Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Perang Khandaq adalah salah satu perang yang terkenal dalam sejarah Islam. Di mana, umat Islam menggunakan strategi perang yang unik untuk mengalahkan pasukan musuh. Yaitu dengan membuat parit raksasa mengelilingi Madinan untuk menghalau musuh.<\/p>\n\n\n\n Perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal tahun ke-4 atau ke-5 H. Penyebab berkobarnya perang Khandaq ini adalah ketika Bani Nadhir diusir oleh Rasulullah saw karena telah mengkhianati perjanjian dan berupaya mencelakai Nabi dengan menjatuhi batu besar.<\/p>\n\n\n\n Dari situ sekelompok Yahudi Bani Nadhir dari Khaibar dan Bani Wail berangkat menuju Makkah untuk membentuk persekutuan dengan Bani Quraisy untuk bersama-sama memerangi Rasulullah Saw.<\/p>\n\n\n\n Bani Quraisy menanggapi mereka dengan mengajukan pertanyaan, \u201cWahai Yahudi! Kalian semua adalah Ahli Kitab yang awal, dan kalian mengetahui sesuatu yang kami perselisihkan dengan Muhammad. Apakah agama kami lebih baik, atau agama Muhammad yang lebih baik?\u201d<\/p>\n\n\n\n Yahudi menjawab, \u201cAgama kalian lebih baik daripada agama Muhammad, dan kalian lebih benar daripada Muhammad.\u201d Allah kemudian menurunkan surat an-Nisa\u2019: ayat 51-55 sebagai tanggapan atas dialog kedua kaum tersebut.<\/p>\n\n\n\n Jawaban Yahudi yang demikian membuat hati Quraisy senang dan mereka bersemangat untuk berperang. Setelah itu, Yahudi mendatangi kabilah Ghathafan untuk diajak bersama-sama memerangi Rasulullah. Mereka mengatakan bahwa akan selalu bersama Ghathafan dan memberitakan bahwa Quraisy juga telah turut bergabung.<\/p>\n\n\n\n Persekutuan Suku Quraisy dibawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb dan kabilah Ghathafan di bawah pimpinan Uyainah bin Hishn bin Huzaifah, didukung oleh Bani Murrah dipimpin Harits bin Auf al-Muri, Bani Asyja\u2019 dipimpin Abu Mas\u2019ud bin Rukhailah, Bani Sulaim dipimpin Sufyan bin Abdu Syams, Banu Asad dipimpin Thulaihah bin Khuwailid al-Asadi, berhasil merekrut pasukan sebanyak 10.000 orang.<\/p>\n\n\n\n Mereka menggelar pertemuan di Marru Dzahraan, sekitar 40 kilometer dari Makkah, untuk melakukan serangan besar-besaran. Pasukan tersebut kemudian meninggalkan Makkan menuju Madinah. Rencana jahat itu terdengar oleh kaum Muslimin.<\/p>\n\n\n\n Ketika Rasulullah mendengar berita akan ada serangan dari Mekkah, dengan segera beliau bermusyawarah dengan sahabat. Apakah akan tetap bertahan di Madinah atau keluar menghadapi pasukan musuh di luar Madinah?<\/p>\n\n\n\n Kekuatan tentara musuh terbilang sangat besar. Menurut Dr Akram Dhiya Al-Umuri dalam Shahih Sirah Nabawiyah, pada perang Khandaq ini jumlah kekuatan tentara musuh mencapai 10 ribu orang. Dengan membawa serta 300 ekor kuda dan 1.500 ekor unta.<\/p>\n\n\n\n Sedangkan, menurut Ibnu Ishaq dalam Sirah Ibnu Hisyam, jumlah tentara kaum Muslimin hanya mencapai 3.000 personel. Bahkan, Ibnu Hazm menyebut jumlah pasukan kaum Muslimin hanya 900 orang.<\/p>\n\n\n\n Dalam musyawarah antara Nabi dan para Sahabat itu, Salman Al-Farisi <\/strong><\/a>menggulirkan sebuah idea yang cemerlang. Ia mengusulkan agar umat Muslim menggali parit di wilayah utara kota Madinah, untuk menghubungkan antara kedua ujung Harrah Waqim dan Harrah Al-Wabrah. Daerah ini adalah satu-satunya yang terbuka dan dapat dilalui musuh.<\/p>\n\n\n\n Karena sisi lainnya, bagaikan benteng yang bangunannya saling berdekatan dan dipenuhi pohon-pohon kurma, yang dikelilingi oleh perkampungan kecil yang menyulitkan unta dan pejalan kaki untuk melewatinya.<\/p>\n\n\n\n Usulan Salman Al-Farisi itu diterima Rasulullah SAW beserta para sahabat, mengingat jumlah pasukan tentara musuh yang begitu besar. Lalu, dimulailah proses penggalian.<\/p>\n\n\n\n Menurut Dr. Syauqi Syaqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith Nabawi, parit yang digali kaum Muslimin itu terbentang dari utara sampai selatan Madinah. Panjang parit itu mencapai 5.544 meter, lebarnya 4,62 meter, dan kedalaman 3.234 meter.<\/p>\n\n\n\n Sedangkan menurut Dr Akram menyebutkan, panjang parit itu mencapai 5.000 hasta, dan lebarnya sembilan hasta. Setiap 10 orang mendapat jatah untuk menggali sekitar 40 hasta. <\/p>\n\n\n\n