Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Gus Dur tipikal esais yang sering menuliskan hal-hal yang dijumpai dalam suatu perjalanan ataupun perjumpaan dengan sosok tertentu. Salah satu sosok yang pernah ditulisnya adalah cendikiawan Muslim yang bernama Nurcholish Madjid atau yang akrab disapa Cak Nur.<\/p>\n\n\n\n Selain keduanya sama-sama cendikiawan Muslim terkemuka yang pernah Indonesia miliki, nampaknya keduanya secara personal cukup dekat. Mengingat, Cak Nurcholish Madjid sendiri merupakan sama-sama putra Jombang sebagaimana Gus Dur<\/strong><\/a>, cucu Mbah Hasyim, pendiri Nahdlatul Ulama\u2019 (NU) dan Pesantren Tebuireng Jombang.<\/p>\n\n\n\n Sebagai intelektual, keduanya berangkat dari titik pijak perspektif yang berbeda, meski diujungnya sama-sama mengusung Islam yang humanis. Gus Dur berangkat dari titik pijak tradisionalisme pesantren, sebab Gus Dur lahir dari lingkungan intelektual ini.<\/p>\n\n\n\n Berangkat dari titik tradisionalisme Islam itu, Gus Dur melakukan penjelajahan intelektual yang luas secara otodidak: filsafat, sastra dunia, ilmus sosial, budaya, politik, film bahkan sepakbola.<\/p>\n\n\n\n