PeciHitam.org<\/a> –<\/strong> Pujian kepada Rasulullah SAW dalam khazanah Islam bisa berbentuk shalawat dan Qasidah. <\/em>Salah satu Qasidah <\/em>yang sangat terkenal dikalangan umat Islam dan sering dibacakan dalam majlis Ilmu <\/em>adalah Qasidah Burdah Imam Bushiri.<\/em><\/p>\n Qasidah <\/em>yang sering dicap \u2018Biang Musyrik\u2019 ini tetap popular karena mengandung keagungan dan keindahan tata bahasa sangat tinggi. Pengarangnya\u00a0 adalah seorang Ulama Mesir yang hidup sekitar abad awal ke-7 Hijriyah.<\/p>\n Burdah sendiri adalah sebuah Istilah bagi selimut bergaris yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada Ka\u2019ab bin Zuhair atas pujian yang beliau haturkan kepada Nabi. Pujian dalam bentuk Qasidah <\/em>oleh Ka\u2019ab bin Zuhair adalah wujud permintaan maaf dan awal keislamannya.<\/p>\n Tradisi Islam di Nusantara sangat mencintai pembacaan Burdah, walaupun banyak pihak yang \u2018mengklaim\u2019 diri hakim kemusyrikan berkoar. Tidak lain sebagai wujud kecintaan dan pengagungan kepada baginda Muhammad SAW, Nabi pelita Umat Manusia terakhir.<\/p>\n Burdah dicatat dalam sejarah Islam pada masa perseteruan Ka\u2019ab bin Zuhair yang menghina Rasulullah SAW. Ka\u2019ab sendiri adalah seorang seniman puisi\/ penyair yang pada sangat membenci islam dan Muhammad SAW. Ia sering mengejek Nabi SAW sebagai pemabuk yang sering mengigau <\/em>mengucapkan mantra sihir, yang aslinya adalah membacakan ayat\u00a0 Al-Qur\u2019an.<\/p>\n Kemarahan utama kepada Ka\u2019ab adalah dari Sahabat beliau yang meminta izin untuk mengeksekusi Ka\u2019ab karena sudah keterlaluan. Nabi SAW mengizinkan dan Ka\u2019ab ketakutan akan dibunuh, oleh karenanya ia diam-diam menemui Nabi untuk meminta maaf.<\/p>\n Nabi SAW memaafkan dan Ka\u2019ab masuk Islam kemudian menciptakan sebuah pujian berupa Qasidah. <\/em>Puisi gubahan Ka\u2019ab bin Zuhair dibacakan didepan Nabi sepanjang 59 bait yang terkenal dengan nama Banat Su\u2019ad.<\/p>\n Kegembiraan Nabi SAW mendengar pujian Ka\u2019ab, maka beliau menghadiahkan sebuah selimut bergaris yang dalam bahasa Arab disebut Burdah.<\/em><\/p>\n Oleh karenanya, setiap ada pujian kepada Nabi SAW kemudian hari dinamakan Burdah seperti Burdah Imam Bushiri. Cerita Burdah Imam Bushiri tidak terlepas dari sakit yang dialami Ulama yang bernama lengkap Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad ibnu Sa\u2019id al-Bushiri. Beliau sakit stroke<\/a> <\/em>selama sebulan tidak bisa beranjak dari tempat tidurnya.<\/p>\n Ketika tidur beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW dan mengutarakan keinginan menciptakan pujian bagi Nabi. Tujuannya untuk memuji Rasulullah dalam sebuah untaian kata indah, dan Nabi mengijinkannya.<\/p>\n Seminggu kemudian, Qasidah <\/em>pujian selesai dan dibacakan Imam Bushiri didepan Rasulullah SAW sepanjang 154 bait <\/em>dalam mimpi. Rasulullah dalam mimpi tersebut tersenyum menandakan ridha<\/em> dan mengusap badan Imam Bushiri, seketika bangun stroke <\/em>Imam Bushiri sembuh.