlas ini merupakan kelasnya elitnya orang-orang elit. Ikhlas kelas ini adalah ikhlas tertinggi, sebab apapun yang dilakukannya murni hanya untuk mengabdi kepasa Allah SWT. Seperti yang dilakukan oleh para Wali Allah semacam Rabiah Al-Adawiyyah.<\/li><\/ol>\n\n\n\n
Tingkatan ikhlas tersebut secara tidak langsung menggambarkan tingkatan manusia dihadapan tuhannya. Dari mulai tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi dan amat dekat dengan tuhan.<\/p>\n\n\n\n
Padahal tingkatan tersebut belum mencakup kepada golongan atau kelas orang-orang yang belum masuk kedalam kategori ikhlas.<\/p>\n\n\n\n
Jadi kita bisa menyimpulkan kurang lebihnya bahwa ikhlas yang murni itu adalah pekerjaan yang kita lakukan dengan niat murni untuk melakukan pekerjaan tersebut tanpa harus memikirkan orang lain akan melihat sesuatu yang kita kerjakan.<\/p>\n\n\n\n
Lalu bagaimana agar kita mampu melakukan ikhlas?<\/p>\n\n\n\n