<\/p>\n Cerita ini menunjukan bahwa Burdah Imam Bushiri <\/em>direstui oleh Nabi Muhammad SAW melalui mimpi. Bahwa mimpi bertemu Rasulullah SAW bukanlah mimpi kembang tidur belaka sebagaimana Imam Bukhari, Imam Suyuthi dan Imam Ghazali mengalaminya ketika menyusun kitab Sahih Bukhari, Tafsir Jalalain <\/em>dan Ihya Ulumuddin.<\/em><\/p>\n Mimpi bertemu Rasulullah oleh sebagian Ulama Makrifat bahkan digunakan sebagai media konfirmasi terhadap karya para Ulama salaf. <\/em>Kofirmasi bahwa karya yang sedang disusun berkesesuaian dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.<\/p>\n Tidak terkecuali Qasidah Burdah <\/em>Imam Bushiri disetujui Rasulullah SAW melalui mimpi, oleh karenanya tidak pantas untuk mengecap Burdah Imam Bushiri bertentangan dengan Islam.<\/p>\n Imam Bushiri adalah Ulama yang dilahirkan Maroko akan tetapi tumbuh besar di Desa Busir, dekat lembah sungai Nil. Beliau seorang yang \u2018Alim dengan berbagai spesifikasi keilmuan dalam bidang tarekat, syair, syariat <\/em>dan lain sebagainya.<\/p>\n Beliau hidup sezaman dengan syaikh Izzudin bin Abi Salam, pengarang kitab Syajaratul Ma\u2019arif <\/em>dan Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili. Imam Bushiri sendiri bagian dari mursyid <\/em>tarekat Syadziliyah, murid Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili.<\/p>\n Serangan orang tidak menyukai Burdah Imam Bushiri, dan mengingkari pertemuan Imam Buhsiri dengan Rasulullah SAW didalam mimpi. Padahal ada hadits dari Abu Hurairah RA yang menerangkan;<\/p>\n \u0645\u0646 \u0631\u0622\u0646\u064a \u0641\u064a \u0627\u0644\u0645\u0646\u0627\u0645 \u0641\u0642\u062f \u0631\u0622\u0646\u064a \u0641\u0625\u0646 \u0627\u0644\u0634\u064a\u0637\u0627\u0646 \u0644\u0627 \u064a\u062a\u062e\u064a\u0644 \u0628\u064a<\/strong><\/p>\n Artinya; \u201cSiapa yang melihatku dalam mimpi, dia benar-benar melihatku. Karena setan tidak mampu meniru rupa diriku.\u201d (HR. Bukahri dan Muslim<\/a>)<\/em><\/p>\n Tentunya jika mengingkari pertemuan Imam Bushiri dengan Rasulullah mengandung 2 kemungkinan.<\/p>\n Pertama, <\/em>yaitu tidak mempercayai akan kebenaran Hadits Sahih di atas.<\/p>\n Kedua, <\/em>Menuduh Imam Buhsiri adalah pembohong.<\/p>\n Dua kemungkinan inilah yang akan menjerumuskan orang pada rasa tidak percaya terhadap keutamaan Burdah Imam Bushiri.<\/p>\n Tuduhan lainnya yaitu tentang kebid\u2019ahan Burdah dalam sejarah dan Khazanah keislaman. Banyak yang lupa bahwa riwayat Ka\u2019ab bin Zuhair adalah riwayat shahih <\/em>yang dapat ditelisik dalam buku tarikh. <\/em><\/p>\n Bukti tentang kebenaran keberadaan Burdah <\/em>yang diberikan Rasulullah SAW kepada Ka\u2019ab, hadiah pujian kepada Nabi, berada di Museum Topkapai di Istanbul Turki.<\/p>\n Klaim syirik yang dialamatkan kepada Qasidah Burdah Imam Busyiri tidak terlepas dari kedudukan Rasulullah SAW dihadapan Allah SWT dan keistimewaanya.<\/p>\n Tuduhan syirik pada Burdah Imam Bushiri sangat kental dengan ketidak-pahaman dan gerakan purfikasi <\/em>Islam yang kebablasan. <\/em>Aspek bahasa dan pesan puitis tidak dipahami secara utuh dan berkeilmuan.<\/p>\nBurdah dan Sejarah Imam Bushiri<\/strong><\/h2>\n
Burdah, Bidah dan Syirik ?<\/strong><\/h2>\n
Sanggahan Klaim Bid’ah dan Syirik Burdah<\/strong><\/h2>\n